BM 04 - Lios.

13 2 3
                                    

Mari akan ku ceritakan tentang kehidupan Lios terlebih dahulu, baru keseharianku dengannya di sekolah. Mulai dari cibiran cibiran, Oline yang penasaran, dan ganguan yang membuat Lios marah padaku hanya salah paham.

Karena dia.

Entahlah, aku malas untuk berdekatan dengannya lagi karena Lios sudah kembali muncul.

Namanya kalian pasti sudah tau, namanya merupakan nama yang dipikir sejak dia masih dikandungan umur 7 bulan.

Begitu kata Mamanya.

Keluarga indah, harmonis sangat harmonis. Tidak seperti keluargaku, walau masih sedikit harmonis.

Entahlah aku malas membicarakan keluargaku.

Aku dan Lios berteman pertama kali setelah dia pindah dari tempat tinggal lamanya.

Kata mama bercerita, dulu aku seranjang dengannya, bahkan botol susu kami sering tertukar karena mama Lios ingin kamu seperti anak kembar. Dan mama tak keberatan.

Lalu beranjak menjadi bocah, kami sering main pasir, entah di kasih air atau tidak. Intinya kami membangun Istana.

Aku selalu mengikutinya kemanapun, bahkan kami mandi bersama. Percayalah, kami masih kecil waktu itu.

Jika bisa mengulang, aku tak mau mandi bareng dengannya.

Aku sering diajak oleh mama Lios pergi, entah keluar negeri atau sekadar ke taman komplek. Aku selalu mengintil.

Kami bermain terus menerus, namun lama lama kami mengurangi waktu bermain sejak masuk sekolah dasar.

Itu kemauan Lios, entahlah. Lios memang bijak jika menyangkut sekolah sejak kecil.

Itu salah satu poin yang aku sukai dari Lios.

Setelah pulang sekolah kami selalu bertukar kabar, cerita teman teman sekolah kami yang dulu polos.

Bercerita lalu melempar senyum paling manis sesudah bercerita.

Kadang kami bertukar cerita tentang pelajaran, tugas.

Lalu beranjak dewasa, sekita kelas enam. Mungkin pikiran pikiran mereka sudah tak 'polos' lagi sejak saat itu.

Banyak yang mencibir aku ketika Lios menjemput, mengantar, atau mengelus rambut panjangku.

Sejak saat itu aku mengenal yang namanya Bullying.

Maka dari situlah, aku terbiasa jika mendapat prilaku tak seonoh.

Aku selalu menutupinya dari Lios, hanya tak mau membuatnya resah apalagi sudah mendekati ujian nasional.

Memang, kami beda sekolah.

Kata mamaku, biar kamu mandiri jika tidak ada Lios. Mama berkata ketika aku bertanya kelas enam.

Sejak saat mendengar pernyataan itu, aku gelisah.

Libur sekolah kami menghabiskan waktu bermain, aku sering juga diajaknya ke rumahnya.

Kadang jika aku malas. Dia tetap memaksa.

Waktu kelulusan tiba.

Setelah itu, aku tak melihat Lios.

Dan baru hari ini aku bertemu lagi.

***

Hari ini, kami benar benar menghabiskan waktu, mengembalikan kerinduan sejak tak lama berjumpa.

Dia merasa bersalah pergi tanpa pamit padaku.

Di sekolah tadi, Oline paling heboh bertanya siapa Lios.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan Mei [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang