9

3 0 0
                                    

Hari yang menyenangkan untuk malas-malasan, minggu pagi ini cerah dan membahagiakan. Ditambah Danar mengirimku sms. Sms pertamanya, aku tidak boleh gagal atau salah kata membalasnya. Sudah lima belas menit kurasa layar hape hanya kupandangi, kuketik beberapa kata kemudian hapus, beberapa kata hapus lagi. Apa yang harus ku ketik?

Rhy kita ada kumpul nanti sore, kamu udah dapat nama temen-temen dari kelasmu kan selain Tara. Aku tunggu di sekolah. –Danar-

Aku tahu ini sms singkat dan terkesan biasa, tapi lihatlah bukanya dia menungguku, dia sedang menungguku. Aku harus balas dengan bagaimana?

"Bisa jangan mondar-mandir begitu, bikin pusing." Rhu membawa gerombolannya.

Aku berkacak pinggang mendekatinya "Ngapain kalian kumpul disini? Mau bikin ribut lagi?"

Mereka manyun. Aku menyipitkan mata tak melihat Biyan. "Nggak ada Biyan?"

"Nanti juga datang Kak." Salah satu anak menjawab cepat. Aku menaggut-manggut.

"Oh sms dia, suruh bawa kak Angga, hari ini kita battle sama Kak Angga, lima orang lawan satu. Kalo dia kalah kita minta ditraktir bakso." Rhu menyenggol lengan temanya.

"Ngapain kalian ajak-ajak dia!" Aku langsung tak terima.

"Dia siapa?" Rhu mengernyit.

"Kakaknya Biyan." Ah aku bahkan malas menyebut namanya.

Rhu berdecak "Apa urusanya sama kamu, dia kan mau main sama aku. Harusnya aku punya kakak cowok aja bukan cewek cengceremen begini, bisanya berisik doang. Kamu nggak tahu kak Angga jago banget main game. Dewa."

"Aigoo, soal main game aku juga jago, kamu nggak tahu?" Aku tersinggung.

"Bah! Kamu mau aku percaya? Nanti, tunggu hujan tombak." Rhu menggeleng keras.

"Mau bukti?" Aku menaikan alis, menyilangkan tanganku didada.

"Boleh dicoba." Suara itu berasal dari belakangku.

Aku menoleh cepat. Lan menggut-manggut, ekspresi wajahnya berusaha menahan tawa penuh ejekan. Aku berkedip tiga kali dan menelan ludah dengan sulit.

"Ngapain kamu disini?" Aku menyambar cepat.

"Kak Rhy nggak suka kita main kesini ya?" Biyan memandangku muram.

"Bukan, bukan kamu Biyan. Maksudku Kak Angga itu kan sudah besar, bukanya lebih bagus kalo main sama teman seumur, ya kan?" Aku mencoba tersenyum sambil menyelipkan tatapan sinis pada Lan. 'Mendingan kamu pergi dari rumahku' begitulah kuharap ia bisa membaca maksudku.

"Bener juga kak Rhy, harusnya kak Angga main sama temen seumurnya."

"Nah betul kan." Anak ini cepet nangkep dibanding Rhu yang bego. Aku menatap Lan dengan pandangan mengusir.

Biyan menepuk tanganya "Jadi hari ini Kak Angga lawan Kak Rhy main game, hari ini kita sebagai penonton. Yang kalah jitak kepala."

"Tunggu Biyan, apa maksudmu?" Mataku memicing kaget.

"Kak Rhy sama kak Angga seumur kan?"

DODOL BANGET!

Rhu manggut-manggut. Anak lain ber –iya- serentak.

nice to see youWhere stories live. Discover now