4

2 0 0
                                    


Winar berdehem-dehem, menatapku dengan pandangan mata terkhianati. Ia duduk bersila dengan tangan terlipat didada, kedua alisnya bertaut dan keseriusanya bertambah terbukti dengan porsi makanya yang banyak. Sedari setengah jam lalu ia masuk ke kamarku dan belum ada satu katapun yang ia keluarkan selain mencomoti bakwan, menyeruput jus yang kini hampir tandas dan memandangku dengan mata menyelidiki. Biar saja lah, aku juga sedang mengumpulkan tenaga jika ia bertanya macam-macam, aku hapal betul gelagatnya.

"Ehem." Winar berdehem lagi.

"Kalo tatapanmu kayak gitu aku ngrasa kayak baru nyelundupin ganja berton-ton."

"Kamu memang baru nyelundupin sesuatu dari aku."

"Ayolah."

"Serius Rhy, kita ini udah temenan dari SMP, waktu kita masih sama-sama ingusan dan doyan ngompol, kamu inget?"

Mulai lagi "Oke, terus kenapa?"

"Kamu harus jujur sama aku Rhy, demi pertemanan kita."

Aku masih belum bisa menebak apa yang membuatnya sangat berlebihan. Aku mengangguk mempersilahkanya.

"Kamu suka Danar?"

Aku diam menaikan alis. "Apa aku harus jawab?"

"Oke kamu suka dia. Dan kamu juga suka Lan?"

"Ha??"

"Yang itu aku baru tahu. Dan kamu sekarang punya misi baru untuk bisa deket sama Lan, untuk bisa ngobrol sama dia." Mata Winar menyipit menunggu jawabanku. "Dan kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?"

"Tunggu, jadi kita ini lagi ngomongin Lan? Di hari libur begini dan di kamarku?"

"Kita lagi ngomongin kamu, bukan Lan."

Aku menepuk jidat, kepalaku terasa berputar. Ini hari minggu dan libur. Aku jauh berkilo-kilo dari sekolah tapi tetap juga kutemui orang menyebut nama Lan di sini, di kamarku. Lan sudah benar-benar mencampuri hidupku.

"Misi baru, suka sama Lan, bla bla, kamu dapat kesimpulan sesat itu dari mana?"

"Semua orang bilang begitu, bahkan sekarang semua orang kenal kamu, sampai ke kelas paling pojok, ujung, atas, begitu juga ibu kantin, pak satpam dan pak kebun."

"Nggak usah mendramatisir."

"Aku serius Rhy!" Matanya melotot.

Aku berdehem keras. "Kamu pernah dengar aku bilang suka Lan dan semacamnya?"

Winar menggeleng.

"Terus kenapa kamu dengerin mereka? Jadi kamu lebih percaya aku atau mereka?"

Winar manyun, akhirnya ia duduk dengan lebih santai dan mencomot bakwan lagi. Kupikir aku berhasil menjwab pertanyaan dan cukup memuaskannya.

"Emangnya Lan cakep banget ya?"

Aku menerawang "Kamu belum pernah lihat dia?"

Winar menggeleng. "Dia anak kelas kamu kan, tapi kok aku nggak pernah lihat ya padahal aku sering pulang bareng sama kamu."

Lan memang jarang keluar kelas, istirahatpun lebih sering di kelas menghabiskan satu botol air mineral dingin ditemani hapenya, dan dia selalu sibuk dengan hapenya. Sesekali kulihat ia membaca komik bakabon. Mungkin satu-satunya alasan ia keluar dari kelas adalah kekamar kecil, itupun tidak ia lakukan ketika istirahat melainkan saat jam pelajaran, jadi kemungkinan untuk bertemu anak dari kelas lain di jam itu memang sedikit. Kecuali saat pulang sekolah, tapi ia tipe anak yang pulang sekolah langsung menghilang dengan sepedanya. Maka kesempatan paling luas untuk bisa melihat Lan adalah saat olahraga kelas gabungan atau acara yang memerlukan semua anak berkumpul dalam satu ruangan, dan jelas itu pun kesempatan yang langka. Itulah sebabnya kelasku selalu mendapat tamu tak diundang yang akhir-akhir ini intensitasnya semakin bertambah, mereka datang dengan berbagai alasan tidak masuk akal. Delia pinjam penghapus kepada Tara, kupikir teman-teman sekelasnya pasti kere karena pinjam penghapus harus hijrah ke kelas lain. Jena sering meminjam buku kepada Aris dan itu memberikan kesempatan ia melihat Lan saat pinjam dan saat mengembalikan. Bahkan Jena suka membacapun tidak, aku tak yakin buku itu dibacanya. Buku ensiklopedia jelas tak mungkin dibaca dalam waktu satu hari, tapi ia bisa mengembalikan buku itu dalam waktu satu hari dan meminjam yang lainya lagi. Aris sampai takjub dan mengira bahwa Jena naksir padanya. Rini mengajak Arum ke kantin 3 kali dalam satu jam istirahat. Adul yang tadinya siapa mau untuk berteman denganya karena suka bikin ill fill dengan hobinya yang cengar-cengir dan suka ngupil sembarangan, ternyata setelah absen tiga hari karena flu tiba-tiba dikunjungi banyak anak perempuan dari kelas lain, katanya menjenguk sahabat yang habis sakit. Dan Adul merasa terharu, sikap yang membuatnya ill fill justru bertambah parah karena ia merasa bahwa semenjak sakit wajahnya semakin tampan dengan terbukti banyak anak perempuan menjenguknya. Adul tak tahu ia diselingkuhi dari belakang, mereka hanya ingin melihat Lan. Itu saja.

nice to see youWhere stories live. Discover now