Kadang aku harus memerlukan banyak waktu untuk memutuskan sesuatu hal yang sangatlah penting. Tapi, aku justru menolak untuk berpikir panjang saat dengan sangat mudahnya tanganku memberikan secarik amplop dimana didalamnya berisikan sebuah surat pengunduran diri pada Boss Oh—pemilik sekaligus mantan kekasihku di perusahaan tempat ku bekerja.
Entahlah. Aku hanya menginginkan kebebasan, bebas dari sosok Oh Sehun yang nyatanya masih menggerayangi pikiranku sampai detik ini. Aku tidak mau terus bertemu dengan pria itu, yang justru akan mengganggu masa move on darinya. Karena jujur, aku belum bisa sepenuhnya melupakan pria brengsek seperti dirinya.
"Kau sungguhan? Kau tidak sedang bercanda kan Airin?".
Dan setelah berhasil membuat keputusan itu. Aku dengan sengaja mendatangi butik Yejin, mencoba merileksasikan pikiranku yang begitu terasa pening. Dan mendengar pertanyaan Yejin, membuatku menghela nafas panjang. Menolehkan kepalaku dengan suara yang mengeluarkan deheman kecil. "Kau pikir aku bercanda. Aku sungguhan Yejin-ah".
Tubuhku ku banting pada sofa empuk yang berada didalam sana. Menatap lesuh Yejin. "Aku juga sebenarnya ragu. Tapi, aku mencoba mematangkan keputusanku kali ini. Yejin-ah apa yang aku lakukan benar kan?" Mataku menatapnya, menampilkan raut penasaranku akan pendapatnya mengenai keputusan yang ku buat ini.
"Aku tahu kau sebenarnya merasa tertekan karena mendengar kabarnya. Dan keputusanmu adalah yang terbaik untukmu Airin-ah—". Katanya yang kini sudah duduk disampingku. Menggenggam tanganku dengan begitu lembutnya. "—aku mendukung keputusanmu".
Aku tersenyum penuh haru. Rasanya menyenangkan mempunyai seorang sahabat yang selalu mendengarkan keluh-kesahku dan memberikanku saran serta semangat. "Terimakasih Yejin-ah sudah mendukungku," kataku lalu memeluknya dengan erat.
...
Ini bukan aku yang meminta, bukan aku pula yang mengajak. Tapi pria itu yang tiba-tiba saja menghentikanku di jalan, menarik tanganku yang berakhir di Myeongdong—surganya makanan.
Dia menarikku kesana-kemari, membuatku memakan hampir semua jajanan StreetFood yang berada disana, mengajakku menonton konser jalanan dan bahkan bermain sesuatu hal yang mendapatkan hadiah seperti boneka yang berada digenggamanku contohnya.
"Chanyeol-ah bisakah istirahat sebentar. Aku sangat lelah mengikuti langkahan kaki lebarmu itu," kataku yang bahkan hampir terdengar seperti rengekan. Sungguh, pada dasarnya aku paling anti untuk bertemu dengan pria setinggi tiang listrik itu, karena aku tahu akibatnya nanti. Tapi, karena paksaannya yang membuatku berakhir disini bersamanya membuatku merutuki tangannya yang sebesar telapak kakiku itu karena sudah menggenggam erat tanganku berjam-jam.
"Baiklah. Kurasa istirahat disana akan menyenangkan ayo!!".
Aku hanya mampu mengikutinya. Yang terpenting aku bisa istirahat sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE (Baekhyun Fanfiction)
Fanfiction(Hiatus) Hemophobia... Ketakutannya akan darah berhasil membuatnya takut untuk kehilangan sosok pria Byun itu. Byun Baekhyun yang notabennya adalah obat baginya.