11

1.3K 121 1
                                    

Author Pov

Jungkook berbohong ketika ia bilang ingin berlatih ke klub. Pasalnya, dia memutuskan kembali ke rumah tanpanya. Tiba di rumah, Jungkook langsung berbaring di tempat tidurnya. Merasa lelah dan kesal secara bersamaan.

Bagaimana dia tidak kesal, orang yang ia sayangi sejak dulu membicarakan orang itu dengan senang. Seharusnya Jungkook juga merasa senang melihat orang yang ia sukai akhirnya bisa kembali tenang tanpa memikirkan hal-hal seperti itu lagi.

Tapi tadi ia melihat binar senang yang berbeda. Dan binar itu membuatnya takut.

Jungkook menghela nafas pelan. Membayangkan orang yang ia sukai sejak lama jatuh ke tangan orang lain rasanya menyebalkan. Menyakitkan. Padahal dia sudah berusaha keras. Tapi kenapa harus jatuh ke orang itu?

Orang yang juga menginginkan orang yang ia sayangi?

Padahal, jika saja dulu Jimin tidak berkata bahwa dia menyukai orang yang juga dia sukai, mungkin saja pertemanan mereka masih bertahan hingga sekarang.

Ya, orang itu adalah Park Jimin.

***

Jimin menyukainya sejak sekolah menegah pertama. Kala itu, Jungkook sedang bersamanya. Jungkook memang tidak mengenalkannya pada gadis itu. Pasalnya, gadis itu hanya datang berkunjung ke rumah Jungkook sebentar, untuk mengantar makanan atas dasar ulang tahun Jungkook. Anak itu memberinya hadiah berupa makanan kesukaan Jungkook yang dibuatnya sendiri.

Jimin juga mencobanya kala itu, rasanya sangat enak. Jimin bisa merasakan rasa yang tulus yang dituangkan oleh gadis itu, kedalam makanan yang dibuatnya untuk Jungkook. Melihat ketulusan anak itu, Jimin jadi penasaran akan gadis itu.

Dan rasa penasarannya itu membuatnya semakin tahu, betapa mengagumkannya gadis itu.

Jimin sering mengikutinya, tanpa gadis itu sadari. Seperti penguntit memang, tapi Jimin melakukan itu, atas dasar dia sangat malu untuk mendekati gadis itu. Apalagi dia merasa, penampilannya kurang menarik dan meyakinkan. Tapi, dari situlah, iya punya tekat untuk memperbaiki dirinya menjadi lebih baik. Agar kelak, dia punya hal yang cukup untuk bisa mendapatkan gadis itu.

Tapi langkah Jimin tak bisa berjalan lebih jauh lagi. Karena beberapa minggu setelah hari itu, kelakuan Jimin, disadari oleh teman sebangkunya, Jungkook.

"Aku menyukainya, sejak lama." Ungkap Jungkook, yang disengaja untuk menghentikan tindakan lebih jauh Jimin.

Meskipun yang dikatakan Jungkook memang berasal dari dalam hatinya, hingga mereka beranjak menengah akhir, dia tidak berani mengungkapkannya. Jungkook merasa, dia sudah nyaman seperti ini. Juga, dia akan mengungkapkan semuanya kepada dia ketika dia berhasil menjadi orang yang sukses.

Tapi langkah itu mulai kembali dicuri oleh Jimin.

***

Jungkook : ada yang ingin kubicarakan.

Jimin : wah, hebat, akhirnya kau menghubungi setelah sekian lama pura-pura tidak mengenalku?

Jimin : aku akan ke rumahmu.

Jimin : tunggu saja.

***

Jungkook menatapnya tanpa ekspresi. Sekarang Park Jimin sudah berdiri di depannya, memandangannya sembari tersenyum miring. "Maafkan aku, Kookie."

Tanpa bicara apa pun, Jungkook langsung menendangnya, memberinya bogeman mentah tepat di wajah. Kemudian, berangsur menendang perutnya.

Jungkook tidak bisa berkata apapun selain mengungkapkannya lewat apa yang ia lakukan kepada Jimin.

Ini semua, salahmu!

Jimin mencoba melawan untuk menyadarkan Jungkook.

Jimin bangkit berdiri, kemudian membalas perlakuan yang sama ke Jungkook.

"Aku selalu berusaha menjadi jahat di depannya agar dia tidak menyadari seberapa besar aku jatuh karenanya!" Jimin memberi tendangan lebih kuat ketika Jungkook tersungkur.

"Kau bahkan tidak tahu seberapa besar aku menahan diri untuk tidak menyalahkan diriku sendiri dan memeluknya ketika dia menangis karenaku!" Jimin berlutut memerhatikan Jungkook yang memegangi perutnya kesakitan, lalu ia mengangkat wajah Jungkook. "Kau tidak tahu rasanya harus membenci orang yang kau cintai!"

Lalu Jimin kembali memberinya bogeman mentah.

"Aku tidak akan menahan diriku lagi."

Jimin berjalan menjauhi Jungkook.

Jimin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang