4

1.7K 152 0
                                    

"Kau bohong."

"Apa?"

"Kau bohong." Ulangnya. "Aku tahu kau tidak baik-baik saja."

Aku mengulum bibirku. Mengalihkan pandangan ke arah lain selain tatapan Jungkook. Dan saat itu juga aku melihat Jimin yang sedang berjalan sembari menyapa beberapa orang. Ia juga bersama beberapa temannya. Dia kadang tertawa sambil menepuk pundak temannya.

Bagaimana bisa dia sebahagia itu ketika tidak saat berada di dekatku?

"Kenapa kau melihat Jimin?"

Tersadar, aku menggeleng kepalaku. "Ha, engga kok!"

"Kau menggeleng kepala terlalu keras. Kau bohong lagi!"

Sekarang Jungkook sedang beristirahat, jadi dia menghampiriku sembari minum dari minuman yang aku belikan. Dia berdiri di depanku sedari tadi, jadi tak mustahil baginya untuk bisa menebak siapa yang sedang kuperhatikan sekarang. Harusnya aku tidak melihat Jimin tadi.

Jungkook mengikuti arah pandangku tadi. "Sekarang kau sudah berani jatuh cinta, eh?"

Astaga, ejekan macam apa itu?

Aku mendengus. "Tahu apa kau."

Jungkook diam. Kami saling berpandangan cukup lama hingga pandangannya berubah menjadi serius.

"Aku memang tidak tahu, cepat cerita!"

Aku menggeleng. Ini bukan sesuatu yang pernah terjadi di hidupku. Jadi, sedikt aneh bagiku untuk menceritakannya. Dan juga, ini bukan sesuatu yang sangat penting untuk diceritakan ke orang lain. Sekalipun teman terdekatku seperti Jungkook.

"Ayolah," Jungkook mendadak duduk di sebelah kananku. "Aku tahu kau hanya pernah berteman denganku-maksudku, kau bukan tipe yang punya banyak teman, jadi," dia berdeham, "jangan dipendam."

"Aku tidak menyukainya." Jawabku pasrah. "Pertama, aku tak mau kau berpikir aku menyukainya atau apalah itu."

Aku bisa melihatnya mengangguk.

"Aku merasa ... dia membenciku."

"Membencimu?"

"Iya. Aku berpas-pas an dengannya kemarin. Kami bertemu di perhentian bus," aku melihat Jungkook yang fokus kepada ceritaku. "Lalu, dia menatapku dengan dingin. Seakan dia membenciku."

"Kau yakin?"

"Kau kira aku berhalusinasi?"

Jungkook diam sejenak. Seperti ada yang ingin dia katakan. Aku tetap menunggu responsnya sembari memerhatikan lapangan di mana teman-teman jungkook sedang berlatih. Aku pun baru sadar, "Eh, kau tak latihan?"

Jungkook membulatkan matanya. "Astaga!" Dia pun segera beranjak. Menghabiskan minumannya hingga tak bersisa, kemudian memberi bungkusnya kepadaku. Memberiku tatapan, Tolong buangin.

Aku mendengus. Mengiyakan.

Dia pun langsung bergegas pergi, tanpa memberiku respons berarti atas ceritaku tadi.

***

Hari ini Jungkook ingin mentraktirku makanan. Jadi setelah ekskul, kami akan singgah ke sebuah cafe dekat sekolah terlebih dahulu. Cafe itu terkenal punya banyak varian makanan yang enak dan cocok dengan harga pelajar.

Aku tak tahu dalam rangka apa Jungkook mentraktirku makanan, tapi kurasa ada bagusnya juga, aku bisa makan gratis.

Setelah kami duduk, memesan makanan yang kami mau, kami pun sibuk ke urusan kami masing-masing. Jungkook dengan handphonenya, dan aku, dengan catatan yang belum sempat aku selesaikan tadi.

"Tolong catatanku juga."

Tiba-tiba buku Jungkook sudah berada tepat di atas buku catatanku. Dia menimpalinya selagi aku mencoba minuman kami yang baru datang.

"Catatlah sendiri!"

Jungkook pura-pura tidak mendengar. Dia hanya minum sambil memainkan game di hapenya. Pasrah, mengingat dia menjaminku makan dan minum, aku pun menuliskan catatan untuknya terlebih dahulu.

Tunggu, jangan-jangan ini tujuannya menjaminku!?

"Hei," Jungkook bersuara.

Aku tak memandangnya, hanya menyautnya dengan menaikkan kepalaku sekilas, aku masih fokus mencatat.

Tapi tak lama dia kembali melanjutkan perkataannya. Perkataan yang berhasil membuatku menghentikan aktivitasku. Sembari memandangnya penuh tanya.

"Jangan dekat-dekat dengan Jimin."

Jimin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang