Part 12

380 44 0
                                    

Perempuan yang dipanggil Presdir Jung itu kemudian tersenyum lebar saat melihat Luhan. Perempuan itu bangkit dari duduknya menuju Luhan dan memeluk Luhan yang juga tersenyum saat itu.

"Lama tidak bertemu Lulu. Kau selalu menolak saat aku ingin bertemu denganmu."

"Hehe... maafkan aku Sica. Kau tahu seperti apa Kai 'kan.." Luhan tersenyum kikuk saat mengatakan itu. Dan Sica-Jessica mengangguk paham. Jessica tahu seperti apa anak keluarga Kim itu juga sudah menyangkut Luhan.

"Jadi kenapa kau kesini, Lulu?" Jessica tersenyum dan menyuruh Luhan untuk duduk.

"Um.. sebentar lagi Kai akan ulang tahun.. dan bisakah kau membuatkan sebuah kalung atau mungkin bracelet untuknya?"

"Kau kesini hanya untuk ini?"

Luhan nyengir "Tidak sih. aku ada sesuatu yang harus aku lakukan nanti." Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Aku ingin jalan-jalan sebentar."

Jessica mengangguk, "Setelah ini kau akan kemana?"

Tersenyum dan menjawab, "Itu rahasia!"

Hal yang tidak ingin Luhan lakukan ialah berkelahi. Luhan tidak suka berkelahi. Sama sekali. Luhan tidak suka kekerasan, dan Luhan juga benci darah. Luhan ingat ketika ulang tahunnya yang ke empat belas, teman baiknya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri harus terluka karena melindunginya dari orang-orang jahat yang ingin membuatnya terluka. Luhan ingat betul itu, saat ia menangis dengan Xiamu yang berlumur darah dibagian perut karena tusukan benda tajam dan juga beberapa memar di wajahnya. Belum lagi dengan kepalanya yang berbalut darah karena pukulan balok kayu. Luhan ingat dan tidak akan pernah lupa kejadian itu seumur hidupnya, dan ketika ia berteriak ingin meminta tolong, melihat seseorang dengan topeng kucing dimalam hari dengan balok besi dan setelahnya Luhan tidak ingat apapun. Semuanya gelap setelah kepala bagian belakang kepalanya terbentur sesuatu yang keras.

Dan itu terjadi malam ini. Luhan meringsut mundur beberapa langkah saat ia melihat beberapa anak-anak dengan blazer sekolah yang berbeda dengan wajah yang menyeramkan menghadangnya. Membuat Luhan harus terpojok di sebuah gang sepi di malam hari sehabis hujan. Luhan menggerutu saat salah satu dari mereka mencengkeram lengannya dengan erat dan membuat Luhan harus merintih sakit.

"Bukankah dia Luhan?" ucap salah dari empat siswa dengan rambut berwarna magenta itu. Luhan menahan nafasnya untuk sesaat saat laki-laki dengan rambut magenta itu mengusap sisi wajahnya dan kemudian mencengkeram erat rahangnya. Membuatnya harus mengerang karena sakit.

"Lepaskan aku! Aku bukan Luhan! Kalian salah orang."

"Oh, begitukah?" Tersenyum mengejek, "Aku tidak buta, manis. Kai pasti akan murka jika kita menyentuh miliknya." Si rambut magenta tertawa dan disusul dengan ketiga temannya yang ikut mengerubungi Luhan. "Ya.. hitung-hitung untuk membalas dendam pada kawan kita yang mati ditangan anak DEUX tiga bulan lalu."

"Tidak.. kalian salah orang. Aku bukan Luhan!" Luhan merintih lirih. Merasakan tangannya cukup terasa sakit saat anak laki-laki dengan rambut pirang itu menahan tubuhnya dari belakang. Memegang lengan atasnya dengan begitu kuat agar Luhan tidak melawan dan siswa dengan rambut magenta itu mengarahkan tamparan tangannya disisi wajah Luhan dengan keras.

"Sakit?" Luhan tidak menjawab dan hanya menunduk merasakan pipinya terasa panas. Luhan ingin menangis saat itu, "Kau tahu itu tidak seberapa dengan-"

Wind Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang