Saat Tamara menginjakan kakinya di sebuah salon dia harus benar-benar memastikan bahwa tidak ada masalah--bukan karena dia bolos dari kampus lagian kelasnya sudah selesai malah kalau Tamara mau bolos, dia bisa aja bolos karena bisa titip absen. Masalanya adalah kenapa Tamara mau menghamburkan uangnya untuk mempercantik diri karena dia mau kencan bersama Daffa lusa.
Apa?Kencan? sama Daffa?
Tamara memandang dirinya di pantulan cermin, dia harus benar-benar memastikan kata-kata kencannya. Tapi Tamara rasa ini bukan kencan cuman Tamara mau melihat apakah Daffa memang semengasyikan itu lagi pula Tamara tidak berniat untuk memiliki kekasih lebih muda darinya.
Ini berawal dari Daffa yang menelepon, tadinya sih Tamara akan memilih opsi reject tapi tangannya sendiri yang refleks memilih opsi answer.
"Maaf salah sambung" Jawab Tamara cepat.
"Terus kenapa lo angkat?"
"Refleks tolol"
"Darling, jangan kasar-kasar." Daffa bergumam dengan nada manis "Sial banget ya gue,makin sering gue denger suara lo malah makin naksir aja"
"Bacot lo udah ngomong naksir lulus aja belum"
"Oh jadi cuman itu syaratnya?"
"Maksud lo apa?nyet"
"Iya, syaratnya gue harus lulus dulu terus bisa naksir sama lo dan pacaran sama lo?"
"Enggak lah, lo harus beliin gue kapal pesiar"
"Sekalian aja minta dibikinin seribu candi"
"Gue kan bukan roro jonggrang. Lagian, candi gak bisa di jual beda sama kapal pesiar"
"Untuk ukuran yang salah sambung lo terlalu banyak ngomong"
Tamara hampir dibuat tidak puya muka karena Daffa "Ya..yaudah gue matiin"
"Jangan dong, gue nelepon lo dengan cara gak kepencet"
"Jangan nyindir gue, Bocah"
"Darling, lo boleh ngatain gue apa aja asal jangan dengan kata bocah"
Tamara mendengus, Daffa tertawa. Tawa yang membuat Tamara ingin tersenyum, tawanya manis sampai Tamara ingin menyimpannya dalam toples dan membukanya setiap pagi. Yaampun, apa yang dia fikirkan sebelumnya? Tamara memuji tawa seorang Daffa?.
"Dulu gue emang anak kecil. Tapi sekarang udah enggak, kenapa lo gak bisa ngubah bocah ingusan kayak gue jadi seseorang yang bisa lo andalkan, gue juga bisa merubah seorang maleficent jadi putri"
"Terserah lo aja" Tamara memutar bola mata "Gue lagi kuliah, gue sibuk"
"Karena itu gue langsung ngomong aja, Go out with me?"
"Apa?!"
"Lusa lo jalan sama gue, gak pake ngaret, gak pake gak mau. Gue jemput lo jam delapan malam di rumah lo--"
"Maksud lo apa sih? woy"
Tut..tut..tut
Semudah itu dan setolol itu, Tamara bisa jalan dengan Daffa. Tapi, dalam diri Tamara ada setengah dirinya yang menginginkan itu dan setengah dirinya terhalang gengsi. Bagaimana mungkin kalau seandainya dia bersanding dengan Daffa dan bertemu dengan mantan-mantan pacarnya yang memang orang kaya dan penakluk dunia.
Ini gila.
****
Langit mendung, Atha melihat ke atas awan yang memang sekarang sudah memasuki musim hujan--musim kesukaan Atha karena saat hujan ada sesuatu yang indah seperti saja-sajak yang memang lebih memilih hujan sebagai objek keindahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She
Teen Fiction* [ On Going ] REVISI SETELAH TAMAT :D Tentang dia,dia yang selalu aku ingat dalam fikiran ku bukan karena saat kita bertemu saling berjabat tangan dan saling memandang manik mata masing-masing, dia juga tidak bisa menjamin jika setelah hujan selal...