Part - 17

176 11 0
                                    

Reyhan tengah disibukkan oleh tugas-tugas kuliahnya yang menyita waktu tiap malam. Waktunya dengan Jessica pun jadi berkurang. Wajar saja, ia tengah mempersiapkan kuliahnya di tahun ke dua ini, ia ingin lulus cepat dan langsung memegang kendali perusahaan papi.

Renita tetap sama, ia masih menggeluti dunianya. Membuat berbagai macam kue.

Ia sekarang tengah bekerja di salah satu cafe dekat rumahnya. Tak begitu melelahkan tapi mampu mengobati kesepian nya.

Ia hanya bekerja Senin hingga Jumat, dengan jam kerja hanya jam 8 pagi hingga jam 1 siang. Ia tak mempedulikan penghasilan yang sedikit. Ia hanya ingin ada untuk Reyhan saat sarapan dan makan siang.

Tapi kadang Reyhan juga memilih makan diluar bersama Jessica. Yap hubungan mereka membaik. Renita tak peduli.

"Dikit lagi, nah selesai." Ujarnya.

Ia melihat hasil karya nya ini. Sebuah perpaduan kue dan pusing dengan hiasan buah diatasnya. Sangat menggiurkan.

Renita bergegas membawa piring itu kearah Reyhan yang baru saja masuk dapur.

"Rey Rey, cobain ini, ini baru di menu." Ucapnya sumringah.

Reyhan nampak cuek dan berjalan menuju kulkas, hendak mengambil air dingin.

"Rey, cobain dulu. Ini enak loh." Ucap Renita lagi, ia membujuk Reyhan.

Reyhan yang geram dengan sekali hentakan membuat piring yang dipegang Renita jatuh, dengan isinya yang berserakan.

"Apaan sih!" Geramnya.

Renita ingin menangis. Ia membuat kue itu dengan sepenuh hati. Tapi penolakan Reyhan sungguh melukainya.

Ia berbalik, mengambil mixer dan wadah yang tadi ia gunakan. Menabur tepung lagi dengan telur lagi.

"Ngapain lo?!" Tanya Reyhan. Itu bukan sebuah pertanyaan, melainkan bentakan.

"Mau buat lagi."

"Gak cukup itu kuenya udah rusak?! Mau buat lagi?!"

"Gue bakal buat lagi sampe lo mau cobain." Ucap Renita tanpa melihat reyhan.

Reyhan membalikkan tubuh Renita sehingga menghadapnya. Mencengkeram bahu rapuh itu, bersiap melontarkan kata-kata pedas.

"Gak cukup udah berantakin dapur gue?!"

"Gue yang bersihin." Renita tak mau kalah.

"Udah cukup! Udah cukup lo buang buang waktu buat hal gak guna kayak gini! Udah cukup lo ganggu gue belajar karena bunyi mixer itu! Sadar gak sih lo?!" Bentaknya keras.

Ya, Renita terluka. Air matanya siap turun kapan pun.

Tangan Reyhan dibahu Renita bisa merasakan bahu itu bergetar disusul air mata yang mulai turun perlahan.

Ia salah.

"Lo pikir dengan lo bikin kue gak guna itu bisa narik perhatian gue?! Enggak sama sekali!!"

Reyhan yang ini adalah Reyhan yang tak ingin Renita temui. Ia takut Reyhan yang seperti ini. Reyhan yang kalap hanya dengan masalah sepele.

Renita tak kuat.

Dengan kekuatan yang tersisa ia mendorong dada Reyhan yang menghalanginya. Ia berlari menuju kamar.

Menutup pintu dan beranjak ke tempat tidur. Menangisi sendiri untuk kesekian kalinya. Sungguh miris.

Reyhan berjalan mendekat kamar renita. Membuka pintu itu perlahan. Melihat perempuan rapuh yang baru saja ia sakiti. Tengah meringkuk diatas kasur dengan suara tangis yang memilukan.

Reyhan salah.

*****

Paginya Reyhan bangun tanpa menemukan Renita. Ia hanya melihat bubur yang masih hangat tersaji di atas meja makan dengan sebuah post it.

"Maaf gue yang salah selama ini udah ganggu lo. Gue janji ga bakal buat kue lagi. Sarapannya dimakan ya:)"

Dari renita.

Reyhan paham perempuan itu sedang menyembunyikan kesedihannya. Reyhan mengusap wajah frustasi. Ia hanya tak ingin Renita jatuh cinta kepadanya. Kepada seorang Reyhan yang tak pantas dicintai.

Tapi ia salah besar. Renita sudah jatuh terlalu dalam.

Bagaimana ini?

*****

Renita berjalan memasuki cafe tempatnya bekerja. Ia menyapa beberapa rekan kerjanya.

Sebetulnya ini bukan jam Renita. Ini masih jam 6 lebih. Sedangkan jam kerjanya jam 8. Masih cukup lama.

"Eh mbak ren, kok udah dateng ada apa?" Tanya Nina. Rekan kerjanya yang lebih muda.

"Gapapa kok, kamu lagi apa? Mau aku bantuin? Kan jam kerja ku masih nanti."

Semua mengenal Renita dengan sifatnya yang ramah dan suka membantu. Membuat semua orang menyukainya.

"Lagi bersihin piring-piring nih." Jawab Nina.

"Aku bantuin ya."

Renita mulai membantu kerja Nina. Ia tak keberatan, karena pagi ini ia sedang tak ingin bertemu Reyhan.

Ngomong-ngomong cafe ini buka jam 7, jadi setelah bersih-bersih mereka masih ada waktu untuk mengobrol juga sarapan, bos mereka tak ambil pusing.

"Mbak udah nikah belum sih? Kok kemana-mana sendirian?" Tanya Nina.

Nina yang paling akrab dengan Renita.

"Udah nikah. Tapi ya gitu, suami aku kan sibuk, selama aku bisa sendiri kenapa engga."

"Wah hebat deh mbak."

"Kamu udah punya pacar belum?" Tanya Renita.

"Belum, masih sibuk juga."

Renita hanya bergumam menanggapi.

Setidaknya waktu dicafe bisa menyingkirkan sejenak perasaannya yang campur aduk kepada Reyhan. Renita suka melihat orang-orang yang sedang makan bersama atau sendiri.

*****

Hai gais.

Maaf ya ini cerita kaya kodok, loncat-loncat gitu waktunya. Dan keliatan agak keburu-buru alurnya. Maaf. namanya juga amatir ye nggak.

Kalian kalo baca gausah kepatok sama waktunya ya. Atau kalian yang gabisa baca tanpa ngerti waktunya, gue hampir selalu naroh pergantian waktunya diawal chapter jadi kalian gak bingung-bingung.

Oke gais, see you next!!

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang