"Aku tak bermaksud membencimu."
Apa?
"Kalau begitu mengapa-" ucapanku terputus tanpa sebab. Aku tidak tahu harus bicara bagaimana lagi.
Jimin tersenyum miring. "Lebih baik seperti ini," ucapnya, aku tak mengerti. "Jangan coba-coba sok akrab denganku."
Apa? "Aku--" Aku kehabisan kata-kata. Aku bukan bermaksud sok akrab dengannya. Aku hanya ingin tahu mengapa dia terlihat sebegitunya membenciku sementara dia bukan orang yang seperti itu?
Mendengarnya berbicara seperti itu sedikit menohokku. "Tunggu," ucapku saat melihatnya baru saja akan pergi. "Apa dulu aku pernah tidak sengaja berbuat jahat atau apa pun kepadamu?" aku bahkan tidak ingat, apa aku pernah mengenalnya dulu?
"Tidak." Jawabnya singkat. Kemudian, dia pergi ke kerumunan yang lain. Tanpa melihat ke arahku, lagi.
***
Pesta dimulai dengan meriah. Suasana penuh kegembiraan dan kehebohan. Aku hanya duduk di sofa, memandangi orang-orang yang sibuk bermain permainan yang diadakan. Ada juga yang sedang berkumpul bersama teman-temannya, berfoto dan bergosip, mungkin.
Aku benar-benar menyedihkan. Aku ingin sekali berbaur, mencoba berteman seperti saran Jungkook, tapi kumpulan orang-orang yang kukenal sedang bersama Jimin. Aku tak bisa ke sana jika ada Jimin. Dulu, ada atau pun tak ada Jimin, aku tak pernah peduli untuk memikirkan hal tersebut. Tapi sekarang beda urusannya.
Ugh, seharusnya saat di perhentian, aku tidak berbicara padanya, tapi siapa yang menyangka? aku bahkan tak menyangka dia akan seperti itu.
Aku memutuskan untuk menutup mata sejenak, apa aku tidur saja?
Sadar bahwa aku kemari bersama Jungkook, aku membuka kembali mataku, mencari Jungkook, berharap dia ada di lingkup pandangku.
"Minum," suara seseorang mengagetkanku. Jimin?
"Kau melamun daritadi, minumlah," lanjutnya, kali ini tatapannya seperti menyiratkan ke khawatiran. Eh?
Aku mengambil minuman yang dia sodorkan padaku. Greentea hangat. Saat menyesap minuman darinya, aku bisa merasakan sofa yang kududuki sedikit berguncang, menandakan ada yang baru saja duduk di sebelahku.
Suasana sekarang sangat canggung. Apalagi dia memperlakukanku seperti ini, apa boleh aku berpikir dia bipolar?
Aku ingin mencairkan suasana yang ada, tapi aku takut nantinya akan terulang seperti yang sudah-sudah. Banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku. Tak sengaja, sembari melihat sekeliling, aku melihat Jungkook masih di sana, di halaman luar, sedang sibuk bermain bersama teman satu ekskulnya. Anak itu benar-benar melupakanku.
"Ehem," dari sebelah, aku bisa mendengar Jimin yang berdehem. Sekarang apalagi?
"Oh iya, makasih," kataku pelan. Mungkin saja dia menagih kata terima kasihku.
"Kau tak ingin mengatakan sesuatu?" tanyanya, mengabaikan terima kasihku.
Memandangnya heran, aku mencoba menahan diri untuk tidak terlihat jengkel. "Maksudmu?"
"Dengar, aku tak mau membencimu." Ucapnya terdengar pelan, menatapku bersungguh-sungguh.
"Aku hanya... bisa melakukan ini, aku tak ingin membencimu."
"Tapi kenapa?" suaraku terdengar lirih. Seketika, aku merasa sangat emosional. "Aku tahu, bukan orang yang mudah akrab dengan orang lain; aku juga tahu, orang-orang mungkin berpikir aku sombong," aku melanjutkan dengan pahit, "tapi kenapa kau harus memperlakukan aku seakan aku menjijikan? apa salahku?"
Aku menggigit lidahku, berusaha keras untuk tidak menangis. Aku sudah menahan diri untuk waktu yang lama. Kesabaranku memudar, "Kita bahkan tidak pernah kenal, tapi kenapa untuk hal kecil saja, tanpa aku ketahui sebabnya, kau seperti menanggapku sampah?"
Aku merasakan mataku memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin?
FanfictionYang aku tahu, seorang Park Jimin adalah malaikat sekolah; baik, ramah, penolong. Aku tak mengenalnya, hanya tahu namanya dan sering melihatnya, tapi aku tak menyangka, dia memperlakukanku 180 derajat berbeda. Apa dia membenciku? [AU] fanfict you x...