Waktuku sudah habis. Selesai sudah keharusan membakar setiap kilometer dengan keresahan akan bahaya hujan dan hari-hari yang mendatang. Atau tenggelam dalam perenungan darah siapa saja yang telah tumpah di jalanan yang terlalu berdebu untuk dijadikan pusara tanpa wujud. Atau mengagumi bukit cina, tempat peristirahatan terakhir sarat kemewahan yang tersia-sia. Sebab jika nyawa harus kutitip pada jarak yang terbentang, biarlah jika pupus dan syukurilah jika memang utuh.