Part 21

9.8K 717 25
                                    


Keadaan tidak benar-benar membaik setelah kepulangan kelima orang itu dari Bandung. Audy dan Deka hampir tidak pernah bertemu saat masa liburan. Hanya Gita yang sesekali mengajak Audy hang out, sedangkan Seno dan Chandra pulang ke kampung halaman masing-masing. Deka bahkan tidak ikut disaat ketiga sahabat mereka sewaktu SMA mengajak berkumpul, karena ternyata ia sudah memiliki agenda liburan lain bersama dengan Nadine dan teman-temannya ke Raja Ampat selama seminggu, padahal ketiga sahabat mereka itu tidak akan lama di Jakara. Audy sempat memberi keluhan kepada Deka sambil memarahinya tetapi Deka hanya bisa menyampaikan maaf, karena ternyata agendanya dengan Nadine sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, ia tidak enak jika harus membatalkannya secara mendadak. Padahal jika memang berniat, ia bisa saja pulang lebih dulu. Batin Audy.

Sejujurnya Audy tidak tenang begitu mengetahui Deka pergi berhari-hari dengan Nadine dan teman-temannya. Berbagai pertanyaan muncul dibenak Audy mengenai kedekatan Deka dengan pacarnya. Sejauh mana sebenarnya hubungan mereka? Apa saja yang sudah mereka lakukan? Audy ingin mempercayai bahwa Deka tidak akan melakukan sesuatu yang diluar batas kewajaran, ia tahu benar bagaimana Deka. Tetapi melihat bagaimana pergaulan Nadine dan lingkaran pertemanannya, membuat Audy kembali mengkhawatirkan Deka. Audy tahu ia terlalu berpikiran negatif, ia dan sahabat-sahabatnya juga berlibur bersama beberapa waktu lalu, tetapi semua masih dibawah pengawasan keluarga Audy dan jelas-jelas lingkaran pergaulan mereka sangat berbeda dengan lingkarang pergaulan teman-teman Nadine. Ingatan Audy kembali pada percakapannya dengan ketiga sahabatnya saat pertemuan kemarin.

"Ceweknya si Deka kayak gimana sih orangnya, Dy?" tanya Aji setelah Audy menyampaikan salam dari Deka.

"Gue gak terlalu kenal, tapi yang jelas Deka kayaknya sayang banget sama dia."

"Gue kepoin IGnya sih, tuh cewek hits banget kelihatannya," sambung Winda.

"Sebelas-dua belas sih sama Deka. Mereka sama-sama terkenal di kampus, cuma beda lingkaran aja."

"Maksudnya?" Susan dengan kening yang mengerut.

"Kalian tahu sendiri kan, dari SMA Deka emang terkenal playboy, tapi pergaulannya masih dalam batas aman, separah-parahnya dia cuma pernah ngerokok. Sementara Nadine..."

"Hedon, bebas, tipe-tipe AGJ (Anak Gaul Jakarta) banget," lanjut Winda lagi, "gue bisa ngelihat dari IGnya, Nadine emang oke dan nakalnya standar lah, tapi pas gue stalking temen-temennya, gile, pengen narik Deka aja rasanya!"

"Maksudnya gimana tuh?" tanya Aji lagi.

"Ya tipe-tipe hedonis gimana sih, tukang hura-hura, suka clubbing, mabok-mabokan, dan yang bukan rahasia lagi suka free sex," Winda menjelaskan.

"Jangan asal nilai loh, Win," ucap Susan, "gue juga di Jogja dikira anak bebas karena asal Jakarta, tapi kan buktinya gue dan kita disini nggak gitu."

"Ya elah, San. Justru karena itu, kita kan sama-sama anak Jakarta, udah tau lah ciri-cirinya mana yang bersih polos-polos kayak kita, dan mana yang hidupnya penuh warna kayak mereka," cecar Winda.

"Tapi Deka kan gak mungkin sampai kebawa-bawa gitu."

"Kalau Deka dalam keadaan normal, emang gak mungkin. Tapi masalahnya kalau dia lagi bucin, apa aja bakal dilakuin," bantah Aji.

"Kayak lo ya, Ji?" Susan menggoda.

"Bagusnya cewek gue di Malang nuntun gue buat jadi lebih baik. Makanya sedikit-sedikit gue mulai nyoba buat stop nyebat. Tapi apapun itu, Dy, gue titip banget ya, Deka sama lo. Jangan segan-segan buat ngingetin dia biar gak kebablasan! Dari dulu kan anak itu selalu dengerin kalau lo yang ngomong," ucap Aji. "Shit! Harusnya tuh gue ngomong kayak gini sama Deka buat jagain lo! Ah, dasar itu anak, emang dari dulu kelakuan dia suka aneh-aneh!" saran Aji diakhiri dengan umpatan.

Audy hanya terdiam sambil memaksakan senyum dan anggukannya. Jangankan untuk menegur laki-laki dalam perbincangan mereka itu, hubungannya dengan Deka saat ini bahkan tidak jelas bagaimana.

___


"Thanks ya, Ka, udah numpangin gue," ujar Audy ketika Deka menghentikan mobilnya di dekat gedung jurusan tempat biasa Audy diturunkan. Ini adalah hari pertama masuk kuliah di semester baru. Audy sebelumnya sempat kaget ketika mendengar suara klakson yang sudah sangat ia hapal, Deka, tiba-tiba sudah muncul di depan rumahnya, setelah sekian lama mereka tidak berangkat kuliah bersama. Audy berpikiran mungkin Nadine sedang tidak ke kampus, makanya Deka menjemputnya.

"Kayak sama siapa aja lo." Deka mendengus geli. 

"Ka..." Audy yang baru akan membuka pintu mobil tiba-tiba menghentikan gerakannya dan berbalik ke arah Deka. Awalnya ia sempat ragu untuk mengutarakan apa yang mengganjal di harinya, tetapi rasa penasaran membuat Audy memberanikan diri. "Waktu kumpul sama anak-anak, mereka sempet nanyain ke gue tentang Nadine," ucap Audy ragu-ragu.

Deka menoleh, menunggu kelanjutan apa yang akan diucapkan Audy.

"Gue gak bilang apa-apa, karena emang gue gak tahu apa-apa. Tapi, gak sulit buat mereka nyari tahu tentang Nadine, sekalipun cuma beberapa hal aja." Sampai disini Deka paham, Nadine memang sering membagikan cuplikan kehidupannya di instagram.

"Gue harap lo gak tersinggung, ini karena mereka masih peduli sama lo. Gue juga yakin Nadine bukan orang jahat, tapi--"

"Lo sebenernya mau ngomong apa deh, Dy?" Deka mulai tidak nyaman dengan Audy yang bertele-tele. Sebenarnya Deka memang sudah menebak kemana arah pembicaraan Audy.

Audy menghela napas sejenak sebelum menjawab, "anak-anak nyimpulin kalau pergaulan Nadine itu sangat, bebas? Mereka takut kalau lo sampai kebawa-bawa, gue disini cuma perantara aja buat ngomong sama lo kalau--"

"Dy, berapa lama sih lo kenal sama gue? Lo tahu kan berapa cewek yang pernah jalan sama gue? Lo juga tahu, gak semua dari mereka baik, dan apa gue pernah terjerumus bareng mereka. Temen-temen Nadine emang beda dari kita, tapi bukan berarti mereka harus selalu membawa pengaruh yang sama ke setiap orang yang mereka kenal. Jangan cuma menilai buruk seseorang cuma karena ngelihat luarnya aja! Dan gue masih sadar sejauh mana gue bakal terbawa arus mereka, begitu juga dengan Nadine." 

Audy yang mendengar Deka yang sedikit membentak itu lagi-lagi menghela napasnya kemudian menatap tajam ke arah Deka yang urat lehernya masih mengencang, "padahal gue udah nyoba buat ngomong baik-baik dan nyari kalimat biar lo ga tersinggung. Gue juga cuma bertindak sebagai penyambung lidah temen-temen lo. Gue gak tahu apa yang bikin lo gampang banget ngegas gitu sama gue."

Audy langsung keluar dari mobil tanpa menunggu respon dari Deka. Deka yang awalnya dilingkupi emosi kini terhenyak mendengar kalimat-kalimat yang Audy lontarkan. Padahal gadis itu mengatakannya dengan nada yang teramat datar dan seolah tanpa minat, tetapi terdengar begitu menohok baginya. Deka tersadar bahwa ia sudah salah paham. Entah mengapa jika orang-orang mulai mengungkit tentang Nadine-nya Deka tidak pernah bisa merespon dengan kepala dingin. Ia tidak suka orang-orang menilai Nadine hanya dari luarnya saja, padahal Deka yang tahu benar bahwa pacarnya itu tidak seburuk yang orang lain pikirkan. Ia pun menggeram dan mengacak rambutnya frustasi, matanya menerawang menyaksikan Audy yang sudah semakin menjauh.

TEMEN?? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang