15. just a friend to you

633 90 2
                                    

-Kang Seulgi
Belakangan ini, Taemin terus menerorku dengan pertanyaan tak berguna, yaitu "Apakah Naeun sudah pulang? Apakah ia sudah ada dirumah?".

Memang sih, gadis itu tidak pulang hampir dua minggu ini. Tapi, aku tak peduli. Mama dan Papa pun juga tidak peduli dan mencarinya, toh memang dia anak yang seperti itu 'kan?

Tapi, mengapa Taemin begitu peduli padanya? Apakah perkataanku tempo lalu tidak bisa menghentikannya? Apakah sikapku waktu itu yang menujukkan bahwa aku benci Naeun tak bisa menyadarkannya?

"Hello, Seulbear!" Panggilan Taemin membuyarkan lamunanku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Jujur, aku lelah dengan sifat Taemin akhir - akhir ini.

Ia selalu senyum - senyum tidak jelas, ia selalu bersemangat ketika ada hal yang bersangkutan dengan Naeun, dan ia selalu menjadi pembela nomor satu ketika ada yang mencoba mengatakan hal yang tidak - tidak terhadap Naeun.

Mengenai isu yang kusebarkan tentang Naeun sebagai jalang, sudah menyebarluas ke seluruh murid bahkan guru. Mama dan Papa bahkan sudah dipanggil dua kali untuk menghadirkan Naeun sebagai pelaku untuk menjelaskan.

Namun, Naeun tidak masuk selama dua minggu ini. Itu membuat gosip - gosip bahwa ia malu dan memutuskan menghilang tersebar layaknya virus.

Hanya Taemin satu - satunya orang yang masih peduli dengan Naeun. Ia selalu berteriak marah ketika Naeun diejek dan dijadikan bahan bullyan. Tentu saja itu membuat kami bertanya - tanya heran, mengapa ia se-protektif itu?

"Seperti biasa aku ingin menanyakan, apakah Naeun sudah pulang?" Tanya Taemin sambil menunjukkan cengirannya.

Bahkan, ia menemuiku hanya untuk bertanya seperti itu lantas pergi. Ia tidak bertanya kabarku atau basa - basi dulu. Kini ia sudah jarang berinteraksi denganku. Kami sudah tidak seperti seorang sahabat. Kami selayaknya orang asing yang hanya berbicara ketika diperlukan.

Aku menghembuskan nafas lelah.

"Aku tidak tahu." Jawabku dingin.

"Hei, bagaimana bisa kau tidak tahu? Bahkan kau serumah-"

"Aku tak tahu dan aku tak mau tahu! Tidak kah kau mendengarnya?!" Tanpa sadar aku memotong ucapannya dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Raut wajah Taemin berubah, "Kau ini kenapa, Seul?".

"Kau pikir saja sendiri!" Desisku, setelah itu aku langsung pergi menuju tempat dimana aku bisa menyendiri.

Aku tak ingin membuat keributan dikelas, aku tak ingin emosiku meluap - luap.

"KangSeul! Tunggu dulu!" Teriak Taemin dari dalam kelas.

Aku mengabaikannya.

"Seulbear!" Lagi - lagi Taemin memanggil namaku dari ujung koridor. Aku mempercepat langkah.

"Kang Seulgi!" Ku dengar Taemin mulai berlari seiring ia yang terus memanggil namaku. Kini, kami menjadi pusat perhatian.

Ah, aku tahu, taman belakang sekolah. Itulah tujuanku. Aku butuh sementara waktu untuk menyendiri.

Aku lelah dengan perasaanku. Aku lelah dengan kehidupanku. Dan, yang paling penting, aku lelah dengan sifat Taemin akhir - akhir ini.

Jika aku tahu akan begini jadinya, lebih baik Taemin tetap tinggal saja di Canada. Lebih baik aku LDR-an dengannya seperti dulu.

"Kang Seulgi, astaga! Apa kau tidak mendengarku, hah?!" Seru Taemin tiba - tiba.

Aku mengabaikannya.

"Ada apa denganmu, Seul?" Tanya Taemin perlahan setelah ia menetralkan pernafasannya.

"Apa kau marah padaku?" Tanyanya lagi. Aku mendengus.

what is love?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang