Article XIX: Anxiety

7.9K 600 38
                                    

🐾🐾

Special Note: Chapter ini mengandung banyak bahasa Jawa. As reminder, diriku mau bilang kalau terjemahan Bahasa Jawa Kuru masukin di kolom komentar di paragraf terkait.

🐾🐾

⤵️⤵️⤵️

Let's jump to the story

⤵️⤵️⤵️



Rumor beredar lebih cepat dari yang Dewi duga.

Beberapa hari setelah Dewi muncul di kantor pasca tiga hari libur, seluruh staf di ruang redaksi langsung berbunga-bunga. Anak itu muncul bersama dengan sang atasan, mereka bahkan selalu berangkat dan pulang kantor bersama-sama.

Akhirnya, setelah sekian lama khawatir 'diterkam' sang atasan karena doi gay, para staf redaksi kini bisa bernafas lega. Dewi bahkan mendapat makan siang gratis dari banyak laki-laki di bagian redaksi karena sudah menyelamatkan mereka dari ancaman Mas Adam.

Dewi juga dipindahkan ke deratan meja desain di belakang ruangan karena permintaan semua anak redaksi. Kali ini, Mas Adam terpaksa menuruti mereka. 

Butuh seminggu lamanya hingga suasana kerja di ruang redaksi kembali seperti sedia kala. 

Tapi setelah itu, baru lah Dewi menyadari kalau semua tidak baik-baik saja. 

Banyak rumor berkeliaran tentang dirinya dan Mas Adam. Apalagi setiap hari mereka berdua sering terlihat di parkiran berduaan. Dewi memang tidak peduli, selagi mereka tidak mengganggu dirinya.

Namun, tak selang begitu lama, Dewi harus menghela nafas ketika mendapati cacian para kaum hawa semakin parah. Perempuan biasa saja kalau marah sudah mengerikan, apalagi tante-tante yang cemburu?

Adam bukannya tidak mengetahui itu semua. Jika bukan karena tahu hal ini akan terjadi, untuk apa dia menyuruh Dewi berhenti bekerja di Majalah Lock On? 

Tapi yang namanya Dewi, mau di-bully seperti apapun, tidak mempan. Sekarang sebenarnya Adam malah kasihan dengan gang perempuan rempong yang mengaku 'Sugar Dammy Arm', tetapi keselamatan Dewi lebih berharga. 

Ia masih mengingat cerita dari Jeccky soal keberingasan Sugar Dammy Army, rekannya itu juga yang memperingati sang pemimpin redaksi. Sebelum itu, mana tahu Adam terkait eksistensi segerombolan tante-tante yang ternyata nge-fans kepadanya. 

Yang pasti, Adam tidak perlu fans. 

Mau cowok, mau cewek, mau hewan, mau tumbuhan, mau boneka vodoo, pria ini sama sekali tidak butuh fans. Apalagi tante-tante.

Namun, sebenarnya, pria itu juga tidak peduli dengan keberadaan gerombolan tante-tante itu. Asalkan mereka tidak main fisik, Adam masih bisa menolelir rumor-rumor aneh yang beredar di sekitaran kantor. Ia dan seluruh anak redaksi akan membela Dewi untuk apapun yang terjadi.

Hanya saja, lain kata jika mereka mulai main fisik. 

Adam tidak akan bisa menahan kemarahannya kalau bagian 'itu' milik Dewi sampai terluka. 

Makanya, Adam tidak pernah melepaskan perhatiannya dari makhluk mungil bergenus Dewi. Tidak peduli seberapa jauh meja kerja Dewi, ia memastikan irisnya masih bisa memindai sosok beloon itu.

Bahkan di saat-saat mendekati deadline seperti hari ini pun, Adam masih sempat untuk memastikan si chihuahua-nya tetap aman. Ia bos di ruangan ini, jadi ia bebas melakukan apapun.

MAS ADAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang