#8 - Necklace

103 16 58
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Play the youtube link for the music^^
May you enjoying this story~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Geurae, tunggu saja sebentar lagi.
Sebentar lagi saja dan aku akan membalaskan dendam orang tuaku selama 12 tahun ini.

"Yeon Ji-ya, sebaiknya kau mencari tahu lebih dalam mengenai jaksa yang membunuh Letnanku itu." Lanjut ibu tiba-tiba.

"Ne? Apakah jaksa itu..." Tanyaku ragu-ragu.

"Ibu juga tidak terlalu yakin, namun sepertinya pembunuh orang tuamu berhubungan dengan jaksa itu." Balas ibuku cepat.

Aku semakin mengernyitkan keningku kebingungan dengan semua ini, sedangkan Letnan Han yang segera berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya. Beribu pertanyaan dalam otakku saat ini sedang berputar-putar.

***

Laptop dihadapanku ini sepertinya sudah siap untuk memutar sebuah video dari kartu memori yang aku terima tadi. Namun tanganku terlalu ragu untuk memulainya.

Dengan ragu kuputuskan untuk memutar video rekaman blackbox itu. Benar sekali, pembunuh itu terekam saat ia sedang mengunjungi rumahku. Kulihat pembunuh itu dengan pakaiannya yang gelap, bahkan wajahnya tidak terlihat begitu jelas.

Setelah beberapa menit kemudian, kulihat pembunuh itu keluar dari dalam rumahku dengan pisau yang masih dalam genggamannya tangan kanannya. Mataku mulai memanas menahan segala amarah yang kurasakan, tangankupun mulai mengepalkan dirinya.

Tunggu,
Sepertinya ia membawa sesuatu ditangan kirinya?

Dengan teliti aku memperhatikan video ini, mencoba melihat barang yang sedang berada didalam genggaman tangan kiri pembunuh itu. Benda itu, kenapa seperti terlihat familiar?

"Seolma...?"
(Apa mungkin...?)
Gumamku terkejut ketika aku menyadari benda yang digenggamnya itu, mataku kini mulai membulat.

Hingga pandanganku teralihkan ketika kudengar suara pecahan seperti kaca, segera aku membalikkan tubuhku untuk melihat apa yang baru saja pecah.

Namun Jun Hyung kini yang telah kudapati dihadapanku, wajahnya terlihat begitu terkejut menatapku. Kulihat lantai dibawahnya yang telah basah dengan air yang tumpah dari gelasnya yang pecah.

Tanpa berpikir panjang lagi, akupun segera bangkit dari tempat dudukku untuk menghampirinya. Namun kakiku terasa seperti membeku. Aku melangkah mendekatinya, namun Jun Hyung semakin melangkah mundur menghindariku.

Wajahku kini benar-benar tekejut melihatnya yang semakin menghindariku, namun aku hanya mencoba terlihat biasa.

Kulangkahkan kakiku satu langkah mendekatinya, "Jun Hyung-ssi, gwaencha~", lagi-lagi Jun Hyung hanya semakin mundur menghindariku.

Tanganku hendak menggapainya, namun terasa seperti berhenti ditengah jalan. Tubuhku terasa seperti tidak dapat digerakkan lagi, air mataku mulai menampak dimataku.

Jun Hyung pergi begitu saja melewatiku, seolah ia tidak dapat melihatku.

Kenapa, air mataku turun seperti ini?

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang