"Woy" seseorang menjambak Namira seakan sengaja memancing amarahnya.
"Ih ga resek satu hari gabisa lo." Namira merapikan rambutnya yang baru saja dijambak dengan sengaja oleh seseorang.
Ia Wira. Teman yang bisa dibilang dekat dengan Namira. Hanya saja mereka selalu bertengkar seperti ini setiap kali bertemu. Namun walaupun begitu mereka juga bisa dibilang sangat akrab, karena jika ada hal apapun terutama yang berhubungan dengan dengan makhluk berwujud cowok ia pasti langsung mencari Wira untuk meminta pendapat. Menurutnya Wira sangat hebat dalam membaca pikiran orang dan memberi saran soal percintaan, ya walaupun sampai sekarang Wira masih saja berstatus jomblo ngenes. Ups tidak..tidak. Ia bukan jomblo ngenes, karena lumayan banyak siswi2 sekolah ini yang tertarik kepadanya. Bagaimana tidak? Wira memiliki paras yang tampan dan berbadan atletis. Ia juga berasal dari keluarga yang kaya raya. Namun sayang, sikapnya yang pecicilan membuat anak2 perempuan disekolah ini enggan mendekatinya. Hanya Namira yang bisa bertahan berada didekatnya walaupun mereka terlihat seperti anjing dan kucing jika bertemu.
"Ini kelas baru lo?" tunjuknya pada kelas dihadapannya.
"Menurut lo? Yakali gue duduk di sini kalo ini bukan kelas gue." jawab Namira ketus.
"Nanya doang salah" balas Wira.
Dengan sigap tangan Namira meluncur menggapai kepala Wira untuk menjambak rambutnya yang sebenarnya susah untuk dijangkau, karena perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh. Tinggi Namira kurang lebih hanya sebahu Wira.
Ternyata Wira lebih cepat meraih tangan Namira. "Eits. Tinggiin dulu tuh badan" ejek Wira yang dibalas dengan tatapan tajam dari kedua mata Namira.
"Tunggu aja lo ntar gue lebih tinggi dari lo" Namira mendengus kesal.
"Gue bantu doa deh ya" sambil mengelus kepala Namira ia melangkah pergi dengan wajah penuh kemenangan.
Namira pun semakin dongkol melihatnya. Tanpa memperdulikan Wira lagi ia pun beranjak menuju kelasnya.