#9 - Revenge

82 17 11
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Play the youtube link for the music^^
May you enjoying this story~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Minsoo-ya,
Tunggulah sebentar lagi,
Akan kupastikan aku membayar semua kesalahan ayahku.

Geurigo... mianhae.
(Dan... maafkan aku.)

Mianhada, jika aku dengan egois tetap menyukaimu meskipun ayahkulah yang telah membuatmu semakin menderita.

***

Siang ini matahari tampak begitu cerah dengan sinarnya yang menghangatkan penghuni bumi. Saat dikelas tadi, aku tidak melihat Minsoo. Seusai kelas bubar pun aku segera keluar dan berkeliling untuk mencari Minsoo.

Aku telah mencarinya diseluruh koridor, dikantin, dimanapun. Namun aku tidak melihat ujung rambutnya sekalipun. Apa,, Minsoo tidak datang hari ini?

Dengan langkah menyerah kuputuskan untuk berhenti mencarinya. Namun langkahku terhenti ketika aku mengingat suatu tempat yang terkadang dikunjunginya.

Segera aku membalikkan tubuhku dan sedikit berlari untuk lebih cepat menuju tempat itu. Minsoo-ya, kuharap kau tidak terluka lagi.

***

Tanganku masih menggantung pada handle pintu, ragu untuk membukanya. Tempat ini adalah tempat pertama kali aku bertemu dengannya, terkadang Minsoo datang kesini untuk melepaskan penatnya.
Sebuah tempat sidang yang biasa digunakan untuk ujian bagi mahasiswa jurusan hukum yang ingin menjadi pengacara, hakim, maupun jaksa.

Tanganku menekan handle pintu dan pintupun terbuka. Benar sekali, Minsoo sedang duduk disana. Kuberanikan diriku untuk berjalan mendekatinya, namun sepertinya Minsoo bahkan tidak menyadari kehadiranku.

Atau,
Minsoo sedang terlalu larut dalam kesedihannya?

Duduk disebelahnya seperti ini sebenarnya adalah hal yang menyenangkan, tapi aku rasa tidak jika Minsoo saat ini terlihat begitu murung. Aku hanya terdiam disebelahnya, memilih untuk membiarkannya menuntaskan kesedihannya terlebih dahulu.

Sebenarnya aku sangat ingin mengatakan padanya bahwa aku adalah putri dari Letnan detektif yang menutup kasus pembunuhan orang tuanya. Tapi, bagaimana jika itu akan membuatku semakin jauh darinya?
Egois sekali bukan aku ini?

Aku tahu sekali, Minsoo pasti sudah sangat lelah. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk mencari pembunuh itu, terkadang juga ia mencari tahu keluarga Letnan detektif yang sudah menutup kasus pembunuhan orang tuanya.

Sedangkan disini aku adalah putri Letnan itu, putri pengecut yang memilih untuk menutup mulutnya.

"Sae Ron-a." Panggil Minsoo tanpa menatapku.

"Hmm?" Balasku lembut.

"Aku sudah melakukan yang terbaik bukan?" Tanyanya dengan nada yang lelah.

"Tentu saja, kau telah berusaha semampumu, itu sudah lebih dari cukup." Niatku menghiburnya.

Minsoo menoleh menatapku, "Tapi, kenapa bahkan sampai saat ini tidak ada hasil apa-apa?"

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang