"Assalamu'alaikum," sapa Remi masuk ke dalam rumah masa kecilnya, di sanalah dia menghabiskan waktunya dari lahir sampai akhirnya memilih pindah ke apartemen setelah masuk kuliah. Rumah bergaya klasik modern ini berhalaman super luas dengan taman bermain mini yang dibangun Papa untuknya dan Runi yang sekarang diwariskan pada Leon dan anaknya kelak.
Senyum tersungging pada bibirnya begitu besar ketika salamnya di jawab Bi Yati yang bekerja pada keluarga sudah puluhan tahun sejak dia belum lahir. Bi Yati lah yang merawat dan membesarkan hingga menjadi Elbizar Remian Subandi seperti sekarang. Senang rasanya dia pulang di sambut Bi Yati di depan pintu.
"Akhirnya anak ganteng yang telah lama hilang, pulang juga," gurau Bi Yati membuat Remi terkekeh kecil.
Bi Yati membawa tubuh jangkung ke dalam pelukannya untuk melepas rindu sebab sudah sebulan Remi tak bisa pulang karena sibuk di kantor.
"Bi Yati lebay deh, aku kan baru nggak pulang sebulan doang lagian kita sering teleponan kemarin-kemarin."
Remi menjauhkan tubuhnya tanpa melepaskan tangannya dari pinggang Bi Yati. "Bibi apa kabar?"
Bi Yati memukul lengan anak majikannya hingga tangan Remi terlepas dari pinggangnya. "Ah, kamu malah basa basi. Seperti yang kamu lihat Bibi masih terlihat muda dan cantik." Remi terbahak. "Sudah ah, masuk yuk. Bapak dan yang lain sudah menunggu kamu."
Mereka berjalan beriringan ke ruang makan yang terdapat di samping taman dan kolam renang, kakinya melangkah melewati ruang keluarga dengan TV smart canggih dilengkapi fasilitas lengkap. Masih jelas diingatan masa kecilnya yang bahagia dengan kasih sayang lengkap dari kedua orangtuanya, tapi semua itu menghilang ketika perempuan memilih pergi dari rumah bersama selingkuhannya yang merupakan sopir keluarga.
Kini ruangan itu terasa dingin dan kosong, tidak ada tanda kehidupan di tempat ini.
Sampai ke meja makan, matanya menangkap kehangatan di meja makan dengan personil keluarga inti yang lengkap. Ada Papa, Runi, suami Runi bernama Biantara, dan juga Leon balita berusia tiga tahun---anak dari Bian dan Runi.
"Selamat malam semua," sapanya ceria mengalihkan perhatian semua orang yang ada di meja makan.
Leon terlonjak girang di high chair. "Om El."
Remi mendekat lalu mencium puncak kepala anak gembul itu. "Halo, kesayangan Om El." Dia lalu mengambil duduk di samping Leon. Sedangkan Runi yang biasanya duduk di hadapannya kini malah memilih duduk pas di hadapan Leon yang artinya sengaja mengosongkan tempat itu.
"Ngapain Mbak duduk jauhan gitu, biasanya kan duduknya di samping Papa."
Runi mengulum senyum kecil. "Tempat itu khusus tamu spesial Papa." Perempuan berambut panjang itu mengerling pada Papa.
"Oh ya?" Remi tampak tertarik sekaligus penasaran. "Siapa? Kenalin sama aku juga dong, Pa."
Baru saja Papa akan membuka mulutnya, suara lembut dari arah belakang mengalihkan perhatian mereka membuatnya menoleh.
"Mie gorengnya sudah siap," serunya semangat.
Seketika itu juga tatapan keduanya bertemu, sontak rahang Remi mengeras tatapannya pun berubah tajam. Dia segera bangkit dari duduknya hingga menimbulkan bunyi gesekan kursi dan lantai yang mengekikkan telinga.
"Maaf, Pa. Kayaknya aku nggak bisa ikut makan malam kali ini, aku baru ingat tiba-tiba ada kerjaan yang harus aku selesaikan."
"El!
"Elbizar!"
Remi mengabaikan teguran dari Papa dan Runi. Suasana menjadi tegang, tidak ada lagi kehangatan keluarga yang tadi di tunjukkan di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Friend
General FictionKatanya, ada tiga kemungkinan yang terjadi di antara persahabatan laki-laki dan perempuan. Pertama, kalau bukan si laki-lakinya yang diam-diam jatuh cinta. Kedua, atau bisa jadi si perempuan yang diam-diam jatuh cinta. Ketiga, keduanya saling cin...