Why 23 ♥ [End]

220 8 0
                                    

Keesokan harinya, Bagas dan Fikih udah sampe di bandara. Sesuai dengan janji Bagas, dia akan kembali setelah ia dinyatakan lulus dari masa SMA-nya.

"Fik... Gue pamit awas lo kalo nyakitin Chelsea. Inget Chelsea punya gue jangan teman makan teman sekarang banyak tuh teman makan teman kek pager makan tanaman" Ucap Bagas panjang lebar

Mungkin menurut Bagas Chelsea adalah hak milik dia. Gak inget dulu waktu nyakitin Chelsea sama milih Cindai dia

"Yaelah iya iya lo kok ga percayaan amat sih sama gue. Udah sana cepet tinggi ntar balik kesini makin putih" Ledek Fikih sambil melambaikan tangannya

"Anjir secara gak langsung dia ngehina gue" Gumam Bagas pelan

Mungkin Bagas belum sadar saat seseorang yang dikenalnya juga sedang berada di bandara dan akan menuju ke Indonesia.

Bukan dia bukan mengikuti Bagas atau apa yang berhubungan dengan Bagas. Ia memang sedang ada keperluan ke Indonesia.

→ → →

Setelah mengantri cukup lama, Akhirnya Bagas berada di pesawat. Dia hanya memandang luar pesawat dari dalam sampai ia tak sadar jika ada seseorang yang duduk di bangku sebelahnya

"Gas?" Panggil seseorang di samping Bagas






"Lha? Yoriko? Hell lo kok bisa kesini?" Tanya Bagas terkejut.

Yoriko hanya tertawa memandang wajah Bagas. Mungkin karena raut keterkejutannya Bagas.

"Lo bukan setan kan? Waduh jangan dulu gue masih mau kuliah" Ucap Bagas lagi karena pertanyaan yang tadi belum di jawab oleh pemilik nama Yoriko

"Iya gas ini gue Yoriko. Wajah lo gausah begitu juga kali lo daritadi dilihatin sama orang banyak loh" Bisik yoriko tepat di telinga Bagas

"Eh Astaghfirullah"

Tak terasa pesawat sudah mulai lepas landas.

Disisi lain,

Tepatnya di Rumah Sakit Internasional di Jerman. Keluarga Chelsea kembali ke ruangan Chelsea. Khawatir itu yang orang tuanya rasakan saat ini. Putri sulungnya terbaring lemah di Rumah Sakit.

Sementara Chelsea yang sedang tertidur memiliki secercah potongan masa lalu yang kini mulai menjadi satu. Bingung ia bingung harus melakukannya seperti apa. Bagas... iya laki laki itu.

Potongan kenangan bersama Bagas mulai menggabung jadi satu. Ia meringis pelan didalam tidurnya. Mengakui bahwa mata indahnya mampu menghipnotisnya.

"Awhh... Mami!! Chelsea... awh sakit. Kak Bagas..." Rintih Chelsea sambil menggelengkan kepalanya pelan

"Chels... lo? Inget Bagas?" Fikih mendekat kearah kasur Chelsea dan mempertanyakan soal Bagas

"Dimana kak Bagas? Chelsea kangen kak Bagas" Ucap Chelsea bertanya pada Fikih

'Bagas pasti seneng denger ini' batin Fikih

→ → →

Berbeda dengan Bagas yang kini tak bisa memejamkan matanya. Ada perasaan takut dan tidak enak. Entahlah ini perasaan atau sesuatu yang buruk akan terjadi.

Tiba-tiba ia merasakan pesawat yang ditumpanginya mulai oleng.

"Pesawat mulai hilang kendali" Ucap pramugari yang lewat

Bagas. Laki laki itu mulai mengetahui apa yang membuatnya gelisah dari tadi ternyata ini firasatnya. Pesawat yang ditumpanginya mulai oleng.

Beberapa menit kemudian, pesawat mendarat pada titik yang tidak tepat. Selanjutnya, Bagas tak tahu apa yang terjadi ia menutup matanya.

Why You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang