.
..
...
Raymond turun setelah ia membersihkan diri dan Vivian tidak berada dalam dekapannya lagi. Ia ke dapur untuk mencari Vivian dan berharap wanita itu berada di sana. Sayangnya yang ia temukan malah Lucy dan seorang wanita bersama gadis berambut merah yang pernah dilihatnya saat Josh membacakan surat wasiat Katya.
"Ah, kau sudah bangun." Lucy terlihat biasa saja walau matanya memandang gerak-gerik Raymond dengan tajam.
"Hai, kau pasti kekasih Vivian yang diceritakan Nick. Aku Renai Wagner dan ini putriku, Verna."
Verna memandangnya lalu tersenyum seperti anak kecil. Raymond balas tersenyum dan berkata, "Kami pernah bertemu di Myths."
"Benarkah?"
"Ya, dia mengirimkan pesan dari adikku untukku."
Renai mengusap rambut panjang Verna dengan bangga. Wajah Verna memerah dan ia mengunyah strawberry berlapis madu seperti anak kecil. Postur tubuhnya seperti anak remaja tapi tingkah lakunya terlihat seperti anak umur tujuh tahun, padahal wajahnya begitu cantik dan terlihat seperti remaja biasanya. Bahkan Raymond pun merasa Renai terlalu muda untuk menjadi orang tua untuk Verna.
Raymond tersenyum lalu duduk. Sarapan kali ini berupa pancake dengan toping madu dan strawberry. Ia mengambil garpu dan bertanya, "Apa kalian melihat Vivian?"
"Dia sedang berlatih menyetir dengan Raiden bersaudara."
Raymond mengunyah dengan pelan pancake-nya dan teringat akan cerita Ivanna saat ia membantu keluarga Van de Berg pindah rumah. Rumah itu berada jauh dari hiruk pikuk Alona yang ramai, dan berada di sebuah tanah luas berbatasan dengan hutan Aiden. Raymond membantu Dann membawakan kardus-kardus berisi novel-novel koleksi Katya, dan saat itulah ia melihat Ivanna memandangi rumah tingkat tiga itu.
"Ada apa?" tanya Raymond melihat Ivanna seolah tak bisa mengalihkan pandangannya dari rumah bercat cokelat bata itu dengan tanaman rambatnya.
"Katya sejak dulu ingin membangun rumah seperti ini." Bisiknya. "Katanya kami akan tinggal di rumah 3 tingkat seperti apartemen. Ibu dan Ayah akan menempati rumah di bagian bawah agar ibu tidak kelelahan naik-turun tangga. Aku akan tinggal di lantai dua bersama Forrest, lalu Katya akan tinggal di atas. Teman-teman semasa kuliahnya sangat banyak, dia akan menjamu mereka di loteng. Tapi tak ada satupun yang datang saat pemakamannya."
Raymond terdiam. Petugas di tahanan memberikan abunya pada Irina dan mereka menyimpannya dalam guci keramik terbaik yang dimilikinya dan menaruhnya di atas perapian bersama foto Katya yang tersenyum di hari wisudanya.
Raymond ikut memandangi rumah itu dan ia lagi-lagi mulai merindukan gadis itu. "Katya akan senang."
"Tapi dia tidak sempat menikmatinya." Katanya dengan nada marah dalam suaranya
Raymond mendesah setengah gusar. "Kau benar, Katya tidak sempat menikmatinya."
Ivanna mengangkat foto Katya yang berpose di depan mobil berwarna hitam milik Forrest yang sekarang sudah dijual kepada adiknya yang lain untuk menutupi utangnya. "Katya suka sekali menyetir. Saat kami berjalan-jalan, ia selalu menggantikan suamiku saat ia lelah. Tapi sejak kecelakaan itu ia tidak mau berada di balik kemudi lagi."
Raymond mengambil foto itu dan memandanginya. Foto kecil yang cukup untuk ia pajang di dompetnya. Raymond mengeluarkan dompetnya dan menyelipkan foto itu di dompetnya lalu memandangi Katya.
"Aku sangat menyedihkan bukan?" katanya pada foto itu. "Terlambat menyadari bahwa aku begitu mencintaimu."
Raymond kembali terduduk di dapur Monster's House dan dia memutuskan untuk menyusul Vivian di peternakan Raiden. Renai meminjaminya mobil untuk ke sana karena peternakan Raiden cukup jauh. Seperti yang dikatakan Renai, peternakan Raiden berada di balik bukit kecil dan sangat jauh jika ia harus berjalan kaki ke sana.
Pria itu menemukan Katya sedang duduk di samping seorang pemuda dengan seragam sekolah dan juga seseorang yang dikenal Raymond. Raymond menghentikan mobil dan turun dari sana. Rachel Raiden, mantan kliennya terlihat terkejut melihatnya.
"Mr. Becker,"
"Rachel," katanya setengah gusar. Apa hanya ia saja yang tak tahu bahwa Katya masih hidup?
"Sebuah kejutan, huh?" katanya.
"Ya, apa yang Anda lakukan di sini?"
"Menemui Viv,"
Rachel mengangguk. Tak lama ia dipanggil ibunya karena bayinya menangis dan pemuda berseragam sekolah itu mengikutinya. Vivian menghela napas dan memandangi Land Rover tua milik keluarga Raiden dengan murung.
"Bagaimana latihannya?" tanya Raymond sambil duduk disebelahnya.
"Tidak begitu bagus. Kata Rachel aku terlalu kaku."
"Ayo masuk, aku akan membantumu."
Vivian menggeleng. "Tidak."
"Ayolah, satu putaran dan kau bisa berhenti setelahnya."
Vivian mengangguk dan masuk bersama Raymond.
"Kau siap?"
Vivian mengangguk, namun Raymond dapat melihat bahwa tangan Vivian gemetaran.
"Viv,"
"Hm?"
"Dengar, selama kau tidak mabuk, mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan berhati-hati jika terjadi sesuatu saat kau menyetir itu bukanlah salahmu."
Vivian memandangnya dan entah mengapa seolah-olah beban berat dipundaknya terangkat mendengar kata-kata itu.
"Sekarang, melajulah dengan tenang. Jangan terlalu kaku. Aku yakin dalam waktu beberapa hari kau akan mahir dalam menyetir."
...
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivian Meyer
RomanceHidup Raymond Becker terasa gelap setelah mengetahui bahwa pengadilan telah melakukan kesalahan dengan menghukum mati Katya Van de Berg yang sebenarnya tidak bersalah. Setahun setelahnya dalam perjalanan menuju Alona, Raymond bertemu wanita yang mi...