Part - 1

561 20 1
                                    

Enjoy!

Gadis itu memasuki gerbang sekolahnya dengan langkah malas. Suasana hatinya sedang tidak bersemangat dihari pertamanya bersekolah sebagai siswi kelas 12. Ia malas dengan semuanya. Malas dengan jalan hidupnya yang rumit ini.

Ia berhenti sejenak begitu melihat siswi lain diantar sekolah oleh kedua orang tuanya. Iri. Sangat iri dalam hati begitu melihat sang ibu mencium pipi siswi itu sebelum meninggalkannya disekolah.

Mengabaikan hal tadi, ia melangkah menuju kelas 12 IPA-1, kelasnya yang baru. Begitu masuk kedalam ia melihat beberapa murid sedang bercanda. Disini ia tidak memiliki seorang temanpun.

Meletakkan tas kemudian duduk, mengambil i-Pod dan memasang earphone ditelinganya sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Dia individual, bukan karena ia egois, tapi karena ia tidak percaya lagi dengan arti persahabatan.

Dulu ia menjalin persahabatan dengan seorang gadis cantik dari SMP nya yang dulu, tapi gadis itu menghianatinya. Fake, memang. Mulai dari itu ia tak percaya adanya teman.

Seseorang memasuki kelasnya, membuat perhatiannya teralihkan. Melihat seorang cowok dengan wajah tampan dan rambut acak-acakan. Ia mengenalnya. Reyhan Ramadhan, cowok dingin dan menjadi sorotan karena ketampanannya.

Entah kenapa Reyhan memasuki kelas Renita, padahal ini bukan kelasnya.

Sejenak mengagumi cowok itu.

"Renita," panggil seseorang.

Membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Lo disuruh Bu Dian ke ruangannya." ucap orang itu.

"Sekarang?" tanya Renita.

"Iya."

Sambil berpikir, Renita bangkit dari duduknya. Berjalan sambil bersenandung kecil menuju ke ruang guru ipa nya. Sampai disana Renita mengetuk pintu sampai seseorang mempersilahkan masuk.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Renita langsung.

"Gini, saya akan mencalonkan kamu sebagai perwakilan sekolah di Olimpide IPA tingkat kota. Kamu mau kan?"

Renita berpikir sejenak. Ia diam saja untuk beberapa waktu.

"Kalau kamu menang, kamu bisa masuk Universitas dengan mudah." ucap Bu Dian.

"Saya mau." jawab Renita pada akhirnya.

Bukan karena apa-apa ia menerimanya, ia hanya ingin mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.

"Baik kalau begitu, saya akan atur jadwal bimbel kamu. Pulang sekolah nanti datang keruangan saya lagi."

"Baik, Bu."

"Kamu boleh kembali." Ujar Bu Dian.

"Terima kasih, Bu." Kata Renita.

Ia keluar ruangan itu dan berjalan kembali ke kelasnya. Ditengah perjalanan tiba-tiba ia menabrak seseorang yang sedang membawa tumpukan buku, alhasil buku itu jatuh tercecer didepan Renita.

"Aww." ringis Renita karena pantatnya dengan sukses mendarat dilantai.

"Sorry." ujar seorang yang menabraknya tadi.

Renita mendongak dan melihat Reyhan sedang menatapnya.

"Eh, Sorry." ucap Renita sambil membantu Reyhan memunguti buku-buku itu.

Saat buku terakhir tak sengaja tangan mereka bersentuhan. Bukannya menghindar, mereka justru mendongak dan saling tatap. Apa ada yang salah?

"Apa ini yang namanya jatuh cinta?" Batin Renita.

Jantungnya pun berdetak tak karuan.

Selama sekian lama mereka melakukan kontak mata, akhirnya mereka tersadar dan kembali ke posisi semula. Renita membantu Reyhan membawa buku-buku itu menuju kelas.

"Thank's." ujar Reyhan saat Renita memberikan buku-buku itu lagi padanya.

Renita mengabaikan ucapan Reyhan dan berjalan menuju tempat duduknya. Ia sedang berpikir bagaimana ia mengikuti olimpiade itu dengan izin orang tua, sedangkan orang tuanya sja sudah tidak peduli.

"Attention Please!" Ujar Ardan--Ketua kelas.

Suasana kelas yang tadi ramai kini mulai hening.

"Karena Pak Doni hari ini ga masuk, dia ngasih tugas ngerangkum bab 1 dibuku tulis kalian masing-masing. Ditulis tangan, minggu depan dikumpulin." Jelas Ardan.

Terdengar desahan keras dari penghuni kelas ini. Pasalnya PKn adalah pelajaran yang sangat membosankan, hampir sama dengan IPS.

"Udah jelas kan? Sekarang gue bagi buku PKn nya dulu." ucapnya lagi.

Ardan dibantu dengan temannya yang lain membagikan buku kepada anak-anak.

Renita mulai mengerjakan tugasnya dengan tekun. Berharap segera istirahat dan makan. Perutnya sudah sangat lapar karena ia melewatkan sarapan.

Dengan malas ia membawa buku serta penanya keluar kelas. Perutnya sudah tak terkontrol, maka dari itu ia menuju kantin.

Sambil memakan roti, Renita mengerjakan tugasnya. Merangkum satu bab buku PKn sama saja dengan mengerjakan 50 soal fisika. Kalau disuruh memilih Renita pasti milih Fisika dengan jawaban yang sudah pasti, tak seperti PKn yang masih menjadi perdebatan banyak rakyat dan pejabat negara.

*****

Renita keluar kelas saat koridor mulai sepi. Ia akan menuju ruangan Bu Dian untuk membicarakan soal olimpiade dan jadwal bimbelnya.

Apakan ia akan mewakili sekolah sendirian? Ataukan dengan seseorang? Ataukan satu tim?

Pertanyaan itu muncul diotaknya.

Sampai didepan ruangan, ia membuka pintu yang tak tertutup rapat itu. Begitu masuk kedalam sudah ada seseorang yang membelakanginya.

Sepertinya ia mengenal orang itu. Renita merasa familiar dengan punggung tegap itu. Tak lama Bu Dian menatapnya sabil tersenyum.

"Itu anaknya. Renita, sini." Bu Dian.

Seseorang itu menoleh dan...

*****

Sorry for typo. Hope you like.

Tebar bintang...

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang