Part 2 : DEUX

822 62 2
                                    

Sosok yang berdiri dihadapannya ini… baru saja menyelamatkannya.

Membungkukkan badannya, si mungil dengan mata puppy itu tersenyum lebar, "Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?"

Sehun mendengus ketika melihat dengan jelas binar penuh harap dari sosok pendek dihadapannya itu. "Tidak perlu."

"Ah, jangan begitu Sehun. Kau sudah melindungiku dari Park Chanyeol Sialan tadi. Jadi sudah seharusnya aku membalas budi baikmu~"

"Tidak perlu. Aku tidak melakukan apapun."

"Jangan begitu." Baekhyun tertawa kikuk. "Jadikan aku anak buahmu, Sehun. Aku akan dengan senang hati menerimanya."

Sehun mendengus dan tersenyum mengejek. Sehun tahu maksud dibalik kata-kata dari pemuda di hadapannya itu.

"Jadi anak buahku?"

Pemuda dihadapannya menangguk dengan sangat antusias. Berbinar penuh harap.

"Ya! Aku mau jadi pengikutmu. Hahaha.."

"Dan menjadikanku sebagai benteng pelindungmu?"

Baekhyun menggaruk rambutnya. Menjulurkan lidahnya kearah Sehun dan kemudian memasang wajah yang memelas, "Ayolah Sehun~ lindungi makhluk lemah seperti kami. Kumohon.."

"Kami?"

"Iya! Ada satu kawan senasibku juga. Namanya Do Kyungsoo. Ku mohon…"

Sehun sebenarnya ingin menolak Baekhyun. Rasanya ketika ia melihat pemuda yang ia temui tadi menatap kearahnya dengan kesal membuatnya merasa seperti.. satu musuh sudah datang dihari pertamanya masuk sekolah. Tapi ketika ia melihat wajah memelas Baekhyun, Sehun merasa iba. Sekolah ini pasti sangat kejam untuknya.

Duh, kenapa Sehun jadi perduli pada Baekhyun sih?

"Bagaimana? Kumohon~"

"Yayaya.." Sehun akhirnya menyerah, "Tugas pertama untukmu Byun Baekhyun.. tunjukkan dimana ruang kepala sekolah untukku."

Baekhyun mengerjab sesaat sebelum akhirnya ia melonjak senang. Kenyataan bahwa dia mulai hari ini memiliki seseorang yang mungkin mau membantunya dari keisengan seorang Park Chanyeol ada dihadapannya. Oh Sehun.. orang itu adalah Oh Sehun.

"Roger! Ikut aku~"

Sehun menatap pintu dihadapannya itu dengan tatapan yang sulit sekali diartikan. Pintu dihadapannya ini adalah pintu ruang kepala sekolah. Sehun sempat berfikir apa benar ini pintu ruang kepala sekolah?

Jadi, pintu dihadapannya itu benar-benar jauh dari perkiraannya. Sehun sempat berfikir kalau pintu dihapannya ini akan terlihat kumuh -bahkan tidak berbentuk lagi- dengan banyaknya coret-coretan disana. Namun yang Sehun lihat saat ini aalah, pintu yang bersih dan juga mengkilat. Terlihat begitu mewah jauh sekali dari perkiraannya.

Sehun ketuk pintu itu dan suara dari dalam sana menyambutnya.

"Masuklah."

Sehun bisa melihat pria berumur empatpuluh tahun-an duduk dibelakang meja kerjanya dengan sebuah majalah—edisi khusus bulanan untuk para wanita yang berisi barang-barang brandit—tersenyum kearahnya.

Wind Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang