Part - 14

169 11 0
                                    

Jam 8 pagi, Reyhan dan Renita sudah siap berangkat ke rumah papa Renita.

Ditengah perjalanan, seperti biasa tak ada percakapan antara mereka berdua. Hanya suara kendaraan lain yang saling bersautan.

Renita masih setia memandang keluar jendela. Memandang jalanan yang basah setelah diguyur hujan. Kaca mobil pun mengembun.

Tak sampai setengah jam, ia tiba di halaman rumahnya. Ia hendak turun sampai Reyhan berbicara.

"Gue nggak ikut, nanti gue jemput."

"Iya."

Setelah itu Renita keluar mobil. Menunggu sampai mobil Reyhan benar-benar kuat dari gerbang rumahnya.

Lalu ia masuk kedalam rumah yang sudah lama tak ia tempati.

"Eh non Renita. Lama banget nggak kesini." Ujar pembantu nya dengan ramah.

"Iya bi, papa dimana?"

"Ada di ruang tengah."

"Aku kesana dulu ya, bi."

"Non mau minum apa nanti bibi bawain?"

"Nggak usah bi, nanti Renita ambil sendiri."

"Oke."

Renita segera menghampiri papanya. Di ruang tengah pria itu sedang membaca surat kabar pagi hari. Karena memang hari ini hari libur, ia tidak bekerja.

"Pa," ucap Renita menggantung.

Mendengar suara tadi, papanya langsung bangkit berdiri dan menghampiri anaknya itu. Memeluknya erat seakan tau apa yang Renita rasakan kali ini.

Saat Renita ingin menceritakan semuanya, papanya menyela.

"Nggak usah dipaksa. Papa udah tau semuanya dari maminya Reyhan. Kamu yang sabar ya."

Papanya menggiring Renita untuk duduk di sofa ruang tengah. Sambil merangkul putrinya itu.

"Renita ikutin kata papa aja ya. Renita jadi istri yang baik buat Reyhan. Kamu kan udah menikah. Kamu cuma harus menjaga Reyhan dan ada disampingnya aja. Nggak perlu sibuk-sibuk kuliah atau kerja."

Renita hanya mengangguk. Dalam hati ia membatin tentang hubungan Reyhan dengan Jessica. Mereka pasti makin dekat, sejelas mereka juga satu kampus.

"Gimana kamu sama Reyhan?" Tanya papanya.

"Baik-baik aja kok."

"Bagus. Papa percaya sama Reyhan." Ujar papanya seolah dia tau betul bagaimana sifat Reyhan.

Renita muak.

Ia lebih tau sifat Reyhan. Papa nya dan orang tua Reyhan belum tau soal hubungan Reyhan dengan Jessica. Renita pun berniat menutupi itu. Bukan maksud apa apa, hanya saja ia tak mau menambah masalah nantinya.

*****

Setelah beberapa lama ia berbincang dengan papanya. Hari siang. Tapi ia belum makan siang. Tadi papanya memaksa, tapi ia bilang akan makan siang dengan Reyhan.

Setelah mengirimi Reyhan chat singkat, ia menunggu di didepan pintu bersama papanya.

Tak lama, mobil Reyhan pun memasuki gerbang. Reyhan turun dari mobil dengan pakaian yang berbeda dari tadi pagi. Ia tampak habis keluar.

Reyhan berjalan menghampiri Renita dan papanya. Memberi salam dan mencium tangan papa Renita.

"Reyhan sama Renita pamit ya pa." Ujarnya.

"Iya, hati-hati ya, jaga Renita baik-baik." Ucap papanya.

"Siap pa."

"Renita pulang pa."

Papanya hanya mengangguk.

Reyhan menggandeng tangan Renita sampai mobil. Membukakan pintu mobil untuknya. Oh ini yang diinginkan setiap wanita.

Tapi Renita tak akan jatuh kali ini. Reyhan hanya pencitraan didepan papanya, agar ia nampak baik-baik saja bersama dengan Renita.

Masuk kedalam mobil, Renita mencium bau parfum wanita yang sangat menyengat. Setahunya parfum Reyhan tidak berbau seperti ini, dan juga Reyhan tak suka perempuan dengan parfum menyengat.

"Bau parfum siapa sih ni?" Renita menggerutu dan membuka jendela disebelahnya.

"Jessica tadi abis nebeng." Jawab Reyhan sekenanya.

Reyhan juga ikut membuka jendelanya.

"Oh, abis ngedate." Sindir Renita.

"Bukan urusan lo."

"Iya gue tau."

Mood Renita menurun. Iya, dia tak akan muna untuk bilang cemburu ke kalian kalian. Renita cemburu.

Sampai dihalaman rumahnya, Renita tak mengucapkan apapun ke Reyhan. Ia hanya berjalan menuju rumah.

Setelah berganti baju santai, ia pun memasak untuk makan siangnya dengan Reyhan.

"Lo mau dimasakin apa Rey?" Tanya Renita sambil mulai mencuci sayur sayuran.

"Gak usah, gue abis makan sama Jessica."

Renita tak menyahut.

Jadilah, ia hanya memasak spaghetti untuk dirinya sendiri. Dengan tlaten ia merebus mie panjang itu dan memotong sayuran.

Setelah jadi, ia memakan nya dalam diam di meja makan. Terdengar suara tv dari ruang tengah. Tadi Reyhan juga sudah berganti baju santai. Ia hanya bersantai didepan tv.

Sebenarnya Renita bingung akan liburan kemana. Ia tak ada rencana apapun. Temannya juga hanya satu-jeslyn, dan Jeslyn pun sudah berangkat ke Bandung.

Ia bingung apa yang akan ia lakukan jika ia tidak kuliah. Akankah ia hanya berdiam diri dirumah. Kalau seperti itu terus ia bisa mati kebosanan.

*****

Dering ponsel nya membuat Renita tertarik, ia kemudian melihat id caller yang ternyata Jeslyn.

"Hey Ren." Sapa riang dari sebrang sana.

"Hmm."

"Liburan mau kemana lo?"

"Nggak kemana-mana, nggak ngapa-ngapain."

"Ngapain kek, daripada kebosanan entar."

"Ya mau ngapain, gue emang ga ada kerjaan."

"Eh, lo masak-masak aja, atau ngevlog tentang kuliner gitu." Usulnya.

"Emang selama ini gue ga pernah masak?!"

"Oh kalo engga, lo bikin kue aja. Lumayan kalo bisa kejual."

"Hmm boleh juga, entar deh gue pikir-pikir lagi."

"Entar kalo lo mau jual itu kue, biar gue bantu promote deh."

"Gue dimana lo dimana, keburu basi kuenya!" Sungut Renita.

"Weiis sabar mbak, lagi pms ya?"

"Ish! Gue terima ide lo, lo ngapain sih malem-malem nelpon segala?!"

"Yah, gue lagi gabut nih."

"Tinggal keluar aja susah bener, lo juga ga dikekang."

"Iya juga sih, gue kan ga kaya lo. Gue masih single. And I feel free~"

"Gosah nyindir bisa ga?!"

"Iye iye maap. Udah deh gitu aja. Oiya, gue barusan beli buku resep, ada cara bikin kue kue gitu. Berhubung gue ga bakal bikin kue, ni buku gue kirim ke rumah lo ya?"

"Kalo ujung-ujungnya ga lo pake, kenapa dibeli?!"

"Yah, terlanjur gimana dong. Pokoknya gue kirim ke rumah lo!"

"Iya terserah lo. Gue ngantuk."

"Selamat bobo kak renita. Mimpiin Abang Reyhan yah..."

Renita keburu memencet icon merah di ponselnya.

Sambungan terputus.

*****

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang