Part 6

442 41 0
                                    

Wajah tidurnya terlihat begitu rapuh dan itu membuat Sehun entah kenapa ingin melindunginya. Tidak membiarkan siapapun melukainya.

Sehun buka pintu Ruang Kesehatan itu dengan kakinya –itu lebih tepat Sehun menendangnya dengan paksa- dan kemudian meletakkan tubuh mungil itu di ranjang. Terima kasih kepada sekolah ini yang masih memiliki ruang kesehatan walau keadaannya tidak terlalu baik.

Sehun sapukan pandangannya untuk mencari kotak P3K dan kemudian menemukannya di pojok ruangan. Sehun ambil kotak itu dan kemudian mencari alcohol dan juga kapas yang setidaknya bisa ia gunakan untuk mengobati luka pemuda itu.

Sehun ikut meringis ketika ia mengarahkan kapas itu ke sudut bibir si mungil itu dan si mungil memberikan reaksi untuk itu. Sehun melakukannya dengan begitu pelan seakan pemuda itu adalah benda paling rapuh yang mudah pecah.

Selesai dengan bagian itu, Sehun menimbang untuk sesaat. Apa perlu dia membersihkan luka di lehernya? Sehun hanya tidak ingin dibilang mesum jika pemuda itu sadar dan menemukan Sehun menyentuh lehernya dan juga dada-nya walaupun Sehun berniat untuk mengobatinya.

Ah apa perdulinya. Sehun hanya ingin membantu mengobati luka-luka itu. Dengan terpaksa Sehun buka kancing baju pemuda itu—hanya dua kancing—dan Sehun harus menahan nafasnya untuk beberpa saat –lagi-.

Entah apa yang pemuda berkulit tan tadi lakukan kepadanya, noda bekasnya terlihat begitu banyak dan kontras dengan kulit pucatnya. Itu membuat Sehun urung untuk melakukannya dan kemudian memutuskan untuk menutupnya kembali. Sehun berpikir jika dia melakukan itu mungkin pemuda yang terlelap dihadapannya ini akan merasa tersakiti.

'Tuhkan Sehun..

Sehun hendak saja ingin membenarkan blazer miliknya yang tadi ia gunakan untuk menyelimuti tubuh mungil itu ketika ia mendengar pintu ruang kesehatan terbuka dan menampilkan dua siswa dengan tinggi yang berbeda itu berdiri disana. Sehun melihat mereka berdua kemarin. Mereka adalah anggota Wolf. Apa mereka kesini untuk menjemput si mungil ini?

"Lu! Bangun!" siswa dengan name tag Kim Jongdae itu mendekat dan kemudian mengguncang tubuh si mungil yang terlelap itu. Si munggil terbatuk sesaat dan kemudian merengek ketika siswa dengan nama Kim Jongdae itu menarik tubuhnya hingga membuatnya terduduk.

Jujur, Sehun sebenarnya tidak tega melihatnya. Namun ketika ia menyadari jika ia berurusan dengan kawanan Wolf maka hidupnya tidak akan tenang disini. Ingin rasanya Sehun melepas cengkraman tangan itu dari pergelangan tangan si mungil manis yang terlihat begitu pucat itu.

"Lepaskan aku Chen!" rengek pemuda itu.

"Luhan!" si mungil membeku ketika suara pemuda yang ia panggil Chen tadi meninggikan suaranya. "Jangan membuatku dan Tao semakin sulit karena ulahmu! Aku dan Tao sudah mencarimu ke kamar mandi seperti yang Kai katakan dan ternyata kau tidak ada! Kau pikir tugasku hanya mencarimu yang kabur-kaburan?"

"Maaf.." lirihnya.

"Sudahlah. Jangan katakan maafmu padaku! Itu tidak ada gunanya." Chen berkilat kesal, "Lebih baik cepat bangun. Kai sudah menunggumu!"

"Tapi.. Chen.."

"Ayolah, Lu-ge. Kau membuat kami semakin sulit. Kau tahu bagaimana jika Kai marah 'kan?" Luhan mengangguk. "Palli! Kau membuat banyak waktu kita terbuang sia-sia."

