Prolog

55.9K 1.9K 67
                                    

Tap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap.

Tap.

Tap.

Langkah kakinya menggema, terpantul di lorong tangga dan menemani pria itu dalam hening.

Setelan jasnya belum dilepas, bahkan sepatu kulitnya pun tidak. Ia terlalu buru-buru untuk mencapai ruangan rahasianya setelah pulang dari wawancara hari ini.

Ia perlu melampiaskan hasratnya di ruangan itu. 

Segera.

Kalau kau bertanya siapa pria itu, namanya Adam MV. Pria tanpa ekspresi yang penuh misteri.

Ia memang memiliki nama yang aneh, pemberian neneknya. Karena itu ia dan seluruh saudaranya selalu menyingkat nama akhir mereka menjadi MV.

Namun satu hal yang lebih menyebalkan dari namanya yang aneh adalah gelar sosialnya. 

Ya, apa lagi kalau bukan Adam si Gay.

Bahkan gelar itu udah lengket sama Adam dari sejak ia ada di bangku SMP. Jodoh banget, kan?

Di mata semua orang dia itu gay, titik.
Tidak ada koma, tidak ada spasi.

Tidak peduli seberapa kaya dan berkuasanya pria tampan satu ini, gelar gay dalam dirinya sudah seperti cap di telur asin Brebes.

Namun, kalau memang konstruksi sosial dan setiap label bedebah yang dibuat masyarakat ini bertujuan untuk mengacaukan hidupnya, Adam memastikan hal itu tidak akan terjadi.

Bagaimana tidak? Dari sejak berusia 25 tahun, itu berarti 14 tahun lalu, pria bersurai umber ini sudah duduk manis sebagai pemimpin redaksi di Majalah Lock-On Indonesia. Di belakangnya ada sederet jejaring kekuasaan yang menyokong dompet dan pekerjaan si Adam.

Pria ini tampan, mapan, kaya dan berkuasa di dunia media Jawa Tengah.

Masalahnya hanya satu. Berekspresi saja Adam malas, apalagi melakukan klarifikasi soal lebel gay-nya.

Walaupun, yah, tentu saja Adam bukan gay. Tapi ia juga bukan berorientasi normal yang lurus-lurus saja.

Identitas aslinya bersemayam dalam sebuah hobi yang abnormal yang dilakukannya untuk memuaskan hasrat, menjadi rahasia besar sang pemimpin redaksi satu ini.

Bahkan, karena terlalu rahasia, Adam sampai rela melakukan hobinya di tempat terisolasi.

Ruangan itu berada di lantai dua rumahnya, yang untuk sampai ke sana harus masuk melalui pintu tangga setinggi satu setengah meter yang selalu dikunci dengan gembok.

Luasnya hanya enam meter persegi. Terdapat satu sofa dan satu rak panjang. Beberapa poster dan foto terpampang di dindingnya. Ada TV dan pemutar DVD di depan sofa, di samping jendela yang terhubung ke balkon.

MAS ADAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang