Dari dulu ia adalah anak yang tenang,
setenang Seine di sepertiga malam.
Ia tidak suka membiarkan purnama melipat kesedihannya menjadi kapal kertas yang dilayarkan menuju ketiadaan.Ia diam dan cermat,
seperti sepasang fajar di balik pelupuk mata yang syahdu memangsa halaman-halaman buku sejarah.
Ia tidak rewel,
tidak seperti radio penuh debu yang butuh ditinju ibu di puncak kepalanya.
Ia diam dan dalam,
tidak untuk diselami siapapun.Maka buka pakaianmu dan sisihkan,
agar tetap sekering tumit pemulung yang akrab dengan air mata.
Lalu tenggelamkan diri dalam pusaran aksara puisi yang tak sempat dilahirkan rahim bahasa.