Pesan via shopee aepublishing
Sandrina Florecita--nama telenovela yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Sayangnya, nama itu menjadi satu-satunya kenangan akan kedua orangtuanya.
Keras dan suka menindas adalah hobinya. Sampai dijuluki pengidap oroto...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudut pandang tiap orang pasti berbeda. Begitu pun caraku menjalani hidup. Jangan mencoba menyayangiku, karena yang ada, itu hanya akan melemahkanku.
(Sandrina)
Sandrina menatap bisu pemuda di depannya. Selanjutnya, ia tersenyum miring dan berlalu.
“Sandrina, tunggu!” panggil pemuda yang tak lain adalah Ikhwan.
Sandrina menghentikan langkah dan memejamkan mata sejenak. Ia tetap bergeming dan tak membalikkan badan, menunggu Ikhwan menyelesaikan ucapannya.
“Apa yang kamu cari dengan semua sikap brutalmu itu?”
Sandrina tersenyum sarkastis dan berlalu begitu saja. Ikhwan yang melihat sikap angkuh seorang Sandrina merasa jengkel sendiri. Ia pikir, apakah Sandrina itu punya jiwa? Diajak bicara saja, begitu sulit. Seolah dunia yang ia nikmati sekarang tak punya bayangan bagi yang lain.
“Apa kamu punya hati?” Nada bicara Ikhwan meninggi karena jarak mereka yang semakin menjauh.
Sandrina segera berbalik dan melangkah cepat menuju pemuda yang mengajaknya bicara sedari tadi.
“Hati gue udah lama mati. Jadi jangan pernah bahas masalah hati. Lo benerin hati lo dulu,” bisiknya ke dekat Ikhwan. Bahkan tatapan tajam gadis itu lurus pada manik mata Ikhwan seperti pedang yang siap menghunus jantung pemuda itu kapan saja.
Dalam hati Ikhwan mengucap istighfar. Mencari perkara dengan gadis itu memang tidaklah mudah. Seperti anyaman tali temali yang rumit. Bahkan menebak isi hatinya saja, bisa dibilang itu mustahil. Di balik tatapan tajam mata gadis itu, Ikhwan bisa menilai bahwa Sandrina seolah menyimpan luka dan kesedihan tak berujung. Hanya itu. Namun tertutupi dengan keangkuhannya.
Sandrina, yah Sandrina. Tatapanmu seperti dua sisi mata logam. Berbeda, namun menyatu dalam dirimu. Sikap angkuhmu tak bisa menutupi kesedihan di balik matamu itu. Ada apa sebenarnya denganmu? Apa yang kau cari dengan semua sikap dinginmu itu? Dan anehnya lagi, semua orang seakan takut dengan tatapan itu. Seperti tatapan mata king cobra tepatnya. Yang siap mematuk kapan pun kau mau.
Ikhwan masih mematung memikirkan semua hal tentang gadis yang menjauh dari hadapannya itu. Yang masih pemuda itu herankan, walaupun gadis itu terkenal bengis dan mempunyai sebutan si ratu sadis, semua orang seolah dibuat penasaran dengan sikapnya itu. Bahkan dua teman akrabnya, Rina dan Andin, tak banyak tahu tentang Sandrina. Yang semua orang tahu, gadis itu adalah anak yatim piatu dan dibesarkan di panti asuhan. Semua orang menebak mungkin karena dirinya dididik di panti asuhan, jiwanya terguncang dan tak bisa menerima takdir. Sekilas, hanya itu persepsi datar mereka.