Terutama Nada. Tatapan kebencian tidak lepas dari matanya saat ia berpapasan dengan Namira di sudut koridor sekolah.
Siapa yang tidak kenal dengan Nada. Anak ips yang hits karena berbagai macam ulahnya disekolah. Nada merupakan teman dekat Girel sewaktu smp dan bahkan hingga sekarang. Namira sempat cemburu melihat kedekatan Nada dan Girel, karena mereka sering sekali terlihat bersama-sama. Tetapi itu dulu sebelum Girel mengatakan bahwa perasaannya tidak pernah lebih dari sebatas teman kepada Nada.
Sayangnya perasaan Nada bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Girel. Nada ternyata menyukai Girel semenjak SMP. Sayangnya Nada tidak pernah menyatakan dan tidak ada yang tau tentang perasaannya. Menurutnya lebih baik ia memendam perasaannya daripada harus berjauhan dengan Girel.
Hanya saja siap kali ada yang mendekati atau dekat dengan Girel pasti Nada akan berlaku seolah-olah Girel adalah miliknya, sehingga lama-kelamaan mereka mundur karena malas berhadapan dengan Nada. Tetapi kali ini? Nada bahkan tidak tau apa-apa tentang Namira dan Girel. Hal ini tentu saja membuat Nada berang kepada Namira.
"Liat aja lo. Gaada yang boleh sama Girel kecuali gue" gumam seseorang yang baru saja melewati Namira.
-Namira POV-
Aku berjalan menuju kelas anak IPS. Aku ingin mencari Wira, karena aku merasa ada yang tidak beres dengan anak itu.
Tadi pagi aku berpapasan dengan Wira di parkiran sekolah. Aku sengaja menyenggolnya dan ingin melihat reaksinya dan benar saja dugaanku. Ia hanya terus berjalan tanpa memperhatikanku. Tidak seperti biasanya. Apa ia sedang ada masalah?
Disaat aku masuk ke kelas itu, bukannya sosok Wira yang aku dapati melainkan Nada. Orang yang baru saja berpapasan denganku tadi. Bukannya aku ingin bersuudzon, tetapi dari tatapan matanya aku bisa menebak jika ia tidak menyukaiku.
Aku berusaha memastikan firasatku dengan mencoba menanyakan Wira kepadanya. Toh apa salahnya jika aku bertanya perihal teman sekelasnya yang tidak kelihatan batang hidungnya.
"Lo teman sekelasnya Wira kan. Wiranya kemana ya?" ucapku berbasa-basi.
Benar saja. Melihat responnya aku sudah dapat menyimpulkan jika semua ke suudzonanku kepadanya benar.
"Ada urusan apa Lo nyari Wira?" balasnya.
"Urusan pribadi" jawabku singkat.
Belum sempat dia menjawab pertanyaanku Wira sudah lebih dulu menarik tanganku keluar kelas.
"Ngapain" ucap Wira.
"Nyari lo lah" jawabku.
"Buat?"
"Buat nanya kenapa lo matiin telpon gue kemaren. Gue kan lagi cerita."
"Sinyal lo yang jelek malah nyalahin gue"
"Eh masa?"
"Makanya jangan suka nuduh orang."
*tett tettt*
Bel pun berbunyi pertanda aku harus kembali ke kelas. Aku pun melangkah pergi dari kelas Wira setelah memastikan bahwa Wira baik-baik saja. Hatiku sedikit lega melihat respon Wira yang kembali seperti biasanya.