3. Bukan Perawan Tua

340 23 1
                                    


      Menghela nafas berulang kali Astrid memandang motor matic miliknya yang pecah salah satu kaca spion depan, lalu demper depan yang sedikit retak.

"Gih bawa masuk, tar biar abang kamu nggak lihat, "kata Astrid akhirnya. Menatap adik iparnya dengan kasihan.

       Naya sudah memohon maaf sampai bokongnya dijatuhin ke lantai keramik rumah Astrid. Biar kelihatan makin melas dan kakak iparnya itu nggak ngomong ke suaminya yang notabene kakak kandung Naya sendiri. Yang ribet, pelit, plus cerewet persis sama mama mereka. Yang suka bikin Naya senewen.

"Nanti Mbak bawa ke bengkel sebelum Abang kamu tahu!! "

Naya tersenyum lebar, " Bang pascal pasti ngamuk kalau tahu, makasih ya Mbak! "

"Iya, sekarang masuk gih bantuin Mbak buat masak, tar lagi dah pada dateng, "kata Astrid.

"Siap mbak, "Naya segera memasukana motor Astrid ke garasi. Sengaja ia taruh dibagian belakang dengan pencahayaan minim, ia yakin abangnya tak akan melihat rusaknya motor istrinya itu. Mengingat itu membuat Naya kesal, ia yakin yang ia tabrak adalah temannya waktu SMP. Tapi pria itu tak mengenalinya, ia jengkel setengah mati.

      Hari ini ada acara syukuran dirumah abangnya sekalian Arisan dari kerabat dekat. Setelah enam bulan lamanya pembangunan rumah Pascal selesai, setelah tinggal di rumah kedua milik Ayahnya keluarga abangnya itu pindah kerumahnya sendiri satu bulan yang lalu.

       Naya menyusul ke dapur membantu kakak iparnya memasak bersama beberapa kerabat.

"Buk, "sapa Naya pada ibu dari Astrid yamg juga ada di dapur.

"Kamu Nay, Mama Rya baru aja balik, "jawab bu Widya, mertua abangnya.

"Iya Bu, Nay dari kantor langsung kesini, "kata Naya.

"Nggak bawa calonnya! " Naya mau berlagak budek saja tapi akhirnya ia memilih tersenyum ke arah Bude Murni, ini yang mengajukan pertanyaan. Istri dari saudara tertua ayahnya dan kebetulan rumah Astrid dan Pascal satu blok dengan bude Murni. Jadilah dia juga ikut membantu di rumah abangnya sekarang.

"Sendiri kayaknya Ma!! "

      Belum sempat Naya menjawab si sulung putri bude Murni menimpali. Namanya Mbak Maya, orangnya bermuka judes dan berbadan besar. Kalau lagi ngumpul keluarga hati-hati,kalian bisa aja salah ngenalin antara ibu dan anak diantara keduanya. Muka Mbak Maya tergolong penuaan dini. Jadi ya gitu kalau ada yang salah manggil dia Bude Murni, ini orang bakal ngabisin rendang satu wajan saking emosinya.

"Nggak ada kok Mbak, Naya belum punya calon, "mau berbohong juga nggak bisa ibu dan anak ini juga punya keahlian lain selain ngurusin hidup orang, keponya nggak ketulungan.

"Kita dulu main kelereng bareng lo Nay, anak aku aja udah dua, "kata Maya lagi.

     Naya membantu bu Widya mengiris kentang sehingga berasa ingin mengiris mulut Maya juga. Katakan ia sadis tapi ia kesal saat berulang kali pertemuan keluarga tetap saja yang dibahas ia yang belum menikah. Wanita berumur 25 tahun di keluarga lain mungkin normal bila belum menikah tapi lagi-lagi karena keluarga ayah dan Mamanya berasal dari desa kecil daerah jawa. Bagi mereka wanita itu ya menikah setelah sekolah, apalagi?. Jadi bila usia seperti Naya ini pantesnya udah gendong minimal satu anak.

"Mbak Maya sepantaran sama Naya? "Bu Widya tampak terkejut. Yaiyalah Naya yang perawan ting ting masih orisinil kenyal gini dibandingin sama truk poso turun mesin dua kali. Pantas saja Bu Widya terkejut.

"Selisih lima tahun Mbak, tapi Naya kan juga udah waktunya nikah. Nggak tahu tu nunggu apa lagi,"kata Bude Murni.

Kan benar, tidak lagi dengan kode-kodean. Atau pertanyaan basa basi. Budenya langsung mengatakan dengan langsung. Ini yang dibenci Naya saat perkumpulan keluarga atau berkaitan dengan keluarga ayah dan ibunya mereka selalu bertanya. "Mana calonnya? Kapan ini nikah Naya? "

     Kalau sudah begitu Naya hanya bisa tersenyum lalu menjawab semampunya.

     Naya kesal tentu saja, ia memang ingin menikah tapi kalau belum ada jodoh gimana lagi. Jodoh kan yang ngirimin Tuhan, bukannya mulut mereka yang kepo.






Jang Nara

Jodoh Kiriman TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang