BAGAI DISAMBAR PETIR

408 33 2
                                    

  ZAHRA AL-HUSNA kerap dipanggil ARA seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kaya Raya. Dia sangat jauh dengan Allah SWT. Dia hanya melaksanakan kewajibannya pada hari Raya idul Fitri dan idul adha. 
"Ma... Mama... "Teriak Ara berjalan sambil menuruni anak tangga satu persatu

Mama Ara yang sedang sibuk menyiapkan perlengkapannya kekantor seketika melihat kearah suara anaknya.

"Apasih ra?" tanya Sinta(mama Ara)

"Sepatu Ara yang pink mana ma?" tanya Ara dengan teriak 10 oktafnya.

"Tanya aja sama bi inem, kamu ngak liat mama lagi sibuk nyaiapin buat meeting nanti" ucap Sinta memasukkan berkas-berkas tersebut kedalam tas.

"Bi inem.... Sepatu Ara yang pink mana bi?" teriak Ara ditambah satu oktaf lagi .

"Ya allah Ara, pagi-pagi udah teriak-teriak" ucap sang ayah Ridwan yang menghampiri Ara

"Ini pah, sepatu ara yang pink gak tau kemana" ucap Ara merengek seperti anak yang tidak tau apa-apa.

"Ini non" ucap bi inem menyodorkan sepatu pink milik Ara yang sejak tadi membuat seisi rumah itu heboh.

"Tuh ada"ucap Ridwan melirik sepatu itu.

"Hehe"ucap ara cengengesan menggaruk rambutnya yang tak gatal itu.

"Makannya, papa itu jangan terlalu manjain anak jadi gitu"ucap Sinta melirik Ara.

"Silahkan sarapan tuan, nyonya, non Ara" ucap bi inem mempersilahkan mereka sarapan.

Merekapun duduk dimeja makan dan memakan makanan mereka tanpa mempermasalahkan perkataan Sinta tadi.

"Shalat shubuh tadi kan sayang?" ucap Ridwan melihat Ara

"Ngak" jawab Ara dengan santainya.

Ridwan melihat Ara dengan tatapan yang penuh amarah.

"Kenapa?" tanya Ridwan menahan amarahnya

"Apasih,Ngak penting"ucap Ara yang menambah amarah Ridwan.

"Ngak penting kamu bilang?.Apa agamamu? Apa kewajibanmu?" ucap Ridwan dengan nada naik satu oktaf.

Seketika rumah itu menjadi hening dan Ara hanya mematung melihat papanya.

"Papa apaan sih?, kenapa harus marah segitunya sama ara?" ucap ara dengan tampang tak ada dosa.

"Sayang shalat itu kewajiban" ucap sinta yang mencoba mencairkan suasana.

"Kewajiban? Hah"ucap Ara meremehkan.

Ridwan masih mencoba menahan amarahnya dengan jawaban-jawaban anaknya yang tidak sopan itu.

"Kalau berbicara tentang kewajiban, kewajiban seorang ibu dan ayah didalam suatu keluarga adalah membimbing anaknya bukan sibuk dengan pekerjaan kalian masing-masing!"ucap Ara dengan tegas tanpa raa takut kepada kedua orang tuanya.

Hijrah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang