4. Confused

23 3 0
                                    

Biar raga berkata tidak, namun hati berkata iya, kamu bisa apa?

“Assalamualaikum! Atha pulang!” pekikan Atha yang nyaring mengisi ruang-ruang yang ada di rumah besarnya itu.

“Walaikumsalam, gak usah pake teriak dong Atha. Bunda juga masih denger kok.” Sahut Dinda Karina –Bunda Atha- yang sedang berkutar dengan kesibukannya di dapur.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Atha langsung ngibrit ke lantai atas menuju kamarnya. Sampai dikamarnya yang didominasi warna pink khas anak perempuan itu, Atha langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket karna aktivitasnya seharian ini. Ngomong-ngomong soal aktivitasnya seharian ini, Atha jadi berpikir tentang Kevin. Mengapa tadi dia melamun saat dia mengatakan tentang permen karet?, mengapa dia juga sambil senyum-senyum sendiri saat melamun?, apa yang di pikirkannya sampai membuat seorang Kevin tersenyum seperti itu? Ya, kurang lebih seperti itulah hal yang dipikirkan oleh Atha. Tapi, sekeras apapun Atha berpikir dia tak akan menemukan jawabannya, karna, kalian tau sendiri lah lemotnya seorang Atha.

Hanya cukup 5 menit Atha telah selesai membersihkan diri. Setelan  anak sekolahnya tadi sudah berganti dengan setelan baby doll berwarna pink muda kesukaannya.

“Arga, Atha, Aldi ! ayo turun ! makan malam sudah siap !” teriak bunda Atha dari lantai bawah.

Atha yang mendengar seruan dari mamanya itu pun langsung bergegas menuju lantai bawah untuk menyantap makan malamnya bersama dengan keluarga besarnya. Atha duduk disamping adik kecilnya yang diketahui bernama Aldi. Lalu disusul di sampingnya Aldi terdapat Arga –kakak tertuanya Atha- atau lebih tepatnya anak pertama dari pasangan Dinda Karina dan Galang Dirga. Keluarga mereka memang tidak sekaya keluarga di luaran sana, tetapi mereka selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada keluarga besar ini. Setiap masalah yang dihadapi keluarga ini selalu di hadapi dengan senyuman, mau masalahnya sebesar apapun dan sesulit apapun, tersenyum tetaplah nomor satu.

Setelah piring mereka terisi dengan makanan dan gelas mereka terisi dengan air putih untuk penghilang rasa dahaga, dan doa juga terucap dari lisan masing- masing, mereka pun menyantap makanan dalam keheningan. Sampai ada celetukan yang keluar dari bibir mungil si Aldi.

“Kak Tha, tadi pulangnya dianterin siapa? Kayaknya tadi Aldi denger kaya ada suara motor gitu pas kak Tha masuk rumah.” Aldi memang sudah tidak bisa dikatakan kecil lagi, faktanya kini Aldi telah duduk di bangku kelas 1 SMP.

Semua makhluk yang berada di atas meja makan ini fokus memandang kearah satu titik yaitu Atha.

“Anak kemarin yang kita ajak makan malam itu?” Tanya ayah Atha setelah beberapa detik hening. “Apa ada baru lagi nih?” goda ayah, yang membuat Atha melotot kepadanya.

“Apa sih ayah? Baru apanya? Itu tadi Kevin yang Ayah ajak makan malam dulu itu.”

“Oh, ayah kira baru lagi. Hahaha.”

“Ternyata bidadari kecil ayah sudah mulai dewasa, sudah berani membawa calon menantu kerumah. Perasaan baru kemarin ayah mengganti popokmu.” Lanjut ayah.

“Calon menantu apa sih yah! Atha gak ngerti. Kevin tu cuma temennya Atha, bukan calon menantu !, ada-ada aja deh ayah!”

“Tapi cocok kok dek, abang sih setuju-setuju aja kalau kamu sama dia. Itung-itung buat temen main ps abang lah” kali ini kakak sulungnya lah yang menanggapi perihal kevin.

Wrong LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang