(17) Cocomelon dan BabyShark

4.6K 535 3
                                    

Kabar kehanilan Tasya berdampak pada Abadi meski mereka sudah putus, wartawan begitu gigih memintanya klarifikasi atau setidaknya membuat stagmen jika kandungan Tasya bukan anaknya, hanya saja karena tidak mau terlalu ikut campur Abadi memilih menutup mulut, bicara sama saja membuka aib perempuan yang pernah mengisi hatinya sungguh membuatnya tidak tega. Apalagi dia tahu Tasya butuh ketenangan dalam menjalankan harinya di tengah kehamilannya.

Sudah hampir dua minggu Abadi tidak ke kantor juga, tentu hal itu sangat menghalanginya dalam melakukan pekerjaan. Sebagai workaholic Abadi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja karena sebagai anak satu-satunya di keluarga, dia juga harapan bagi kedua orangtuanya.

Beruntung kedua orangtuanya mempercayai dirinya ketimbang termakan gosip di luar sana, bahkan Bunda sangat bersyukur sebab Abadi bisa lepas dari Tasya. Bukan rahasia lagi jika Bunda dan Ayah tidak pernah menyukai Tasya sebagai pasangannya hanya saja keduanya lebih menghargai pilihan anak semata wayangnya.

"Ya, Lam. Laporannya bisa kamu kirim lewat email saya sekarang. Baik, saya tunggu ya. Terima kasih, Nilam."

Abadi menutup sambungan dengan sekretarisnya, sudah dua minggu pula dia bekerja lewat rumah. Beruntung dia punya sekertaris seperti Nilam yang cepat tanggap dan cekatan, Abadi sangat terbantu dengan adanya Nilam.

Selagi menunggu laporan yang dikerjakan Nilam, Abadi beranjak dari duduknya lalu menuju ke balkon apartemennya tepat di samping ruang TV. Dia fokus memandang jalan di bawah yang terlihat ramai pada pagi menjelang siang ini, kendaraan padat yang merayap menandakan kesibukan orang-orang setiap harinya.

Getaran ponsel di atas meja samping TV berdering keras, panggilan mungkin dari Nilam maka dengan cepat Abadi masuk kembali lalu mengambil ponselnya, rupanya Runi yang meneleponnya.

"Ya, Run?" sapa Abadi. Dia terdiam sejenak mendengarkan suara Runi di seberang sana. "Di apartemen sih, tapi gue tetap kerja meski nggak ke kantor sih." Abadi kembali terdiam. "Ya udah, bawa ke sini aja deh. Tapi janji lo jemput sebelum maghrib, kan? Hmm, oke deh. Gue tunggu."

Abadi memutuskan panggilannya, matanya kemudian menelusuri apartemen yang tampak berantakan bekas snack dan beberapa bir kaleng yang tercecer di lantai. Mau tak mau dia dengan cepat membereskan ini sebelum Runi dan Leon datang, bisa kena semprot dia jika Runi datang dan melihat apartemennya seperti tempat sampah.

"Lo nggak sanggup bayar clean service," sindirnya sinis.

Dan si Runi pencinta kebersihan akan mengomel panjang hingga membuatnya sakit telinga.

Setelah yakin semuanya bersih Abadi duduk sejenak untuk istirahat, lelah juga membereskan semua sampah yang berserakan di lantai. Bahkan tubuhnya menjadi lengket akibat keringat, dia sepertinya kurang berolahraga makanya mudah lelah, menghembuskan napasnya kasar. Bagaimana mau olahraga kalau Abadi saja harus mendekam di apartemen untuk sementara.

Bel apartemen berdenting, segera saja dia menuju pintu lalu membukanya.

"Assalammualaikum, Buddy," ucap Runi ceria dan penuh senyuman, di sampingnya Leon melompat girang bisa bertemu om kesayangannya setelah Remi.

Abadi berdecak kesal mendengar panggilan dari Runi. "Stop, panggil gue gitu."

Runi angkat tangan tanda menyerah. "Oke oke," sahutnya mengalah. "Gue jalan sekarang ya, di atas Leon udah ada perlengkapan seperti popok, susu, botol, baju ganti, sikat gigi, sabun, dan handuk. Kalau udah waktunya tidur ya lo kasih tidur, susunya tiga sendok dengan air hangat. Terus kalau udah bangun lo mandiin dia, Leon anaknya anteng kok jadi lo nggak usah khawatir cukup putarin cocomelon atau baby shark di youtube juga udah senang anaknya."

Abadi mengangguk tak acuh, sambil menatap ponsel karena sudah mendapat email dari Nilam.

Setelah Runi meningggalkan apartemennya, Abadi dengan cepat mendetail nomor Nilam.

"Lam, ke apartemen saya sekarang juga."

***

Abadi membuka pintu apartemennya disambut teriakan Duta dan Enzy di sana.

"Surprise." Duta dan Enzy mengangkat dua kantung besar di tangannya sedangkan Mima dan Remi berdiri di belakang seraya tersenyum lebar.

Sudah beberapa kali mereka janjian tapi tidak pernah ada waktu yang tepat, dan malam ini kebetulan jadwal semuanya kosong jadi mereka datang ke apartemen Abadi tanpa pemberitahuan dalam rangka memberi kejutan pada sahabatnya sekaligus menghibur Abadi yang sedang dalam masalah.

"Gila ya, di bawah banyak banget wartawan. Si artis selingkuh itu kalah pamor sama lo." Duta ngakak di tempatnya.

Enzy lantas melempar kulit kacang ke kepala Duta. "Lo bisa diam nggak sih? Kalau nggak bisa pulang sana," usirnya kejam.

Duta mendelik kesal.

"Jadi gimana?" tanya Remi mengabaikan dua sahabatnya.

Abadi mengangkat bahunya. "Bokap udah urus semua, katanya dalam waktu dekat berita yang menyangkut nama gue akan segera dihentikan." Lelaki berkacamata itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Gue udah bosan banget di apart, mau segera bebas."

"Makanya lain kali kalau nyari perempuan jangan hanya cantik doang harus ada otaknya juga," sela Enzy kesal, bagaimana tidak kesal coba, Tasya sudah membawa Abadi dalam masalah. Dia yang selingkuh sampai hamil malah sahabatnya yang dikejar-kejar.

"Gue harap semuanya cepat selesai ya, Di." Mima berharap, tulus.

"Aamiin." Remi mengaminkan seraya menempelkan telapak tangannya di pinggang Mima yang duduk tepat di sampingnya.

Mima sempat tersentak sebelum akhirnya diam-diam melemparkan tatapan tajam pada Remi, seolah mengatakan jangan macam-macam lo ya!

Remi menyeringai kecil lalu menarik tangannya.

"Baguslah, dan untuk merayakannya ayo kita pesta," teriak Duta senang.

Enzy menekan remote TV hingga layar yang tadinya hitam kini menampilkan channel youtube, dia tak sengaja menekan tombol pause tiba-tiba suara musik cocomelon menggema di ruang TV sehingga membuat ke lima manusia dewasa itu tercengang.

The wheels on the bus go round and round
Round and round
Round and round
The wheels on the bus go round and round
All through the town

The doors on the bus go open and shut
Open and shut
Open and shut
The doors on the bus go open and shut
All through the town

"Sejak kapan lo suka putar lagu cocomelon, Di?" tanya Duta tak percaya. Bagaimana tidak, sahabatnya yang sangat jantan itu tiba-tiba ketahuan membuka chanel youtube kesukaan anak kecil sejuta umat. Belum lagi begitu lagu cocomelon habis, lagu kemudian berganti dengan baby shark.

Baby Shark, doo-doo, doo-doo
Baby Shark, doo-doo, doo-doo
Baby Shark, doo-doo, doo-doo
Baby Shark

Mommy Shark, doo-doo, doo-doo
Mommy Shark, doo-doo, doo-doo
Mommy Shark, doo-doo, doo-doo
Mommy Shark

Daddy Shark, doo-doo, doo-doo
Daddy Shark, doo-doo, doo-doo
Daddy Shark, doo-doo, doo-doo
Daddy Shark

"Woiii, apa-apaan ini?!"

***

Selamat menjalankan ibadah puasa ya😊

Close FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang