5. Alamat

30 2 0
                                    

Jika aku tahu, maka aku tak akan tinggal diam. Maaf.

-Athala Senja

"Hmm, somaynya enak nih. Gurih kaya abang Zain malik. Muehehehe. Makasih ya Tha." Celetuk Airin di sela-sela makannya.

Istirahat. Simple, hanya 1 kata tapi berjuta-juta rasa. Ya sekarang adalah waktunya istirahat untuk para murid penghuni SMA Bina Nusantara. Semua murid berbondong-bondong ke kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sudah meronta-ronta untuk diisi. Apapun akan dilakukan demi sesuap nasi pada jam istirahat ini. Tak terkecuali oleh 2 orang sahabat ini. Atha dan Airin.

"Iya, sama-sama kali, kayak ga pernah aku traktir aja deh."

"Iya sih, oiya hadiahnya dibuka lho, gue yakin lo pasti suka."

"Iya-iya bawel banget sih."

Hari ini adalah tanggal 8 Juni tahun 20XX yang mana pada hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagi Atha. Bagaimana tidak? Hari ini Atha genap berusia 17 tahun.  Atha bukanlah anak yang pandai bergaul, pasalnya jika anak-anak yang lain berulang tahun akan banyak sekali ucapan-ucapan yang diberikan kepada yang ulang tahun dari teman-temannya. Tapi Atha berbeda, di hari ini yang tahu Atha ulang tahun hanyalah keluarga dan sahabat Atha yaitu Airin. Atha tidak terlalu ambil pusing soal hari ulang tahunnya ini, toh tidak ada bedanya hari ini dan kemarin.

Kantin SMA Bina Nusantara hanyalah kantin sekolah pada umumnya. Ramai dan penuh sesak. Atha sedang mengobrol asyik dengan Airin, sampai ada segerombolan siswa yang menghampiri meja mereka dan berkata.

"Boleh ikut duduk?"

Airin dan Atha menoleh pada sumber suara itu.

"Boleh kok. Santai aja."

Atha menerima siswa-siswa tersebut dengan tangan terbuka, dan menggeser duduknya supaya mereka bisa duduk bersamanya dan Airin dalam satu meja. Berbeda dengan Atha, Airin pun dibuat kicep diam seribu bahasa karena kedatangan gerombolan makhluk astral. Bagaimana Airin tidak menyebutnya makhluk astral jika yang datang dan meminta ijin menumpang makan di mejanya ini adalah para most wantednya SMA Bina Nusantara? Semuanya hadir lengkap mulai dari Wahyu, Martin, Eza, dan Boby kecuali pemimpin mereka yaitu Kevin.  Suasana meja ini begitu tenang, oh mungkin lebih tepatnya sangat-sangat tenang, semua orang yang ada di meja ini enggan untuk mengeluarkan suara, padahal biasanya Wahyu dan Martinlah yang paling berisik. Sampai suatu suara memecah keheningan diantara mereka.

"Rin, Kevin kemana ya? Kok hari ini aku ga lihat dia ya? Aku mau bilang makasih karena kemarin udah nganterin pulang, sama mau ngembaliin jaketnya yang kemarin aku baw--"

Uhukkkk

"Kamu kenapa? Keselek ya? Nih minum aja punyaku." Atha menyodorkan minuman rasa jus jambunya kepada Martin.

Martinpun hanya geleng-geleng dan melambai-lambaikan tangannya bertanda tidak mau menerima minuman yang Atha berikan. Setelah batuknya reda, mereka semua pun menatap nanar Atha, yang di tatap pun hanya asyik menikmati siomay kesukaannya. Airin yang melihat itu pun hanya menunduk tidak berani angkat suara. Pasalnya tatapan mereka sangat-sangatlah menakutkan. Airin pun sampai bergidik ngeri melihatnya. Bagaimana Atha bisa ceroboh sampai-sampai bercerita tentang Kevin di depan teman-teman dekatnya? Dasar Atha! Batin Airin. Sadar akan suasana yang ada, Atha pun mendongak menatap sekeliling.

"Ada apa? Kok pada natap Atha sampai kaya gitu? Atha ada buat salah sama kalian?"

Beberapa detik keheningan tercipta diantara mereka.

"Gilak, ternyata omongan lu kemarin bener Bob, gak cuma berita hoax kaya si Martin pacaran sama si Luna. Ternyata Bos kita sudah dewasa dan mulai nge-gas pol, sampe pinjemin jaket kesayangannya lagi. Wah wah hebat cuy. Kita harus memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya untuk si Bos." Celoteh Wahyu yang tidak tau malu, dan diiringi oleh tepuk tangan dengan bangga.

Wrong LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang