tujuh belas

1K 128 10
                                    

Jangan lupa vote and comment!❤❤❤

Mark baru saja bangun dari tidurnya, rambutnya masih acak-ackan, wajahnya belum dicuci, pakaian pun masih sesuka hatinya. Siapapun akan gemas melihat wajah polos laki-laki ini, ditambah Mark yang masih bengong di atas kasurnya.

"Honey, Wake up! Prepare all of your things" Ibu Tiffany memasuki kamar anak laki-lakinya itu dengan tergesa.

Mark masih diam di tempatnya, heran juga melihat mamanya yang super sibuk itu di rumah.

Mark masih mengamati mamanya yang sibuk membuka lemarinya, mencari sesuatu.

Sebenarnya hal ini bisa dilakukan asisten rumah tangga mereka, tetapi kali ini harus mamanya yang melakukan.


"Where's your luggage?" Tanya mamanya tak sabaran, Mark menunjuk asal sisi lemarinya di pojok.

Laki-laki dengan kaos hitam dan celana boxer navynya itu mengerjap, menyadari keadaan ini.

"Ma, ada apa?"

"Mama mau ke Korea, kamu ikut mama" Ujar Tiffany cepat, seraya menurunkan pakaian Mark dari dalam lemari.

"Hah? Mark gamau ikut" cepat-cepat Mark menghampiri mamanya.

"Ada hal penting, kamu harus ikut nanti ada ke-"

"Ma, stop jodoh-jodohin atau bahkan sekedar kenalin anak temen mama. Mark masih sma, dan gaperlu dicariin pasangan begitu" Sela Mark yang sudah paham situasinya.

Lagipula, mana mungkin mamanya pulang dan mengajaknya pergi tanpa ada hal yang menguntungkan baginya? Mark terlalu memahami orang tuanya, mereka selalu begitu.

Sejak awal masuk SMA Mark sudah sering dikenalkan, atau bahkan terang-terangan dijodohkan dengan anak teman mamanya atau bahkan kolega ayahnya.

Katanya, setelah lulus SMA Mark harus kuliah di luar negeri, lalu melanjutkan bisnis turun temurun keluarga yang saat ini sedang dikelola papanya.

Mark mungkin akan menyanggupi untuk melakukan keduanya, tetapi ia tidak ingin berakhir seperti mama dan papanya saat ini.

Mereka hasil perjodohan, dan Mark sama sekali tidak mau menikahi orang yang tidak dia cintai. Boro-boro cinta, kenal jauh saja belum tentu, nyaman apalagi.

"Gak bisa, ini penting! Kamu mau semuanya nanti diambil alih kakak sepupumu itu?" Tiffany sudah selesai mereseleting koper merah itu.

"Ma, i have my own way. Aku emang mau nerusin bisnis kakek ini, tapi gak sekarang"

Mark melewati mamanya yang termenung di walk in closetnya, tepat di hadapan lemarinya bersama koper yang sudah rampung disiapkan.

Kali ini Mark sudah muak dijadikan boneka mamanya, disaat kakaknya sudah tidak bisa lagi dipermainkan mamanya. Wendy sudah melewati fase dimana dia harus mengikuti segala permintaan mamanya.

Selesai mandi dan berpakaian, Mark mendapati kemeja putih beserta tuxedo dan jasnya sudah tergeletak rapih di atas tempat tidur king sizenya itu, beserta paspor dan jangan lupakan koper merah yang berdiri apik di sisi tempat tidur.

Mark menghela napasnya, mungkin ini ke-10 kalinya Mark melalui hal ini.

Laki-laki itu me-unlock smartphonenya, berniat menghubungi Lucas. Namun kemudian dia meletakan hpnya lagi.

mark vs lucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang