Article V: Welcome to Brutally Honest Night (Part I)

25.8K 1K 46
                                    

Pagi di Kota Semarang sama seperti biasanya.

Om-om yang ketika lampu lalu lintas masih merah tapi sudah klakson-klakson;

Anak-anak SD baru sampai sekolah dan sudah asik bikin Tik-Tok sama gurunya;

Juga warung nasi remes di depan Kantor Majalah Lock-On Indonesia yang dipenuhi tante-tante jomblo. Pasalnya, pagi hari adalah momen yang paling tepat untuk cuci mata. Maklum, karyawan di Lock-On Indonesia adalah mas-mas tampan. Bahkan satpamnya pun enak dipandang.

Tapi semua tante-tante itu langsung hening ketika sebuah mobil Tesla dengan warna midnight silver masuk ke daerah kantor Lock-On. Mobil mewah itu terparkir elegan di lahan parkiran kantor, bersebelahan dengan mobil BMW milik Jeccky.

Ketika sosok si empunya Tesla itu keluar, tante-tante di warung nasi remes langsung teriak-teriak.

"Aaaa! Papi Tiri!"

"Suami Es Kiko-ku!! Culik mama, dong!"

"Kya! Ganteng banget, ih, untung homo! Ih, gemesin kayak cilok goreng!"

Sementara itu, tidak jauh dari warung nasi remes, Adam menyisir rambutnya ke belakang pakai jari dan merapikan setelan kemeja merah marunnya. Tampan, seperti biasa.

Lalu tidak lama berselang, seorang pria tampan lain lewat di samping Adam. Pria 20 tahunan yang keringatan habis naik sepeda dari rumahnya. Tentu saja orang itu adalah Mas bagus.

Kaos putih Bagus yang tipis menjiplak dan memperlihatkan deretan otot-otot menawan. Sebuah keindahan duniawi yang mengundang dosa, terutama bagi tante-tante di warung nasi remes.

"Halo, Mas, tumben pagi banget," sapa Bagus.

"Hm," Adam mengunci mobilnya, "Ada rapat."

Reporter senior Lock-On itu melihat sekeliling, lalu mendekat ke Adam. Tante-tante yang ada di warung nasi remes langsung menjerit-jerit. Adegan ini sudah layaknya konser idol cowok ketika salah dua anggotanya melakukan skinship di panggung.

"Kamu denger suara teriakan tante-tante, Mas?" bisik Bagus.

Adam dengan ekspresi datar hanya berujar, "Bukannya itu fans-mu?"

"Gak mungkin, lah. Aku, kan, sudah punya pac-" Bagus langsung menutup mulutnya.

Hua, hampir aja dipecat, batin Bagus keringat dingin.

Pria itu hampir lupa aturan sakral kedua di kantor ini, selain dilarang menyinggung umur, cowok-cowok di sini tidak boleh menyinggung status hubungan mereka di depan sang atasan.

"Kenapa?" Adam bertanya lagi.

"Ng..nggak, maksudku aku sudah punya," Bagus dengan kikuk akhirnya menjawab, "Pac...pacul."

"Apa hubungannya sama tante-tante?"

Bagus hanya tertawa-tawa dan mengekori sang atasan masuk ke dalam kantor. Ketika keduanya sampai di ruang redaksi, si gembel Dewi muncul entah dari mana.

Perempuan kucel bertubuh mungil itu masih mengenakan kaos yang sama persis dengan yang dia pakai kemarin. Muka dekilnya dihiasi senyum mencurigakan.

Dewi menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, "Mas Bagus! Sini, aku meh takon!"

Adam hanya dapat menatap datar ke arah kedua bawahannya itu -lalu menghela nafas.

Sebenarnya Adam masih sedih karena Dewi tidak bisa memanggil namanya, sementara gadis itu memanggil pria lain dengan benar dan akrab. Sayangnya tidak ada seorang pun yang paham, ekspresinya yang datar sama sekali tidak menunjukkan apapun.

MAS ADAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang