23. two things

552 75 8
                                    

[btw maap ya, momen seulmin belom muncul2, tapi nanti bakal ada kok, hehe]

-Son Naeun
Aku menghembuskan nafas berat. Semenjak dua hari lalu, percakapan terakhirku dengan Taemin selalu menjadi pikiran utamaku hingga saat ini.

Dia benar - benar tidak muncul lagi dihadapanku.

Tidak mengunjungiku lagi ke apartement, tidak mengatakan apapun kepada Jimin tentangku -saat aku bertanya kepada Jimin, bahkan pria itu keluar dari grup kita bertiga.

Aku seharusnya merasa senang karena ia kita berdua menjauh seperti dulu. Alih - alih merasa senang, justru aku merasa-

-hampa?

Seperti itulah.

Aku kembali dengan waktu sendiriku.

Jimin tengah sibuk dengan sekolahnya. Lalu, yeah -Taemin menghilang.

Aku kembali hidup normal sebagaimana biasanya. Kerja sejak pagi, lalu bimbel -walaupun ridak sekolah, tetapi aku tetap belajar, lalu diam termenung di apartement.

Apa aku sudah melakukan hal yang benar?

Ku harap iya.

Ting! Tong! Bel apartement membuyarkan lamunanku. Ah, akhirnya Jimin datang. Dengan semangat aku melangkahkan kakiku ke arah pintu dan membukanya.

"Lama sekali kau, Jim-" Ucapanku terputus di udara kala melihat siapa yang datang.

Kang Seulgi? Untuk apa repot - repot ia kesini? Ia pun masih memakai seragam sekolah.

"Bolehkah aku masuk?" Tanyanya canggung. Aku mengangguk kaku mempersilahkan duduk.

Aku menyuruhnya untuk menunggu sejenak karena ingin membuat minum.

"Ada apa?" Tanyaku memecah hening.

|WHAT IS LOVE?|

-Kang Seulgi
Setelah mendengarkan pernyataan Naeun kemarin, jangan tanya perasaanku bagaimana. Karena aku benar - benar merasa kacau.

Ditambah dengan masalah di sekolah, benar - benar membuatku merasa runyam.

Tapi, entah hantu mana yang datang merasuki Taemin, ia membelaku. Eh tidak tahu sih, membela atau menghina, intinya,

"Kalian mengapa cepat sekali menanggapi omong kosong Seulgi sih? Ia hanya berbohong tentang Naeun -karena ia memang membencinya. Jadi, disini tidak ada yang menjadi jalang atau apalah itu"

Yeah -intinya Taemin berteriak lantang seperti itu. Setelah itu, bully-an yang ku terima semakin mereda dan tidak separah sejak pertama kali.

Hanya ucapan - ucapan kasar saja yang beberapa kali aku dengar.

Ternyata seperti ini ya rasanya di bully? Aku tidak bisa membayangkan menjadi Naeun kala itu. Pasti rasanya sangat sakit.

Ah, mengingat Naeun -aku memutuskan mempertaruhkan rasa gengsiku untuk kembali ke apartementnya.

Meminta maaf karena aku sadar, aku benar - benar keterlaluan.

what is love?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang