9 - Karena Kau Ada

2.1K 278 9
                                    

Halo, maaf sudah membuat kalian menunggu. Saya juga terlalu lama beristirahat dan hampir melupakan cerita ini. Tapi, saya usahakan sering update.  Selamat membaca~

..

...

"Minumlah!"

"Terima kasih, Alice." Irene menyesap teh Jasmine yang disodorkan gadis yang bicara dengan Raymond tadi.

"Cukup panggil aku Bobby."

"Itu akan terdengar aneh, karena kucing kami bernama Bobby." kata Ivanna.

"Tidak apa-apa. Aku ingin mengambil foto dengan Bobby agar aku bisa menandatanganinya dengan tulisan 'Bobby dan Bobby'."

Irina memandangi Dann yang tengah mengumpulkan abu dengan tangannya sendiri dan memasukkannya ke dalam guci keramik yang baru. Ia menghirup teh yang diberikan Alice tadi dan menyapu sudut matanya. Ia dalam hati menyesali sikap Katya yang menyulitkan Annastasia, dan juga marah pada Pablo yang menghancurkan guci keramik tempat abu Katya. Sekarang ia begitu mengerti mengapa Katya membuat surat wasiat seperti itu. Kini ia bisa melihat Pablo yang sebenarnya, dan sekarang ia merasa tidak yakin untuk membiarkan Annastasia kembali pada Pablo.

"Aku akan menyimpan surat-surat ini. Aku akan menunda pencabutan ini hingga hari pernikahanmu, Miss Annastasia."

Irina memandang Annastasia yang hanya diam sambil memangku anak bungsunya, Lionel. Pandangan Irina teralih pada Raymond yang memandangi foto Katya yang tersenyum itu. Dalam hati Irina dulu berharap bahwa Raymond memiliki ketertarikan pada Katya, sayangnya hal yang dipikirkannya tidak terjadi. Tapi, setelah Katya tiada pria itu terlihat muram dan lebih banyak diam. Dan saat ini ia tidak melihat Raymond yang muram lagi, melainkan Raymond yang terlihat begitu bahagia.

"Raymond, maaf kau harus melihat ini." Katanya dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti."

"Jadi, ada kabar bahagia apa?"

Raymond menghela napas dan tersenyum. "Aku tidak bisa menyembunyikannya. Aku akan menikah."

"Ah, itu bagus sekali."

Ivanna memutar bola matanya. "Ya bagus, jadi kau tidak perlu kemari lagi setiap tahun untuk berdoa."

"Ivanna," Rudolf memperingatkan Ivanna untuk diam.

"Dengan siapa? Kapan-kapan ajaklah ia kemari. Kami semua ingin mengenalnya."

"Aku akan mengajaknya kemari. Namanya Vivian Meyer."

...

Raymond merasakan dinding berbata ekspos yang kasar itu menerima beban tubuhnya yang didorong Josh. Pria itu hanya menyeringai sambil menunjukkan giginya pada Josh yang terlihat sangat marah. Kerah pakaiannya dicengkeram Josh dan ia tidak bisa menghindar.

"Apa maksudmu akan membawa Viv ke rumah ini? Kau ingin Viv bertemu keluarganya, huh?"

Raymond menghempaskan tangan Josh. "Kau bilang Vivian bukanlah Katya. Anggap saja aku memperkenalkan tunanganku pada keluarga Van de Berg."

"Tapi kau akan membongkar semuanya."

"Aku hanya ingin mengembalikan ingatan Katya yang terhapus."

"Katya yang menginginkan masa lalunya dihapus. Kecelakaan lalu lintas, pembunuhan terhadap adikmu, anaknya yang tidak pernah bisa dia lahirkan, ketidakpercayaan setengah keluarganya dan juga ketidakpercayaanmu. Apa yang terjadi jika semua kenangan buruk itu kembali lagi? Kau pikir dia akan senang? Kau pikir dia akan berterima kasih padamu?"

Raymond tertunduk. Dalam hati ia mengakui ada benarnya apa yang dikatakan Josh. "Aku hanya ingin dia kembali mencintaiku, seperti dulu."

"Jika dulu kau bisa membuatnya jatuh cinta, berusahalah untuk membuat Katya yang sekarang mencintaimu lagi seperti dulu."

"Kau benar. Tapi aku akan tetap memperkenalkannya pada keluarga Van de Berg."

Josh mengeram dengan gusar. "Terserah padamu, tapi jika terjadi sesuatu pada Viv kau tidak akan bertemu dengannya lagi dan aku akan membuat kau tidak diizinkan untuk menginjakkan kaki di Audene lagi."

...

Raymond sore itu berpamitan untuk pergi ke Audene. Sayangnya Vivian tidak berada di rumah. Wanita itu sedang berada di lapangan tenis tak jauh dari bukit Autumn, menonton Robert dan Verna. Vivian duduk di bench sambil memperhatikan Verna.

"Hai,"

Vivian memandangnya setengah heran dan tak percaya pria itu datang kembali ke Audene. "Oh kau, ada apa?"

"Menemuimu." Katanya sambil duduk di samping Vivian. "Aku ingin mengajakmu bertemu keluargaku."

Vivian mengertnyit. "Mengapa?"

"Hm?"

"Mengapa aku harus menemui keluargamu?"

"Vivian, aku ingin mengenalmu dan aku juga ingin kau mengenalku dengan baik."

"Jangan kau pikir karena malam itu-"

"Tidak ada hubungannya sama sekali dengan malam itu." Raymond menyela sambil menggenggam tangan Vivian dengan erat. "Aku benar-benar ingin mengenalmu. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi kuharap kau mau memberiku kesempatan."

Vivian terdiam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Verna yang mencoba melakukan servis. Tak lama Renai datang dan Verna melupakan latihan tenisnya lalu memeluk wanita itu. Vivian tersenyum. Entah mengapa ia rasanya ingin menangis melihat keduanya. Renai terlihat seperti ibu kandung Verna, dan Verna sangat menyayangi Renai.

Raymond yang juga melihat itu tersenyum dengan pandangan sendu. "Aku hampir memiliki anak dulu."

Vivian memandangnya setengah terperangah. Ia cukup terkejut mendengar pengakuan Raymond padanya. "Apa yang terjadi?"

"Tunanganku mengalami kecelakaan dan wanita yang kucintai mengalami kejadian buruk hingga keguguran."

Vivian terdiam. Entah mengapa dadanya tiba-tiba terasa sesak dan air matanya mengalir begitu saja. "Maaf, aku tidak tahu mengapa air mataku keluar begitu saja."

Raymond tersenyum. "Terima kasih." Katanya sambil menggenggam tangan Vivian. "Karena kau ada."

...

..

.


Vivian MeyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang