Rindu. Sebuah kata yang diucap ketika raga tidak saling bertemu. Sebuah hari dimana sesuatu mulai berganti. Hilang dan pergi. Kenangan tinggal jadi kenangan. Menangis, meronta, berteriak kini tak lagi ada gunanya. Memberontak? Bukankah sudah dijelaskan bahwa sesuatu yang diciptakan-Nya akan kembali lagi kepada-Nya. Kehilangan? Tentu saja. Bagaimana bisa terbiasa tanpa seorang pelindung. Seseorang yang bahkan memarahi tiang listrik di tepi jalan sekalipun, karena mencelakai putri kecilnya. Padahal memang disitulah tempat tiang itu berdiri. Bukan berbicara tentang seberapa sakitnya luka yang dihasilkan hanya saja rasa perlindungan yang begitu kuat, seperti memperlakukan sebuah kaca yang mudah pecah. Sangat hati-hati dan tidak boleh tersenggol apapun juga. Hari demi hari berlalu begitu cepat. Sang pelindung pergi meninggalkan putri kecilnya yang mulai beranjak dewasa. Detaknya melemah. Tubuhnya yang hangat seketika dingin seperti es. Rasanya begitu sulit dijelaskan. Akhirnya ketika doa menjadi satu-satunya penghubung rindu dikala sendu. Dari lubuk hati terdalam, aku mencintaimu, ayah.