8

1.6K 154 0
                                    

Aku mungkin sedang pms. Aku bahkan tidak melihat keadaan, menangis di saat yang lain sedang bersuka ria.

Tunggu, apa ada yang melihatku seperti ini?

Sosok yang membuatku seemosional ini, hanya memerhatikanku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Aku berusaha keras untuk tidak meneteskan air mata. "Maafkan aku, aku sangat berlebihan." Aku berusaha menenangkan diri.

"Aku hanya tak habis pikir, aku mungkin tak punya banyak teman, tapi bukan berarti aku ingin dibenci oleh siapapun." Apa yang baru saja aku katakan? "Kalau kau membenciku karena aku sombong atau apa, aku minta maaf, aku hanya susah untuk beradaptasi, aku bukannya membenci pertemanan," aku mengelap air mataku. "Kau bisa bertanya pada Jungkook, dia teman dekatku, tapi bukan berarti aku tak punya teman selain dia," imbuhku mencoba meyakinkan.

Entah bagaimana, aku bisa mendengarnya mengucapkan "Aku tahu," meskipun terdengar kurang jelas.

"Aku minta maaf," Jimin menatapku lembut. "Sungguh, aku minta maaf."

Ditatap seperti ini, membuatku ingin menangis lagi. Aku kenapa sih?

"Aku ingin menjelaskan banyak hal padamu, mungkin tidak sekarang," lanjutnya, "atau mungkin itu tidak sama sekali."

Jimin masih menatapku, "Dengar," pintanya. "kamu tidak menjijikan, kamu tidak sombong, kamu adalah kamu, tetap jadi dirimu sendiri. Aku menyukaimu yang seperti ini, oke?"

Tubuhku membeku. Dia berkata seperti itu, sembari mengusap pipiku yang meneteskan air mata. "Jimin,"

Rasa ini, aku tidak mengerti bagaimana menjelaskannya, tapi aku merasa semua emosiku, perlahan hilang. Dia menatapku cukup lama lalu tersenyum. Aku tidak bisa bohong untuk mengatakan, dia memiliki senyum yang tulus dan indah, "Kenapa kau melakukan ini padaku?" ucapku tanpa sadar.

***

Jimin tak berkata-kata setelah aku bertanya. Dia hanya menatapku sengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, dan pergi meninggalkanku. Hebatnya, tidak ada yang memerhatikan kami. Apa aku sebegitunya terlupakan?

Kejadian tadi memang berlangsung sangat cepat. Aku bahkan belum bisa mencerna, apa tujuan Jimin selama ini memperlakukanku seperti itu. Dia bilang, akan menjelaskan padaku nanti-atau mungkin tidak. Jadi, aku harus bagaimana?

Tapi setidaknya, dia menjadi lebih hangat kepadaku. Dan lagi, apa itu tadi? Mengusap air mataku? Mengucapkan kata-kata yang membuat hatiku menghangat dan berdebar? Rasanya terlalu cepat untuk jatuh.

Argh, rasanya aku ingin pulang. Lagian, acara utamanya sudah selesai, dan aku tidak terlalu mengenal banyak orang di sini. Mau bergabung dengan yang lain pun, rasanya akan mencurigakan mengingat wajahku sekarang sudah pasti terlihat seperti habis menangis. Beranjak, akhirnya aku memutuskan untuk pulang tanpa Jungkook. Tentunya, aku pamit dulu ke tuan rumah.

***

"Kenapa kau sok-sok mau pulang sendiri sih?"

Yah, aku berakhir bersama Jungkook. Saat izin ke tuan rumah, yang notabenenya adalah teman Jungkook, dia otomatis memanggil Jungkook unuk mengantarku. Aku tentu tidak bisa menolak, karena pasti, Jungkook juga akan marah jika tahu aku pulang diam-diam tanpa bilang padanya.

"Kau kira aku tidak melihat kau yang sedang bahagia tadi?"

"Ya, tapi kan, bukan berarti aku tak mau pulang!"

Aku menghembuskan nafas pelan. Rasanya sudah cukup aku berdebat dengan Jimin saja. Aku lelah jika harus adu mulut lagi.

Jimin.

Sekarang, apa yang sedang dia pikirkan ya?

Apa langkah yang akan dia lakukan?

Aku harus berhenti memikirkannya. Sejenak, aku melihat jalanan. Merasakan desiran angin menusuk kulitku. Hari ini Jungkook diperbolehkan menggunakan motor milik abangnya. Motor besar ini, benar-benar tidak boleh Jungkook gunakan lagi. Dia menggunakannya dengan kecepatan tinggi.

"Jangan ngebut!" perintahku.

Tak lama, dia mengurangi kecepatan motornya.

"Kalau lama, nanti makin lama lo sampainya." Bantahnya.

"Lebih baik lama yang penting selamat," ucapku sambil berusaha menghilangkan pikiranku tentang Jimin.

Jimin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang