2. Stolen Heart

292K 13.4K 767
                                    

Dia berdiri di depanku dengan ekspresi kosong. Matanya turun penuh kesedihan. Tidak ada lagi mata cokelat dengan alis indah yang dulu kusuka. Tidak ada lagi senyum menggoda yang dulu membuatku berbunga-bunga.

"Ana," lirihnya seperti minta pertolongan.

Kupeluk pinggangnya erat-erat. "Aku di sini, Drey. Aku di sini"

Lalu, dia berubah jadi asap. Aku sendirian di kegelapan. Dari mulutku keluar jeritan bisu.

Aku terbangun, tersengal dan berkeringat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun, tersengal dan berkeringat. Tubuhku terasa berat. Apa ini? Kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan? Apa aku masih mimpi?

Eh? Kok benar-benar tidak bisa bergerak?

Aku mengerang, berusaha melepaskan diri. Sesuatu menahan perutku.

"Nngghhh ..."

Astaga! Bayi besar ini!

Dave memelukku dari belakang. Tangannya erat di perutku, mengunci dua tanganku jadi satu di pelukannya. Dia bergerak sedikit. Napasnya terasa di tengkukku, hangat. Lalu hidungnya menyentuh belakang telingaku.

"Dave!" desisku kesal. "Aku bukan guling! Argh ... Dave ... Aku mau ambil minum." Kutarik satu tanganku dari pelukannya.

Berani sekali dia tidur di sini. Salah. Pertanyaannya: kok dia bisa tidur di sini?

"Keringatmu segar, Ana." Dave menempelkan wajahnya di tengkukku. "Kamu gulingku."

Kuraba rambutnya. "Dave?" Dia tidak lepas juga. Kujambak saja rambutnya sekeras mungkin. Dia mengerang.

Aku melepaskan diri dan berjalan ke dispenser.

"Kamu jahat banget," katanya sambil mengusap kepala.

"Kamu ngapain di kamarku? Ntar digrebek RT baru tahu!" Kuhabiskan segelas air mineral dingin dalam sekali teguk.

"Pas aku pulang tadi pintumu nggak dikunci. Daripada dimasuki maling, mending aku kan yang masuk?" Dia menggosok wajahnya dengan telapak tangan sampai pipinya merah.

Kutepuk wajahku sendiri. Aku benar-benar lupa mengunci pintu. Tadi aku pulang bareng Karin dan Tundra. Begitu masuk, aku langsung ke kamar mandi, ganti baju, terus tidur.

"Tapi nggak tidur di ranjangku gitu kali, Dave!"

Perhatian, ya! Dave itu cowok besar yang suka tidur pakai kolor doang. Nggak peduli di kamarnya sendiri, di rumah orangtuanya, di hotel, atau numpang di kamar orang, kalau sudah ngantuk dia bakal lepas baju terus tidur begitu saja.

Buatku sih bukan masalah lagi. Aku sudah terbiasa melihatnya cuma pakai celana dalam kalau lagi ganti baju mau tampil atau pemotretan. Aku tahu ukuran sepatu sampai celana dalamnya. Aku yang harus mengukur lingkar perutnya, sampai memijat ototnya kalau keram karena kebanyakan olah raga.

Savanna (Terbit; Heksamediapressindo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang