Pagi harinya, aku langsung mengajak Dave untuk segera pergi dari tempat ini. Semakin lama di sini, perasaanku akan semakin buruk. Semua di tempat ini berbau dan terasa sangat Drey.
Ah, gigiku langsung mengerat saat mengingat kejadian semalam. Beraninya dia berbuat begitu. Beraninya dia melakukannya saat ada Dave. Belum lagi dia melakukannya dengan tubuh masih beraroma perempuan lain. Duh, mana ada yang sih yang lebih bajingan dari dia!
Begitu bagian laundry mengatakan pakaianku siap, aku langsung memakainya dan pergi. Aku sampai harus membentak Dave yang merengek ingin tidur lebih lama.
Lori masih merokok di koridor saat kami lewat. Dari tatapannya, kurasa dia mendengar apa yang terjadi semalam. Suara Drey keras sekali. Kamar Lori dekat dengan tempat kami ngobrol. Kalau dia tidak mendengar obrolan kami, Dia pasti mendengar raung kemarahan Drey.
Dave mengangkat pinggangku agar aku tidak menginjak pecahan gelas atau orang-orang yang bergelimpangan mabuk di lantai. "Jijiknya," komentarnya sambil tetap mengangkatku.
"Aku merasa seperti Ryn," ucapku sambil tertawa. Aku suka merasakan rokku berkibar setiap dia memindahkanku dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa aku yang terlalu kurus atau dia memang sekuat Thor?
"Kamu memang ringan banget." Dia tersenyum lebar, terlihat sama sekali tidak keberatan mengangkatku begitu.
Aku tertawa lagi.
Dan, monster itu sedang duduk di tengah ruang bekas pesta dengan gelas kopi di tangan. Dia memakai mantel wol yang terlihat hangat dan sudah terlihat rapi. Entah apa yang dipikirkannya saat memandangi lantai yang penuh dengan orang-orang mabuk, sampah, muntahan, dan botol miras begitu. Apa menurutnya pesta semalam itu sudah hebat sekali untuk ulang tahunnya?
Dia berpaling dan berdiri melihat kami. Dave menurunkanku di hadapannya. Aku menolak menatapnya.
"Renungan pagi, Brother?" Dave tersenyum lebar. "Terima kasih untuk semalam," ucap Dave yang jelas tidak tahu apa yang sudah diperbuat bosnya terhadapku. Drey tersenyum lebar dan menyalaminya.
"Kalian bisa menginap lagi kapan saja." Dia mengulurkan tangan kepadaku, lalu menarik lagi tangannya saat aku menghindar.
Dia tidak boleh tahu kalau aku masih gemetar mengingat peristiwa semalam. Tidak boleh ada yang tahu.
"Iya, tempat ini keren. Ana sudah homesick, sih. Kalau nggak, seminggu lagi juga aku betah."
Drey menunduk agar bisa melihat wajahku. "Kamu tidak tidur semalam?" Dia mendekatkan wajah padaku.
Apa aku boleh meludahi wajahnya lagi?
Aku berjalan mendahului mereka. Dave menangkapku. Dia menarik pinggangku agar tetap berjalan bersama mereka.
Susah ya jadi cewek kurus. Bisa ditarik-tarik dan diapain aja sama cowok berbadan besar.
"Mau kamu apakan orang-orang ini?" tanya Dave sambil berjalan menuju tempat parkir. Sesekali dia mengangkatku agar tidak menginjak benda menjijikkan di lantai. Sampai di halaman, masih banyak benda-benda aneh yang bertebaran di lantai. Yang paling menjijikkan tuh kondom bekas yang masih terlihat isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savanna (Terbit; Heksamediapressindo)
Romance[LONGLIST WATTYS 2018] Siapa bilang move on itu gampang? Setelah tiga tahun berusaha move on dari Drey Syailendra--CEO Clover Bank yang sekarang menjadi presiden Syailendra Group, aku berhasil lulus kuliah, memegang keuangan Coffee shop yang lagi hi...