1 - Surat Wasiat Katya

5.8K 361 11
                                    

Terinspirasi dari novel karya John Grisham – The Confession, novel karya Susan Fox – Dilema Cinta Willa, dan novel karya Gillian Flynn – Gone Girl

.

..

...

Ada lima orang yang menyaksikan hukuman untuk hal yang sama sekali tak pernah dilakukannya. Ada pengacara publik yang sama sekali tidak mempercayainya dan sialnya menjadi pembela untuknya. Ada Raymond Becker, kakak dari wanita yang orang-orang katakan telah dibunuh olehnya. Lalu ada kakak perempuan keduanya berama suaminya, Forrest. Lalu Joshua Salmon yang akan mengurusi perihal lain setelah kematiannya. Dalam hati Katya bersyukur orang tuanya tidak datang. Ia takut akan menangis saat melihat ibunya nanti.

"Kata-kata terakhir? Semua kata-kata terakhir Anda akan terekam dan kami publikasikan di website kami."

Katya tetap diam. Ia takut mati. Ia tidak ingin mati seperti ini. Dia sudah dua kali lolos dari maut, dan sekarang ia mungkin tak akan semujur itu untuk yang ketiga kalinya. Ia menarik napasnya dan mulai memberikan kata-kata terakhirnya yang sudah dia hapal sejak seminggu yang lalu.

"Terima kasih untuk semua yang membantuku. Untuk Mr. Bugs, terima kasih untuk pertolongan Anda yang sangat berarti bagiku. Untuk Ivanna dan Forrest, tolong jaga Dann dari ucapan-ucapan kakak ipar kita yang menyakitkan hati. Untuk Joshua Salmon, terima kasih atas semua yang akan kau lakukan. Dan untuk Raymond, aku tidak bersalah."

Setelah mengatakan itu prosesi hukuman dilaksanakan. Jarum infus yang sudah terpasang di tangannya disuntikan oleh suatu cairan yang nanti akan masuk ke tubuhnya dan mematikan sel-sel yang berfungsi. Racun yang dimasukan ke dalam tubuh memang lebih mengerikan dari apa pun. Dia akan menjalar di setiap sel darah dan membunuhmu dari dalam. Katya memejamkan matanya dan ia akan menghadapi kematiannya, di mulai saat ini.

Pukul 02.48 Katya Van de Berg dinyatakan meninggal.

...

Raymond memandangi rumah itu yang terlihat ramai hari ini. Sepertinya semua anggota keluarga berkumpul dan mengucapkan bela sungkawa pada Nyonya rumah. Hari ini adalah hari ke lima setelah eksekusi Katya dan sepertinya orang-orang tak akan membiarkan Nyonya rumah duduk dengan tenang.

Anak paling muda keluarga Van de Berg, Dann hanya duduk dengan diam. Anak itu berusia enam belas tahun dengan setelan kemeja hitamnya dan memandangi orang-orang yang membicarakan Katya dengan murung. Beberapa di antaranya mengatakan hal-hal baik mengenai Katya dan berdoa untuknya.

"Ah, kau datang lagi Ray." Irina, ibu Katya menyapanya.

Raymond mendekatinya dan mencium pipi Irina. Rudolf, ayah Katya mengangguk kaku pada Raymond. Ini adalah reuni yang cukup aneh dilihat orang. Raymond sudah mengenal keluarga Katya sejak lama, dan baginya kesalahan Katya tidak akan berimbas pada hubungan mereka.

"Maafkan putriku, Ray." Katanya dengan lemah.

"Mom, mengapa Mom masih saja menyalahkan Katya?" Ivanna mengutarakan isi hatinya dengan jengkel.

"Mom hanya meminta maaf atas nama adikmu."

"Katya tidak bersalah. Dia tidak harus minta maaf pada siapa pun."

Irina terdiam. Dann berlalu ke dapur dan kembali sambil membawa teh hangat untuk diberikan pada ibunya. Dann melirik Raymond sekilas. Ia seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Tak lama suara langkah kaki dari tangga membuat Raymond menoleh dan seorang gadis berambut merah panjang memandangnya. Raymond menduga gadis itu seumuran dengan Dann, mungkin teman sekolah Dann.

"Terima kasih Miss Irina." Kata gadis itu.

Tak lama muncul seorang pria berambut cokelat sebahu terlihat begitu ramah berdiri di samping gadis berambut merah tadi. "Apakah semua sudah berkumpul di sini?"

Vivian MeyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang