Part 17

9.5K 746 42
                                    


"Lo kelihatan gelisah gitu sih, Ka?" seseorang yang pernah memperkenalkan diri bernama Mikhaela menghampiri Deka yang sedang berjibaku dengan alat-alat pemanggang.

"Nggak, gue cuma bingung ini gimana masangnya? Mau nanya Nadine gak ada," jawab Deka berbohong. Ia sebenarnya memang sedang gelisah setelah mendapat pesan dari Audy barusan.

"Oh, sini gue bantuin! Nadine lagi ngambil peralatan lain di dalem." 

Beberapa saat yang lalu Deka mendapat pesan dari Audy bahwa sahabatnya itu membutuhkan bantuannya untuk menjemput, padahal setahu Deka harusnya Audy sedang mengurusi acaranya hingga malam. Deka sedikit heran karena sudah beberapa hari ini Audy tidak menghubunginya untuk diantar-jemput lagi. Audy bilang ia tidak memiliki waktu pasti untuk pulang-pergi sehingga lebih memilih bersama temannya saja sesama panitia perempuan.

Deka mulai bimbang. Ia ingin sekali ke tempat Audy, tetapi kondisinya tidak memungkinkan. Saat ini ia sedang berada di rumah Nadine dan mempersiapkan acara barbeque party bersama teman-teman Nadine. Nadine bilang mungkin ada sekitar dua belasan orang yang akan hadir, dan yang lebih dulu datang untuk mempersiapkan hanya dirinya, Nadine, dan salah satu teman Nadine yang biasa dipanggil Mike. 

Nadine memang asli Jakarta, tetapi rumahnya cukup jauh dan membutuhkan waktu 30 menitan untuk sampai ke kampus jika jalanan lancar. Karena itu ia memilih tinggal di kost yang berjarak tak lebih dari dua kilometer. Kebetulan orang tua Nadine sedang pergi ke luar kota, sehingga Nadine berinisiatif untuk membuat pesta di belakang rumahnya yang berupa taman kecil di sekitaran kolam renang.

Sekali lagi, Deka sangat ingin menjemput Audy. Tetapi ia tidak tega meninggalkan Nadine hanya berdua dengan Mike, sedangkan persiapannya masih banyak. Belum lagi jaraknya ke kampus juga cukup jauh, akan memerlukan waktu lama baginya untuk mengantar Audy lalu kembali ke tempat itu.

Dalam hati Deka bergumam, bukankah seharusnya ada banyak orang di sekitar Audy yang bisa sahabatnya itu mintai tolong? Toh sehari-hari juga Audy sudah aman bersama mereka.

"Hoi! Lo beneran ngelamun, Ka?" tepukan di bahunya membuat Deka terperanjat.

"Ngagetin aja lo, Mik!"

"Ya habisnya, dari tadi gue ajak ngomong gak nyahut-nyahut," balasnya. Deka melihat ke seberang kolam, Nadine sudah disana dan sedang memasang lilin beraneka warna yang diwadahi untuk di taruh di atas air kolam saat malam.

"Lo tahu gak sih, Ka? Pesta ini dia buat untuk ngerayain jadiannya lo berdua." Ucap Mike lagi saat Deka kembali berkutat dengan peralatan panggangannya. Mike ada disana karena sedang menusuk aneka jenis makanan untuk dijadikan sate.

"Masa sih? Nadine cuma bilang udah lama gak kumpul rame-rame sama temennya."

"Nadine emang gitu. Dia bilangnya terlalu lebay kalau disebut perayaan. Tapi tujuannya emang buat wellcome party lo ke temen-temennya."

Deka hanya tersenyum simpul. Jujur ia senang sekalipun memang merasa itu sedikit berlebihan.

"Lo berdua tuh couple goals banget tau gak? Antara lo yang beruntung dapetin Nadine, atau sebaliknya, yang jelas gue ngelihat lo bisa bawa dampak positif ke Nadine," ucap Mike lagi. Deka hanya mengangkat alis menunggu kelanjutan cerita teman yang paling dekat dengan Nadine itu.

"Biasanya, gak sampai tiga hari setelah resmi jadian, geng kita termasuk Nadine selalu bikin perayaan. Dan lo tahu? Kita mainnya clubbing, gak ada deh garden party kayak gini."

"Serius?" Deka mulai penasaran. Mike hanya mengangguk.

"Cowok-cowok Nadine yang sebelumnya punya pergaulan yang gak jauh beda sama kita-kita, makanya hal biasa kalau ngeclub. Tapi kata Nadine lo beda, lo gak bakalan setuju kalau diajak kesana. Makanya dia inisiatif buat bikin kayak ginian. Lo jangan kaget ya, kalau nanti lihat ada beberapa minuman beralkohol! Temen-temen Nadine yang cowok suka pada minum, tapi gak bakal sampai mabok ko." Mike menjelaskan sambil melihat sekelilingnya yang sudah mulai tertata.

TEMEN?? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang