Prolog

37.9K 1.3K 12
                                    

.

.

.

"Lama amat sih lo! Bentar lagi telat nih!" Dumel Audy begitu Deka sampai di depan pagar rumahnya.

"Berisik!" Deka melempar helm yang langsung ditangkap dan dipakai oleh Audy.

"Mau ngapain lagi?" Audy sewot begitu melihat Deka malah membuka helmnya dan menstandarkan motornya.

"Masuk, lah. Pamit Ibu."

"Ih, ga usah! Udah gue pamitin tadi sekalian. Ayok cepet jalan!"

"Buru-buru banget, kenapa sih? Ini masih setengah jam lagi."

"Minggu kemaren juga gitu, taunya gue telat!" Audy masih mengomel setelah duduk di jok belakang Deka.

"Ya kan kemaren ada kejadian tak terduga, makanya dorong-dorong dulu sebentar." Deka mulai menjalankan motornya sambil terus memberikan pembelaan.

"Lagian pake motor bagus gak ada bensinnya."

"Lupa ngisi."

"Besok-besok kalau lo gak ada kelas pagi gue berangkat sendiri aja, atau gue bareng Gita."

"Jangan lah! Mau naik apa lo? Ngegrab juga sama aja lama nunggunya. Si Gita kasian kali kalau harus muter dulu dari rumahnya buat jemput elo!"

"Banyak alesan lo! Bilang aja biar bisa ngikut masuk ke kelas gue! Mau ngecengin Prisil kan lo?" Audy terus mencecar meskipun tidak mudah mengobrol di atas jok motor yang sedang berjalan.

Deka hanya cengengesan membenarkan apa yang dituduhkan Audy. Tujuannya mengantar Audy pagi ini, sekalipun ia sedang tidak ada jadwal kuliah pagi adalah agar ia bisa ikut ke dalam kelas Audy, dimana ada Prisil, incarannya beberapa minggu terakhir. Deka tidak mungkin masuk ke kelas itu tanpa alasan karena dia dari fakultas lain, dan Audy satu-satunya yang ia kenal karena di kelas pilihan itu hanya berisi 21 mahasiswa.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Deka menjemput Audy untuk berangkat bersama ke kampus. Hampir setiap hari mereka berangkat bersama, kecuali jika masing-masing mempunyai jam kuliah lebih pagi. Semester ini, hanya hari Kamis jam kuliah Audy lebih pagi dari pada Deka, dan dihari itu pula biasanya Audy berangkat sendiri ke kampus. Tetapi sejak tiga minggu ke belakang, setiap Kamis Deka tetap menjemput dan mengantarkan Audy ke kampus bahkan sampai masuk ke dalam kelasnya. Alasannya apa lagi kalau bukan 'perempuan'.

Audy dan Deka sama-sama sedang berkuliah pada semester 5 di universitas terkenal di Jakarta. Bedanya, Audy di jurusan akuntansi sedangkan Deka di jurusan politik pemerintahan. Mereka adalah teman dekat sudah sejak dari SMA.

Sebenarnya mereka sudah saling kenal sejak TK karena bersekolah di TK yang sama dan mulai saat itu mami Deka menjadi langganan tetap katering milik ibu Audy. Keduanya juga bersekolah di SD yang sama, tetapi pertemanan dengan lawan jenis di usia itu pasti menimbulkan rasa malu dan gengsi, sehingga Audy dan Deka hanya sebatas kenal sebagai teman sekelas. Hingga saat mereka kembali bersekolah di tempat yang sama saat SMA, bahkan satu kelas di kelas XI dan XII, Audy dan Deka sudah tidak segan lagi untuk menjalin pertemanan atau mereka menyebutnya sahabat bersama dengan dua teman perempuan dan satu teman laki-laki lainnya. Ketiga anggota sahabat yang lain itu kini berkuliah ke tempat berbeda-beda di luar kota, menyisakan Audy dan Deka yang lebih memilih tinggal di kota kelahiran mereka.



Audy masuk kelas diikuti Deka dibelakangnya yang melenggang sambil celingak-celinguk mencari seseorang di deretan kursi, untung saja mereka sampai 5 menit sebelum kelas dimulai. Audy kapok pernah telat 5 menit masuk kelas dimana dosennya sangat tepat waktu itu, belum lagi nada sindiran sang dosen ketika ia dengan terpaksa harus duduk di deretan kursi paling depan.

"Rajin banget Sil, pagi-pagi udah di kelas aja." Suara yang begitu Audy kenal terdengar tepat di belakngnya.

Dasar kerdus, ngalus aja terus! 

"Kan emang kelas pagi, Ka. Kamu ngapain disini?" Jawab Prisil santai diikuti rasa penasarannya.

"Itu tuh, si Audy. Katanya bangun kesiangan takut telat. Jadi gue anterin deh."

"Baik banget." Nada Prisil terdengar setengah mengejek. "Beruntung dong si Audy, cowoknya sigap gini."

"Siapa? Bukan! Dia temen doang. Gak papa dong, sekali-sekali nolongin temen yang kesusahan."

Audy memutar bola matanya malas. 'Cih, kampret emang! Nama gue disebut-sebut cuma buat naikin pamor di mata gebetan doang.

Obrolan mereka pun berlanjut sampai dosen masuk dan dengan terpaksa Deka harus pergi. Sayup-sayup Audy mendengar Deka mengatakan "Jangan lupa, ya! Sabtu gue jemput." kepada Prisil sebelum berpamitan keluar dari ruangan itu.



TEMEN?? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang