2. dinner

1K 124 3
                                    

-Son Naeun
Byur! Aku terbangun dengan siraman air yang sangat dingin. "Bangun bodoh! Sudah tak punya etika, malas-malasan lagi!" Seulgi berkata ketus.

Apa-apaan dia menyiramku dengan segelas air?!

Aku mengusap wajah, lalu berusaha bangun. Sinar jingga memasuki kamar lewat celah gordyn, aku baru menyadari hari mulai beranjak sore.

"Akh" Aku meringis sembari memegangi kepalaku. Mengapa rasa pusing ini tidak hilang? Mengapa justru semakin sakit?

"Tidak usah berpura-pura sakit, bodoh. Cepat kebawah! Bibi sudah menyiapkan makan malam" Seulgi berkata sambil berlalu.

"Ck, tidak usah mempedulikanku" Aku kembali meringis.

"Jika bukan suruhan papa, aku juga tidak akan mempedulikanmu" Ejek Seulgi,

"Satu lagi, tolong jangan mempermalukan papa atau mama didepan temanku"

Aku menghela nafas. Baiklah, baiklah, aku akan kebawah setelah berganti baju.

|WHAT IS LOVE?|

-Lee Taemin
"Darimana saja kau jalang?" Seulgi bertanya pada seseorang yang baru saja masuk. Kami menghentikan tawa.

"Bukan urusanmu, bodoh"

Saat itu pula aku melihatnya. Gadis itu, gadis yang aku lihat di foto keluarga seulgi. Cantik, bahkan aslinya lebih cantik daripada di foto.

Sejenak aku memperhatikannya, tersenyum tipis.

Setelah ia berkata ketus, ia melihatku sekilas.

Seulgi tertawa licik, "Ck, hidupmu memang hanya menyusahkan ayah. Pergi pagi, pulang pagi, seperti anak yang tak ada etika saja"

Aku menolehkan kepalaku kaget. Mengapa seulgi sangat kasar padanya?

Aku melihatnya mengepalkan tangan, setelah itu ia meneruskan langkah tanpa menghiraukan kami berdua lagi.

"Yak! Mengapa kau berbicara begitu kasar padanya?" Aku bertanya tidak terima kepada Seulgi.

"Apa itu urusanmu? Sudahlah lupakan!" Seulgi berkata sinis sambil mengibaskan tangannya.

Aku terdiam, aku semakin yakin diantara keduanya sedang ada masalah.

Malamnya kami makan bersama orangtua Seulgi. Aku menunggu dia, aku yakin pasti dia pasti bergabung.

"Hai, Lee Taemin!" Sapa Tuan Kang alias papa Seulgi.

"Hai, Tuan Kang" aku membalasnya sopan, tersenyum.

"Tidak usah terlalu formal, panggil saja saya papa"

"Eh?" Aku menoleh bingung.

"Saya mengenal orangtuamu. Lee Junho dan Lee Jina kan?" Tuan Kang tersenyum lalu melanjutkan, "Mereka rekan kerja saya dan juga kami berteman baik. Jadi, tak usah canggung dengan keluarga kami ya"

Aku melirik Seulgi, gadis itu mengangguk.

Flashback On

Aku bersiap untuk tidur, namun panggilan papa menghentikan langkahku masuk ke kamar.

"Seulgi",

"Iya pa? Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Temanmu yang dari Canada itu bernama Lee Taemin kan?" Papa tersenyum.

"Iya, tapi sepertinya tadi aku tak menyebutkan namanya deh. Darimana papa tahu?" Aku menyelidik.

"Ternyata orangtua temanmu itu memberitahu papa lewat pesan bahwa mereka ingin menitipkan anak mereka sementara. Mereka memberikan informasi sama sepertimu tadi, jadi bisa ku pastikan bahwa itu temanmu"

Mataku berbinar, "Benarkah?". Papa mengangguk mantap.

Wah, bukankah ini pertanda bagus? Hubunganku dan taemin selangkah lebih dekat lagi.

Flashback Off

"Baiklah, pa" Aku ikut tersenyum.

"Ngomong-ngomong dimana Naeun, Seul?" Tanya Nyonya Kang, Seulgi menggidikan bahu.

Jadi nama gadis itu Naeun?

"Coba kau panggilkan" Kali ini Tuan Kang berujar.

Aku dapat melihat Seulgi dengan raut wajah masam berdiri, lalu melangkahkan kakinya.

Tak lama kemudian gadis itu datang. Ia duduk tepat dihadapanku, disebelah nyonya Kang. Wajah gadis itu tertekuk dan datar, jadi aku belum bisa melihatnya dengan jelas.

"Baiklah, mari kita mulai makan malamnya!" Ucap Tuan Kang ceria.

Kami makan sambil mengobrol hangat, sesekali diiringi candaan dan tawa. Bermula dari Tuan Kang yang menceritakan awal karirnya, bertemu dengan orangtuaku, lalu orangtua Seulgi yang menanyakan beberapa hal tentangku hingga aku yang akhirnya menjadi topik utama di meja makan itu.

Tapi gadis itu-Naeun, sejak tadi hanya terdiam dan menunduk. Hanya sesekali aku melihatnya tersenyum paksa. Aku menunggu, saat-saat gadis itu tertarik dengan ceritaku lalu mengangkat wajahnya hingga ia tersenyum riang.

Namun hingga makan malam usai, ia tak sesuai ekspetasiku.

Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!

what is love?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang