"Gimana rencana gencatan senjata kita?"
Aku hanya menatap Winar tak bergairah. Sejujurnya aku tak tahu seperti apa jenis hubungan dan interaksi antara aku dan Lan. Sesekali- seringnya lebih tepatnya- menatap begitu sebal satu sama lain, tapi ada kalanya aku merasa begitu dekat dan asik bersamanya. Walau saat aku merasa seperti itu aku tak tahu bagaimana dengan Lan sendiri, tapi jika diamati kami begitu akrab dengan cara kami. Tapi kemudian datang kembali waktu dimana kami seperti orang asing dan siap mencekik satu sama lain.
"Rhy, kita butuh rencana gencatan senjata! Rhy?"
"Rasanya aku nggak tahu kenapa kita harus begitu."
Winar menghentikan menyalin PR Akuntansi miliku. Dan menyalin PR di kantin bukan tempat yang tepat. Tangannya lebih sibuk mencomoti makanan dari pada menulis. Aku bolak-balik merecokinya karena tanganya yang berminyak menjiplak dibukuku.
"Kok kamu kayak kalah sebelum perang. Mana semangatmu yang kemarin?"
Aku menghembuskan nafas kasar. "Dari pada mikirin itu, kamu kelarin nyatet dulu sebelum bukuku jadi wadah gorengan karena belepotan minyak."
Winar manyun. "Kamu sering nggak jelas, terutama akhir-akhir ini. Entah kesurupan apa, bahkan nggak kelihatan senang padahal akhirnya kamu deket sama Danar, ya kan?"
Aku meliriknya malas. "Cepet selesein nyatetnya, atau aku ambil bukuku!"
"Jadi gimana gencatan senjata kita?!"
"Astaga Win kenapa jadi kayak kamu yang punya masalah sama mereka?"
"Memang!" Dahi Winar merengut hebat. Pensilnya diacungkan kehidungku "Denger ya, aku paling nggak suka tipe macem temen masa kecilmu itu. Nggak manusia banget."
"Nggak manusia?"
"Dia terlalu cantik."
Aku melengos. "Ampun, kamu sirik sama dia. Itu konyol."
"Bukan, bukan, maksudku kecantiknya itu nggak bisa dia jadikan alasan untuk mengesahkan segala tingkahnya kan? Aku nggak suka."
"Lagipula yang bermasalah kan aku. Kamu bahkan nggak bersinggungan sama sekali sama dia."
"Oh, apapun yang mengganggumu jelas itu menggangguku. Maksudku, aku risih kalo ada perempuan cantik tapi sombong. Aku cuma berharap aku juga bisa begitu hehehe."
Aku mendelik galak.
"Maaf, aku cuma mau bilang kenapa kamu jadi patah semangat, padahal aku udah siap ikut angkat senjata meskipun aku nggak tahu apa masalahnya, demi belain kamu, apapun masalahmu. Coba mana ada sahabat yang begini?"
"Archi ada di kelompok mentorku."
"Who?" Winar menelan bakwanya sebelum sempat dikunyah karena kaget, ia segera menjilat jari telunjuknya. Aku mencegah tanganya untuk menyentuh bukuku.
"Seperti yang kamu denger. Lan juga....dan Tara, dan Anabel"
Winar dengan cepat hendak membuka mulut, jari telunjuknya yang masih basah oleh ludah hendak diacungkanya ke wajahku tapi sejurus kemudian ia hanya menghela nafas "Nyerah" Kedua tanganya terangkat "Aku nggak tahu harus nanggapin apa."
"Kamu masih mau bilang harsunya aku seneng sekelompok sama Danar?"
Winar mengedikan bahu "Angkat tangan. Kayaknya itu kehendak Tuhan, Rhy."
![](https://img.wattpad.com/cover/148871710-288-k710180.jpg)
YOU ARE READING
nice to see you
Ficção AdolescenteRhyanti Putri atau Rhy, tidak pernah terobsesi apapun selama 17 tahun hidupnya, hingga ia masuk SMA dan bertemu dengan Danar. Danar laki-laki yang baik, pintar, dan yang paling penting dia adalah penolongnya melewati kejadian paling memalukan dalam...