Part 8

426 43 0
                                    

Satu perintah yang cukup untuk membuat teman sekelasnya menyerangnya. Sehun ambil tas miliknya dan kemudian menghindar ketika satu siswa menyerangnya. Sehun hindari tendangan itu, dan kemudian ia arahkan tinjunya ke arah salah satu siswa yang kemudian membuat siswa itu tersungkur ke lantai.

Sehun mendengar semuanya ketika sahutan siswa-siswa lain yang terdengar dari luar kelasnya. Beberapa dari mereka berteriak seperti; 'bunuh dia', 'kalahkan' atau 'hajar'. Sehun coba abaikan itu dan kemudian membanting siswa yang hampir saja menjeratnya dengan tali. Sehun tarik kerah salah satu siswa dan kemudian menghantamkan dahinya ke dahi pemuda itu. Sehun memutar tubuhnya ketika instingnya merasakan bahaya dari arah belakang. Disana seorang siswa dengan tubuh tambun siap mengangkat tongkat baseball miliknya dan dengan cepat Sehun gunakan tubuh siswa yang tadi ia hantam dengan dahinya -yang kini pingsan itu- untuk tamengnya dan pukulan siswa tambun itu mengenai punggungnya. Siswa tambun itu menatap sengit kearah Sehun dan kembali mengarahkan pukulan tongkat baseballnya kearah Sehun dan dengan mudah Sehun hindari. Sehun sedikit menunduk dan melangkah dengan gesit kearah belakang siswa itu dan kemudian Sehun arahkan pukulan sikutnya kearah tengkuk siswa tambun itu yang seketika membuat siswa tambun itu tersungkur.

Sehun tersenyum puas ketika melihat lebih dari separuh siswa kelasnya yang kini babak belur karena dirinya, dan kemudian menatap kearah sang leader yang menatap tidak suka kearahnya. Sehun baru saja melangkahkan kakinya di langkah pertamanya ketika ia merasakan sesuatu yang keras memukul kearah belakang kepalanya dan membuat telinganya berdenging ngilu.

Sehun terhuyung kearah depan dan kemudian jatuh dengan lututnya yang menjadi tumpuannya. Sehun pegang belakang kepalanya yang berdenyut sakit itu dan suara yang berdenging di telinganya membuat matanya perlahan memburam. Sehun arahkan tatapan matanya kearah belakang dan kemudian menemukan Young Jae dengan tongkat baseball yang mungkin dia gunakan tadi untuk memukul bagian belakang kepalnya.

Sehun tersenyum ketika ia melihat telapak tangannya yang kini berwarna merah dan berbau anyir itu. Tubuh Sehun rasanya menjadi berat dan rasanya lemas sekali. Sehun hampir saja terjatuh ketika ia merasa siswa yang berada dibelakangnya memegang lengannya dan membuat tubuhnya kembali tegak. Tatapan matanya yang mulai memburam masih bisa melihat RapMoon yang mulai berjalan kearahnya dengan dua siswa yang selalu bersamanya itu berjalan kearahnya.

"Kau cukup hebat juga ya." Ucap RapMon dengan menjambak rambut Sehun. "Kau bisa mengalahkan lebih dua puluh empat siswa sendirian." RapMon perkuat jambakan rambutnya hingga membuat Sehun harus mendongak kearahnya dan RapMon bisa mendengar desisan kesakitan dari bibir Sehun, "Kau ingin menjadi leader?"

Tidak ada jawaban. Hanya sebuah erangan yang ia dengar dari bibir Sehun.

RapMon menyeringai, menampar pipi Sehun tidak terlalu kuat namun cukup untuk membuat wajah Sehun harus memalingkan wajahnya kearah samping. "Kau.. hanya sampah. Pulang dan kemudian bersembunyi dibalik ketiak ibumu." RapMon tertawa, "Oh, apa kau memiliki ibu?" Beberapa siswa tertawa mendengar itu. "Kau hanya sampah yang dibuang kesini. Keluargamu pasti malu dengan dirimu. Benarkan?"

"Kalau kau punya kakak, kakakmu pasti akan menyesal memiliki adik seperti dirimu. Kau harus tahu posisimu. Orang sepertimu tidak pantas menjadi seorang leader." Ucap salah satu siswa yang memegang lengan kirinya.

RapMoon arahkan jari telunjuknya dan kemudian mendorong kepala Sehun kearah samping, "Kakaknya juga pasti seorang pecundang. Seorang kakak pecundang pasti memiliki adik seorang pecundang sampah."

Sehun menahan geramannya, mengepalkan kepalan tangannya. Sehun tidak tahu ia mendapat tenaga darimana ketika ia merasa pusing dikepalanya yang tiba-tiba menghilang. Ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan ketika hatinya merasa tersakiti.

Wind Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang