lutfi 2

26 7 0
                                    

Aku diam didepan gerbang gedung, tengah menunggu jemputan. Sepertinya hari ini, hari yang mengejutkan, banyak sekali kejutan yang aku dapat. Sama halnya saat ini, ada orang yang menarik tubuhku

"Mo, lo bisa ikut gue dulu ga?" Ajak esa

Esa adalah teman dari lutfi, bisa dibilang sahabat sekaligus pacar baru karina.

Mereka telah resmi berpacaran seminggu yang lalu.

"Buat apa lo nyuruh gue ikut lo?" Tanyaku

"Bentar doang, lo mau kan?" Mohon esa

"Tapi gue lagi nunggu jemputan" elakku

"Sebentar doang, ga nyampe satu jam" mohonnya lagi

"Ngapain sih lo ngajak gue sampe segitunya. Kalo lo ada perlu sama gue tinggal bilang. Ga perlu sampe harus ikut lo segala" tuturku "lo mau ngomong tentang karina?" Aku aneh dengan sikap esa, karena dari awal aku masuk SMA pancasila sampai dia menjadi pacar karina, baru kali ini esa berbicara apalagi mengajakku untuk ikut dengannya

"Bukan, bukan masalah karina. Pokonya lo ikut! sebentar aja kok" keukeuhnya

"Sebentar doang ya, takut jemputan gue nunggu lama nanti" akhirnya aku yang mengalah, karena esa pasti akan terus menungguku sebelum jemputan sampai, terlebih aku memang sedikit ingin tahu mengapa aku seharus ini ikut dengannya

Aku mengikuti arah jalan esa, esa mengajakku keparkiran motor menuju teman temannya.

Aku berfikir, aku dan esa memang sedang ditunggu tunggu oleh mereka. Karena saat kedatangan kami, teman temannya bergumam jika mereka menunggu kami.

Aku baru sadar salah satu diantara mereka ada lutfi, dia terfokus memperhatikan handphonenya dan mengetik sesuatu dengan jarinya,

Teman teman lutfi pamit untuk pulang padaku, esa, dan lutfi.

Diikuti oleh esa yang bersiap untuk pergi juga

"Fi gue duluan, mo gue tinggal ya" esa tengah menggunakan helm dan menyalakan motornya

"Hati hati sa," lutfi menyahut dan menoleh sambil mengantongi handphonenya

"Loh kok lo jadi pulang si sa? lo belum bilang maksud lo ngajak gue ikut sama lo" heranku menahan esa pergi

"Haha sorry mo, jawabannya ada disamping lo tuh" esa menunjuk lutfi dengan dagunya

Aku pun mengikuti dagu esa, dan menoleh pada lutfi.

"Jagain tuh fi, gue susah ngajaknya" itu ucapan esa yang terakhir sebelum motornya melaju dan menghilang.

Setelah esa pergi, suasana disini sedikit canggung, kami, aku dan lutfi, sama sama diam tidak bersuara sedikit pun. Aku mengeluarkan handphone dan berpura pura sibuk dengan isinya.

Aku sedikit duduk dimotor lutfi, lutfi masih berdiri

"Maaf ya gue ga gentle dan malah nyuruh esa" akhirnya kecanggungan ini terhapus oleh lutfi yang bersuara

"Gapapa kok fi, lo mau ngapain nyuruh gue kesini?" Tanyaku cukup tenang

"Lo sampai saat ini masih suka sama gue?" Tanya lutfi

"Apa gue perlu bilangin perasaan gue sama orang yang gue suka gitu?" Tanyaku balik

"Akhirnya secara tidak langsung lo bilang lo suka gue mo" ungkap lutfi

"Meskipun gue ga bilang, lo kan udah tau. Gue pengen tanya, sejak kapan lo tau gue suka sama lo? Dan dari siapa lo tau perasaan gue dan apa yang selalu gue lakuin menyangkut lo?" Tanyaku dengan berbagai pertanyaan

"Jadi pertanyaan mana dulu nih yang harus gue jawab?" Lutfi tersenyum tapi kecut padaku

"Mana aja asal semuanya dijawab" jawabku

Lutfi pun menceritakan awal dia mengetahui aku menyukainya. Aku sedikit kaget karena lutfi bilang jika dirinya memang sudah curiga, tapi semua hal yang lutfi ketahui itu berasal dari karina. Karina memberitahu lutfi. Lutfi bilang, karina tidak ingin aku selalu memendam perasaan ini.

Dan lutfi bilang juga jika kenyataannya lutfi,

"Gue udah punya pacar mo" ucap lutfi sangat hati hati, takut jika ucapannya salah. Ya, jelas ucapannya salah, telingaku seketika tuli mendengar ucapan lutfi. Seperti kata kasar yang disamarkan.

Deg,

Aku terdiam mendengar ucapan lutfi, aku menyukai pria yang sudah memiliki kekasih?

Apakah aku salah? Ya jelas aku salah

"Yatuhan aku ingin menangis, tidak kuat rasanya mendengar penjelasan bahwa lutfi sudah mempunyai kekasih. Tolong, jangan jatuhkan air mata dipelupuk mataku saat ini yatuhan" aku terus bergumam dalam hati

Ternyata, ini alasan kenapa lutfi memilih menyimpan ceritaku yang karina ceritakan sebab dia tak mampu memberiku harap dan kini hatinya telah terikat dengan seorang gadis yang beruntung memiliki lutfi. Pria yang aku cintai setahun lebih ini.

Pasti lutfi pria yang sayang-able dan care-able.

Pastinya juga gadis yang dipilih lutfi sangat cantik, anggun dan penyayang.

Membicarakan ga-dis-nya lutfi, gadis itukah yang ia dambakan sampai ia tak melihat aku dalam bayangnya?

Apa aku boleh jujur kepada semua orang di dunia jika hari ini, tepat semuanya berakhir aku sangat rapuh karena pengakuan dari pria yang membuatku jatuh cinta.

Tapi bagaimana lagi, haruskah aku berteriak didepan lutfi dan berbicara "putusin dia atau kita gak akan ketemu selamanya" yang ada lutfi bahagia.

Atau berbicara "cemburu hanya untuk orang yang tidak percaya diri, dan aku sedang tidak percaya diri" tidak mungkin aku berucap seperti itu. bisa bisa lutfi berbicara "siapa lo sih mo?" Jangan, itu terlalu berbahaya

Sumpah demi tuhan, mendengar ucapan lutfi tadi membuatku sakit sekali

Aku hanya terdiam tidak menjawab apapun yang diutarakan olehnya, hingga akhirnya lutfi kembali bersuara

"Maaf ya, gue bilang ini sama lo mo, tapi gue harus bilang" ucapnya lagi, "boleh kalo lo lupain gue? Oke gue tau perasaan ga akan segitu cepetnya dilupain. Tapi udah ya mo jangan suka lagi sama gue. Lo cari aja orang yang lebih dari gue dan nerima lo. Gue udah punya cewe mo. Hubungan gue sama dia lagi baik baik aja. Jangan buatnya jadi buruk ya. Lagian sebelum karina ceritain tentang lo, hidup gue tenang-tenang aja. Cuma, maaf yah mo. Waktu ada lo dan karina yang bilang lo suka sama gue. Semuanya berubah mo. Jadi tolong, kalo emng lo suka sama gue, iklasin gue buat yang lain" semua penjelasan dari lutfi tuntas membuat ku jatuh tertimpa reruntuhan. Lutfi tidak mengharapkan kedatanganku yang sama sekali tak diundangnya.

Lutfi tidak pernah mencintaiku.

Tidak pernah sedikitpun atau sekalipun. Karena dia tidak akan tega menyakitiku dengan ucapannya seperti ini. Menyakiti dan membuat hatiku hancur berkeping-keping

Lagi lagi hatiku merintih. Mataku sangat panas, bagaimana ini? Aku tidak mau menjatuhkan air mataku saat ini di depan lutfi. Bukan aku gengsi lebih tepatnya tidak wajar. Tapi mataku tidak kuat membendungnya lagi

Apakah wajar aku sakit melihat orang yang aku cintai sedang mempunyai hubungan dengan wanita lain? Apakah aku terlalu jauh mengharapkan pengharapan dari hati lutfi? Siapa aku di hidupnya? Kedatanganku saja tidak disambut bahagia olehnya. Tapi ini bukan tentang aku siapa dan dia siapa, ini tentang hati.

Jujur, sulit sekali menentang yang namanya perasaan. Apalagi jika sudah rapuh, pasti berkelanjutan.

Yatuhan tolonglah aku, batinku

Hai ketemu lagi 🙆🙆

Selamat berpuasa kalian semua yang menunaikannya ❤💪💪

sense and sensibilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang