Tanpa memperdulikan Wira lagi ia pun beranjak menuju kelasnya.
Tiba di rumah. Ia sedang berbaring di kamar sambil memainkan ponselnya. *line* ponselnya berbunyi pertanda ada notif line yang masuk.
Wira:
Dimana?"Ngapain nih si psiko ngeline gue" ucapnya dalam hati.
Namira:
Rumah. Kenapa?Wira:
wanna go out?Namira:
Kemana?Wira:
MallNamira:
Ngapain?Wira:
Mau apa gak?Namira berpikir panjang. Sebenarnya ia masih dongkol kepada Wira. Tetapi ia juga sedang bosan dirumah.
Namira:
Boleh deh. Gue juga lagi gaada kerjaan dirumah.Wira:
Gaada kerjaan? Jadi pembantu dirumah gue mau nggak? 15 menit lagi gue jemput.Namira:
Cepet banget. Gue mau mandi dulu.Wira:
Lo yang cepet geraknya."Yeeee udah minta temenin nyuruh2 seenak jidat lagi ih" Namira segera menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Di semua kamar dirumahnya memang terdapat kamar mandi pribadi. Jadi ia tidak perlu repot2 turun kebawah untuk ke kamar mandi.
15 menit kemudian Yara memanggil Namira "Kak Ira. Ada temennya nunggu dibawah".
"Suruh masuk dulu. Kakak lagi ganti baju" teriaknya.
"Gila ni orang beneran datang tepat waktu. Pake baju apa ni gue" gumam Namira. Tanpa berlama-lama lagi diambilnya blouse lengan pendek berwarna hijau army yang dipadukan dengan jeans berwarna putih.
Aku pun turun ke bawah sambil membawa sling bag putihku.
"Lama banget sih" ucap Wira saat melihatku.
Ia menggunakan jeans kuning langsat panjang yang dipadukan dengan kaos polos berwarna hitam "Yaaa lumayan lah ga malu2in juga kalo jalan sama gue hahaha" ucapku dalam hati saat melihatnya berdiri.
"Oh iya... Bentar-bentar gue lupa sesuatu" ucapku setengah berlari menuju kamar.
"Paan lagi ni orang. Azimat lo tinggal?" Ucap Wira malas.
Namira kembali sambil memasukkan sesuatu ke dalam tasnya. "Ngapain bekal azimat. Muka lo kan udah cukup jadi penangkal hantu" Jawab Namira.
"Yara kalo mama sama papa pulang bilangin kakak pergi sama temen sebentar" ucap Namira lagi-lagi dengan teriakannya. Orang2 dirumahnya memang hobi teriak2an ya.
Mereka pun melesat dengan motor ninja merah milik Wira. Tidak sampai 15 menit mereka pun tiba.
Wira menarik lengan baju Namira agar gadis itu mengikuti langkahnya. "Eh gapake narik baju berapa. Emang gue kuman" sambil melepas tangan Wira dari lengan bajunya.
"Yaudah jadi gue mesti narik apa? Tangan lo?" Wira langsung meraih tangan Namira yang segera ditepis gadis itu.
"Idih gaperlu. Gue bisa jalan sendiri kali" ia berjalan mendahului Wira.
Seketika Wira membelokkan badan Namira ke sebuah toko pakaian pria. "Ngapain kesini? Lo mau belanja?" tanya Namira.
Wira tak menggubris pertanyaan Namira dan tetap sibuk memilih-milih kemeja dihadapannya. Merasa tak diperdulikan Namira pun melihat-lihat pakaian yang ada dihadapannya. Ia memang sudah mengenal sifat Wira, jadi ia tidak terlalu ambil pusing.
"Bagus gak?" tiba2 Wira meminta pendapat Namira. Ia mengeluarkan kemeja lengan panjang berwarna denim kehadapan gadis itu.
"Gatau" jawab Namira lalu mengalihkan pandangannya dari Wira.
"Kalo yang ini?" lagi2 Wira menyodorkan sebuah kemeja kehadapan Namira. Namun kali ini kemeja berwarna hitam.
Namira hanya diam melihat kemeja yang dihadapkan kepadanya. Lalu wira kembali memilih kemeja yang lain. Merasa kasihan melihat Wira yang ternyata serius meminta pendapatnya ia pun membantu Wira.
"Nih ini aja" Namira memilihkan kemeja polos berwarna navy.
"Jelek banget selera lo" Wira mengambil kemeja yang berada ditangan gadis itu lalu berjalan menuju kamar pas.
"Dih.. Jelek2 dicoba juga!" Namira pun mengikuti langkah Wira dan menunggunya di depan kamar pas.
Wira keluar sambil merapikan kerah kemejanya. Namira terdiam. Dalam hatinya ia berkata "ya ampun ternyata orang gila ini ganteng banget ya. Baru sadar gue".
"Gue tau gue ganteng tapi ekspresi lo biasa aja kali" ucap Wira yang menyadarkan Namira dari lamunannya.
"Elah kepedean banget lo. Gue cuma mikir lo mau ngapain dandan ala bapak2 gitu" Namira mengelak.
Sebenarnya ia memang terpesona melihat Wira yang tiba2 terlihat keren dengan kemejanya. Sayang ia benar2 gengsi untuk mengakuinya. Bisa2 Wira besar kepala.
"Mana ada bapak2 sekeren gue" Wira kembali ke kamar pas untuk mengganti bajunya lagi. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan kaos hitamnya.
"Nih mbak. Boleh deh" Wira memberikan kemeja itu kepada penjaga toko dan ia pun langsung membayarnya di kasir.
"Jadi lo beli pilihan gue nih?" Namira menggodanya.
"Lah kan lo yang maksa2 gue beli" ucapnya santai. Namira pun mencibirnya dengan kesal.
"Lo mau kemana sekarang?" tanya Wira.
"Terserah lo deh" jawab Namira ketus.
"Emangnya lo mau kemana sampe beli2 kemeja segala" akhirnya pertanyaan yang dari tadi membuat Namira penasaran pun terlontar dari bibirnya.
Kali ini Wira mau menjawabnya "mau ke perusahaan bokap. Gue udah mulai dikasi tanggung jawab soal perusahaan".
"Lah. Tapi lo kan masih SMA? Emangnya lo bisa fokus sekolah sambil kerja?" tanya Namira lagi. Namira memang orang yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Ya bisa lah. Emangnya gue itu lo" Wira menjawab dengan wajah datarnya.
Setelah membeli ice cream atas permintaan Namira, mereka pun memutuskan untuk pulang.
"Lo mau gak?" Tawar Namira saat mereka menuju ke tempat parkir.
"Gak doyan ice cream."
Tiba di depan rumah Namira. Gadis itu turun dari motor ninja merah Wira. Tanpa berbasa-basi lagi Wira langsung saja bergegas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Namira.
"Setdah. Dosa banget ya mau bilang makasih. Bilang kek makasih udah nemenin. Ini main pergi aja. Emang dasar psiko!" umpat Namira saat melihat Wira melesat begitu saja.