Sehun bisa melihat untuk sesaat Luhan meliriknya, menatap kearahnya sebelum akhirnya ia mencoba untuk menjajakan kakinya di lantai. Luhan baru saja mencoba berdiri dan bertumpu pada kedua kakinya dan kemudian terhuyung jatuh.

Sehun yang berada didekatnya dengan sigap menangkap tubuh mungil itu dan merasakan tubuhnya terasa demam.

"Hati-hati.." ucap Sehun dan kemudian tersenyum.

Luhan balas tersenyum walau itu terlihat kaku dan kikuk, sebelum akhirnya dengan bantuan Tao yang memapahnya ia berjalan dengan pelan. Sehun bisa mendengar siswa dengan nama Tao itu menggerutu dengan Luhan yang berjalan begitu lamban.

Hhh… Dia pergi lagi, batinnya.

…..

…..

Lorong kelas itu begitu sepi dan gelap. Menyisakan keheningan diantara pemuda yang kini tengah sibuk dengan ponselnya itu. Siswa dengan seragam DEUX itu berdiri membelakangi cahaya dan hanya menyisakan pungung miliknya yang terlihat. Pemuda dengan rambut berwarna coklat tua dan sedikit bergelombang itu tak lebih dari sebuah bisikan dari setiap kata yang meluncur di bibirnya.

["Kudengar, anak dari Wu Liu Wen bersekolah disana juga?"]

Pemuda itu bergumam, terlihat seperti menimbang apa yang akan ia ucapkan nanti. "Maaf Tuan. Saya tidak tahu."

["Benarkah?"] Seseorang dengan suara yang berat itu terdengar tertawa, [Cari tahu siapa anak itu."]

"Baik Tuan.. akan saya usahakan."

["Dan satu lagi.. jangan biarkan anak keluarga Wu itu mendekati-nya. Mengerti?"]

Siswa itu mendesah. "Baik Tuan. Saya akan mencoba menjauhkan dia dengan anak keluarga Wu itu."

"Ya.. kau harus. Ingat apa tugasmu. Jangan sampai lengah. Awasi Kai dan juga anak keluarga Wu itu."

Pemuda itu mengangguk, seakan dengan begitu seseorang yang ia panggil 'Tuan' tadi melihatnya. "Saya mengerti Tuan."

"Ya, belajarlah dengan baik. Ingat, jangan lupa apa tugasmu, Lotus.."

Siswa itu menatap layar ponsel miliknya dengan penunjuk waktu yang telah berhenti. Ada rasa lega yang ia dapatkan setelah telfon itu terputus. Ia hanya mendengar suaranya, tapi entah kenapa suara orang itu benar-benar menakutkan.

Begitu dominan, begitu kuat, begitu penuh dengan aura membunuh yang menakutkan.

"Apa yang kau lakukan disana, Hyung?"

Siswa itu menengok ketika suara pemuda degan rambut ramyeon itu menatap kearahnya. Memberikan sebuah senyuman manis untuk adik kelasnya itu, pemuda itu kemudian mengangkat tangannya, memberi gestur untuk menyapa.

"Ayo, Kai sudah menunggu!" pemuda berambut ramyeon itu tersenyum, "Luhan mungkin butuh bantuanmu saat ini, Hyung. Kai pasti akan menghukumnya nanti malam jika dia tahu apa yang baru saja Luhan lakukan dengan anak baru itu."

Menghukum?

"Chen.. dimana Luhan sekarang?"

Chen—pemuda berambut ramyeon itu menggendikkan bahunya, "Aku melihatnya tadi masuk kedalam mobil Kai. Dan kurasa Kai benar-benar marah padanya."

Kai marah.

Adalah hal yang paling menakutkan dari apapun. Terlebih untuk Luhan. Ia harus secepatnya menemukan Luhan sebelum Kai melakukan hal yang tidak diinginkan. Harus.

Tbc
Next?Vote

Wind Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang