“Mengesankan. Cukup dengan kata itulah aku menggambarkanmu.”
–Kevin Dwi Adiatmaja.“Jadi integrasi Nasional adalah-” celetuk seorang guru yang diduga bernama Bu Marni. Penjelasannya mengenai integrasi nasional terhenti dikarenakan beliau melihat seorang murid yang sedang menundukkan kepalaanya diatas tumpukan tangannya.
“Athala Senja ! siapa suruh kamu tidur saat jam pelajaran saya !”
Yang merasa namanya terpanggil pun langsung mendongak dengan wajah pucat pasinya. “Saya ga tidur Bu.”
“Ya Allah kenapa wajah kamu pucat seperti itu? Lebih baik kamu ke UKS saja. Airin temani Atha ke UKS”
“Baik bu” sahut Airin yang mendapat titah oleh Bu Marni.
“Ayo tha!”
Airin pun langsung membantu Atha berjalan menuju ruangan yang bertuliskan Unit Kesehatan Sekolah tersebut. Sesampainya disana Airin pun langsung menidurkan Atha ke ranjang tidur yang berada paling pojok. Kata Atha enak di pojok kalo yang ditengah dingin kena AC. Airin pun yang sudah tak tega melihat Atha pun hanya menurut nurut saja.
“Rin, udah sana kekelas kan tadi kamu cuma suruh nganterin aku, bukan disuruh nganter dan jagain. Nanti dimarain Bu Marni lho!”
“Yaudah, gue masuk kelas dulu ya, sekalian mau ngundang anak PMR kesini, gua tau kok rasanya menstruasi hari pertama. Baik-baik disini, nanti pas pulang sekolah gue bawain tas lo kesini. Ok!”
“Iya Airin”
“Ok deh gue pergi dulu!”
Beberapa menit setelah kepergian Airin, Atha pun beringsut kedalam selimut UKS dan meringkuk memeluk perutnya yang melilit kesakitan sedari tadi, dan tak lama dia pun terlelap masuk kedalam alam mimpi.
***
“Sesuatu yang ga kelihatan tapi bikin perdebatan!”
Rakyat yang sedang berkumpul dipojok kelas tampak berpikir keras bersamaan dengan alis yang bertautan.
“Makanan, gue yakin pasti makanan, karena gue selalu debatin!” celetuk salah satu laki-laki yang diketahui bernama Agung.
“Yaelah, otak lu dimana anjir ketek ular utusan medusa! Gue kan tadi dah bilang ‘gak kelihatan’ ya gini ni orang yang selalu dicampakkan otaknya dah pindah ke pantat!”
“Kaya lo gak pernah dicampakkan aja lo tong, itu si Luna apa kabar?”
“Paling enggak, gak kaya elu yang selalu di campakkan oleh kaum hawa” ejek Martin.
Yang merasa terpojokkan oleh kata-kata yang menusuk bin menyakitkankan pun hanya mendengus kesal. Sedangkan teman-temannya bukannya menenangkan dia yang sedang di bully malah tertawa terbahak-bahak sambil menepuk pundaknya. Sungguh malang nasibmu wahai anak muda.
“Yang bener tu jawabannya kentut bego! Setelah gue pikir-pikir ternyata temen-temen gue ga ada yang pinter ternyata! Miris gue! Gimana Indonesia bisa maju kalau anak-anaknya saja seperti ini!!” tutur Wahyu dengan kobaran api yang menyala-nyala ditambah dengan kepalan yang terangkat ke udara. Teman-temannya yang melihat itu pun hanya memutar bola mata tanpa mau menanggapi sedikitpun penuturan makhluk astral tersebut.
Ya, disini lah Kevin berada. Bersama teman-temannya yang berkumpul di pojok kelas mengobrol, atau sekedar menertawakan lelucon yang dilontarkan temannya. Disana ada Kevin, Wahyu, Martin, Eza, dan Boby. Teman-teman yang selalu mengisi hari-harinya dengan canda tawa.
“Gue ke UKS dulu, ngantuk gue. Lagian ini Jamkos kan?”
“Yaudah sana, dasar kebo kerjaannya tidur mulu lu! Pantes rejeki lu di patok ayam!” Jawab Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Love
Teen FictionTentang Kevin yang benci angka ' 8 ' dan tentang Atha yang menyukai angka ' 8 ' . Ada apakah dengan angka ' 8 ' ? Apa hubungan angka ' 8 ' dengan mereka? "Karena gue benci angka 8 ! Angka yang buat hidup gue berantakan !" -Kevin Manggala Adiatmaja ...